Rabu, 19 Januari 2011

34-2010. SYAIR NARKOBA

34-2010. SYAIR NARKOBA


               Oleh
               Hamdi Akhsan

Sesal Kemudian tiada berguna
                  
I
Tubuh terkulai berbalut tulang,
sinar matanya sudah menghilang,
hayalnya tinggi bukan kepalang,
serasa diri bak hulubalang.

Bunda menangis tiada perduli,
segala dijual untuk membeli,
baik yang palsu atau yang asli,
untuk makanpun tiada lagi.

Tanggungjawabnya jadi terlantar,
berbohong jadi semakin pintar,
kalau bekerja tahan sebentar,
diberi tugas tak kelar-kelar.

II
Terkenal nama si daun ganja,
Banyak dihisap para remaja,
jadilah ia malas dan manja,
kerjanya hanya tiduran saja.

Ketika ganja telah mencandu,
berubah ia dari dahulu,
kalau bekerja pusing melulu,
sendi-sendipun terasa ngilu.

Kalaulah ia sudah menghisap,
pandangan mata indah menatap,
suara terdengar terasa sedap,
tak tahu ia sudah terjerambap.

III
Ada pula narkoba cair,
Heroin disuntik ia mengalir,
kedalam darah bagaikan sihir,
membuat semangat hidup terkilir.

Kalaulah sudah suntik heroin,
Seribu persen kitapun yakin,
iman agama pastilah miskin,
orangtuanya kan diporotin.

Harta yang ada pastilah habis,
dipakai untuk senangkan iblis,
badan kan kurus dada menipis,
nafaspun sesak kembang kempis.

IV
Belumlah lagi kalau tertangkap,
segala salah jadi terungkap,
dapatlah ia hukuman kakap,
tinggal dipenjara dalam perangkap.

Semua keluarga kan jadi susah,
harta yang ada habis binasa,
ayah dan ibu malu luarbiasa,
tersiksa badan mulut berbusa.

Jangan mendekat bahan narkoba,
kalau tak kuat nanti mencoba,
setelah mencoba pasti menambah,
Syaitan kan senang kalau disembah.

V
Bahaya lagi jenisnya sabu,
kerak kokain sudahlah tentu,
membuat semangat selalu lesu,
sendi pun sakit dan kaku-kaku.

Kalaulah pernah merasa sakau,
dunia ini indah memukau,
tak tahu kalau fikirannya kacau,
bicara juga kadang meracau.

Karena sabu sarafnya rusak,
nafaspun kadang menjadi sesak,
kalau ia ingin pasti mendesak.
gelisah ia ditambah lasak,

VI
Lain pula jenis ekstasi,
dibuat dari bahan imitasi,
dipakai dokter tuk mengatasi,
supaya yang gila tak dirantai besi.

ekstasi obat penyakit jiwa,
supaya emosi tidak terbawa,
orang yang stress bisa tertawa,
orang yang ngamuk bisa dibawa.

Kalau dipakai orang yang waras,
otaknya pasti akan mengeras,
membumbung hayal nampak di paras,
tapi kesehatan diri akan terperas.

VII
Pencandu selalu miliki ciri,
hepatitis ada  didalam diri,
itu bagaikan sidiknya jari,
dari Allah yang Maha Pemberi.

Wahai anakku harapan kami,
dengarlah nasehat ayah dan umi.
engkau bagaikan bunga bersemi,
bagaikan elang diangkasa bumi.

Kalaulah engkau kena narkoba,
jiwa mu pasti akan berubah,
tingkah lakumu akan gegabah,
sungguh!...bagi kami itu musibah.

VIII
Hidupmu akan tiada guna,
menjadi beban kami karena,
selama hidup engkau merana,
kamipun menderita di alam sana.

Jadilah engkau putra sang elang,
gagah dan pintar sungguh cemerlang,
cahaya imanmu gilang gemilang,
sungguh bahagia kami saat berpulang.

Bagi dirimu sudah terlanjur,
nasipun sudah menjadi bubur,
mulailah ke depan langkah teratur,
bergaulah dengan orang baik dan jujur.

IX
Jangan berteman dengan pencandu,
engkau kan pasti tergoda tentu,
dengarlah nasehat kami selalu,
sebelum engkau menyesal tersedu.

Banggakan kami dengan prestasi,
otak yang pintar serta berisi,
prinsip yang kuat sekokoh besi,
sebagai pelopor di generasi.

Janganlah banyak berhura-hura,
bersenang-senang supaya gembira,
tantanganmu bagai api membara,
siapkan diri cepat dan segera.


diakhir syair kami doakan,
jadilah dirimu yang dibanggakan,
narkoba dan maksiat segera jauhkan,
Iman dan Ilmu segera kejarkan.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan.

0 komentar:

Posting Komentar