Kamis, 20 Januari 2011

18-2011. Syair Tentang Konspirasi

18-2011. Syair Tentang Konspirasi

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan.


Begitu menggemparkan kasus satu dua hari terakhir. Sesungguhnya ada konspirasi besar yang tidak peduli apakah kita akan hancur lebur dan tinggal sebagai negara kecil yang terpecah belah nantinya. Moga apa yang tersirat dari syair ini menjadi renungan kita semua. Amien!

I
Dengan Bismillah syair bermula,
hadapkan takut  kepada Allah,
tempat kembali makhluk segala,
membawa dosa  serta  pahala.

Negeri tercinta dilanda bala,
semua orang saling menyalah,
yang benar berubah jadi salah,
tergantung siapa yang membela.

Kacaunya sungguh Naudzubillah,
tak malu orang berbuat cela,
uang dan partai jadi pemilah,
bangsa pun kini jadi terbelah.

II
Dibalik layar orang tertawa,
sambil tersenyum dengan jumawa,
berhasil penjarakan sekian jiwa,
karena kuasa yang berwibawa.

Mereka habisi hutan dan rawa,
dibuat pabrik ladang dan sawah,
harta di tumpuh hidupnya mewah,
jutaan rakyat hidup kecewa.

Dalam segala diistimewa,
urusan apapun uang dibawa,
semua aparat bisa disewa,
hebatnya mereka bagaikan dewa.

III
Pabila ada yang coba-coba,
siap-siaplah dapat musibah,
dijebak dengan segala serba,
jabatan harta takkan bertambah.

Hidup kan sulit hati pun iba,
cara hiduppun akan berubah,
dari semula adanya serba,
masuk ke bui bagai keramba.

Sekarang jarang orang yang tabah,
digertak dikit sudah menyembah,
apalah lagi sampai digebah,
nyalinya ciut langsung mengiba.

IV
Kalaulah mau masuk kelompok,
uang mengalirbergepok-gepok,
jabatan naik dengan mencolok,
walaupun ia seorang perampok.

Kalaulah suatu saat terpojok,
skenario rapi terungkap bobrok,
dicari korban untuk digorok,
dipenjara sebentar berpura kapok.

Rakyat ditipu dinini bobok,
diberi tontonan yang jorok-jorok,
dibelakang negeri habis dikerok,
tinggallah nanti sampah teronggok.

V
Harta didapat disimpan jauh,
dibawa keluar secara utuh,
tujuh turunan tidak kan jatuh,
saking banyaknya disusun runtuh.

Kelompok mereka sangatlah kukuh,
yang baru muncul langsung direngkuh,
kalau tak mau segera diruntuh,
dijebak sogok atau selingkuh.

Itulah mafia yang tak tersentuh,
pada mereka semua patuh,
segala tingkatan bisa disuruh,
negeri hancurpun mereka tak rikuh.

VI
Hutan dibabat banjirpun datang,
gersanglah lahan punah binatang,
tiada sisa untuk generasi mendatang,
yang ditinggal cuma tumpukan hutang.

Petani mencari pagi dan petang,
hama dan kering tak bisa tantang,
sawah terbengkalai luas terbentang,
tak ada modal terpaksa hutang.

Betapa nampak jauhnya rentang,
harga hasil bumi dibanding barang,
karena harga dimainkan orang,
dan tidak tegas aparat melarang.

VII
Petinggi banyak manipulasi,
diolah lagi data yang basi,
diatur ilmiah ditukar isi,
seolah memang tinggi prestasi.

Berbeda laporan dengan substansi,
biaya tinggi karena korupsi,
bangunan bagus keropos isi,
itulah kerja penjahat berdasi.

Negeri yang kacau tak diurusi,
sibukkan diri dengan periuk nasi,
membuat rencana pakai ilusi,
urusan rakyat tak diseriusi.

VIII
Semua yang mungkin akan dikerok,
Rakuslah lebih dari perampok,
penerimaan pegawai harus menyogok,
baik tersembunyi atau mencolok.

Ada yang dipenjara tapi tak kapok,
segala aturan sudahlah bengkok,
bebas keluarga masuk dari tembok,
asalkan siap uang segepok.

Belumlah lagi prilaku jorok,
uang halal untuk yang montok,
hubungan bebas serta tak elok,
anggarannya sudah jelas dipatok.

IX
Inilah ciri menjelang hancur,
negeri tercinta telah babak belur,
bagaikan telur jelang terbentur,
terkena tanduk akan berhambur.

Mengapa lupa pesan leluhur,
jadikan agama alat pengatur,
Satunya perbuatan dengan tutur,
supaya diakherat tidak menekur.

Sebelum nasi menjadi bubur,
semuanya sudah menjadi lebur,
rahmat Ilahi tak lagi ditabur,
tak bisa lagi saling menghibur.

X
Inilah syair untuk nasehat,
supaya kita berfikir sehat,
tinggalkan segera prilaku jahat,
kembali kepada baiknya sifat.

Mumpung semua belum terlambat,
sebelum turun para malaikat,
bencana datang semakin hebat,
jutaan nyawa akan berkelabat.

Wahai Ilahi yang Maha Melihat,
dosa kami ini  begitu pekat,
sedang azab-Mu begitu dekat,
ampuni kami wahai penerima taubat.

Inderalaya, 20 Januari 2010
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar