Jumat, 14 Januari 2011

9-2011. SYAIR TAUBAT-2

9-2011. SYAIR TAUBAT-2

            Oleh
            Hamdi Akhsan.



I
Awali syair niat berkisah,
bermohon pada Yang Maha Kuasa,
berharap kelak diampun bisa,
tatkala jasad jiwa berpisah.

Syair berkisah tentang dosa,
membuat diri merasa tersiksa,
terkadang jadi berputus asa,
sampai dengan badan binasa.

Bila teringat perihlah rasa,
sesali diri sepanjang masa,
ulangi waktu tentu tak bisa,
tinggal menambah amal dan jasa.

II
Dikala malam tadahkan tangan,
bertaubat dosa yang berat ringan,
bermohon pula  ada kelapangan,
airmata pun kan berlinangan.

Teringat kelak bergelimpangan,
para pendosa  bergentayangan,
disika dalam api pendiangan,
dipisah-pisah kaki dan tangan.

Segala ditanggung perseorangan,
setelah lalu masa timbangan,
jeritan pilu di keheningan,
dibakar api yang lama dengan.

III
Jeritan ampun tiada berguna,
terlambat sudah sesal karena,
karena sudah di alam sana,
tak bisa balik ke dunia fana.

Setelah jasad menjadi sirna,
kembali utuh jadi sempurna,
dihantam lagi sakit merana,
terpelanting jauh entah kemana.

Itulah kabar dimana-mana,
tapi manusia sering terlena,
karena dunia indah merona,
lupalah diri hendak kemana.

IV
Wahai,mengapa diri begitu lalai,
kini jasadmu lemah terkulai,
bagaikan kambing sudah digulai,
ataupun ikan sedang disalai.

Tiada keluarga akan membelai,
atau memuja bagai mempelai,
rambutpun rontok ribuan helai,
tulang melengkung bagaikan jelai.

Tangan yang rapuh akan dirantai,
dibakar api tercerai-berai,
usus keluar sampai terburai,
teringat semua airmata berurai.


VI
Tiada guna keluarga tercinta,
tolong mereka tak bisa minta,
diri sendiri berduka cita,
tinggallah ratap dan duka cita.

Mengalir sendiri si air mata,
tinggal ampunan yang hamba cita,
karena amal lupa ditata,
menganggap enteng semua derita.

Wahai syaitan engkau pendusta,
dahulu manis engkau berkata,
umurku akan tua dan renta,
taubatnya nanti bisa diminta.

VI
Didalam kitab sudah disebut,
balasan dosa disaat maut,
ia kan datang bikin terkejut,
sakitnya sungguh nyawa dicabut.

Kalaulah perintah Allah diturut,
pada azab-Nya niscaya takut,
Ketika maut bukan direnggut,
tetapi malaikat datang menjemput.

Setelah dikubur ada yang ikut,
kalaulah jahat selalu cemberut,
penampilannya kan carut-marut,
nanahnya meleleh dari perut.

VII

Berbeda dengan orang beriman,
ketika mati terasa nyaman,
dijemput malaikat dengan senyuman,
menanti kiamat disurga taman.

Dalam menanti diberi teman,
setia dan baik sepanjang zaman,
Itu pertanda kelak kan aman,
di Yaumil Mahsyar jadi pedoman.

Sungguh bahagia orang beriman,
bagai orang tua di kediaman,
menunggu datang barang kiriman,
doa yang baik serta ampunan.

VIII

Apatah lagi anaknya sholeh,
tau bedakan tidak dan boleh,
didalam rezeki selalu semeleh,
bagi ayah bunda jadi peroleh.

Terjauh dari sifat nyeleneh,
tiada takjub yang aneh-aneh,
disisi Allah semuanya remeh,
jagat raya pun bagi-Nya sepele.

Pada dunia tidak kecele,
dijaga halal yang diperoleh,
perut dijaga ditahan ngeleh.
tentulah berkah amal tertoreh.

IX
Marilah kawan mari sahabat,
memohon kita sebelum terlambat,
jauhi keji dan sifat jahat,
supaya diri bisa selamat.

Jadikan hidup sadar akherat,
perbanyak istighfar dan zikir taubat,
supaya kelak saat sekarat,
nyawa diambil tidaklah berat.

Inil nasehat kepada umat,
bukanlah madah seorang ustad,
ungkapan hati yang penuh hikmat,
berharap jadi amal perbuat.


Al Faqir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar