Minggu, 30 Januari 2011

33-2011. SYAIR BATANG HARI SEMBILAN

33-2011. SYAIR BATANG HARI SEMBILAN

               Oleh
               Hamdi Akhsan

Jembatan Ampera menghubungkan dua sisi sungai Musi di Kota Palembang

PENGANTAR
Propinsi Sumatra Selatan (Sumsel) dialiri banyak sungai besar. Salah satunya, sungai Musi yang berhulu di gugusan Bukit Barisan dan bermuara di laut tepian pantai Timur Sumatra ini. Karena terdapat 8 sungai besar yang menjadi anak sungai Musi, maka Sumsel di sebut juga Tanah Batanghari Sembilan atau Tanah Sembilan Sungai.
Kesembilan sungai yang termasuk batanghari sembilan dari hulu hingga ke hilir adalah: 1. Sungai Musi, 2. Sungai Batanghari Leko, 3. Sungai Lalan. 4. Sungai Lakitan 5. Sungai Kelingi, 6. Sungai Rawas, 7. Sungai Lematang, 8. Sungai Ogan, dan 9. Sungai Komering.
Berikut syair batanghari sembilan. Semoga menjadi kenangan untuk generasi penerus kelak manakala sungai-sungai yang ada telah kering dan tidak lagi menjadi inspirasi budaya masyarakat Sumatera Selatan.

I
Syair berawal dengan Bismillah,
berkisah tentang ciptaan Allah,
Karena sungai tanah terbelah,
airpun mengalir lalui celah.

Sungai disini banyak gunanya,
untuk banyak keperluannya,
dari bangun sampai tidurnya,
tak lepas sungai dari hidupnya.

Ratusan kilo panjangnya sungai,
Awalnya gunung akhirnya pantai,
akhirnya bertemu di muara landai,
nama yang awal akan selesai.

II
Beribu tahun sungai bersaksi,
manusia hidup kemudian mati,
tempat pedagang berjual beli,
tempat orang  bertransportasi.

bagi penduduk disana mandi,
dipakai pula untuk mencuci,
bersiram-siram putra dan putri,
ikan mudikpun menari-nari.

Sawah yang subur kan diairi,
tanaman hijau berseri-seri,
rahmat Ilahi Maha Pemberi,
untuk penduduk seluruh negeri.

III
Airnya jernih sejuk mengalir,
dari yang hulu sampai ke hilir,
bunyi gemericik bagaikan zikir,
indah menawan bagaikan syair.

Ditanah tinggi sungai bermula,
Rimba yang lebat sumber airnya,
jernih mengalir pasti segarnyanya,
diminum langsung sehat orangnya.

Air menjadi sumbernya hidup,
sepanjang sungai tak pernah redup,
orang berdagang diperahu sungkup,
dari pagi sampai mentari redup.

III
Di nama sungai melekat suku,
ogan dan komering bagian hulu
ratusan tahun tinggal disitu,
hormati sungai hidup menyatu.

Ke ladang orang di subuh dalu,
lewati sungai dengan perahu,
susuri air hindarkan batu,
berharap rezeki sudahlah tentu.

Sungai ogan memelah OKU,
Muaraenimpun ada dilalu,
di Ogan Ilir pecah menyatu,
Bermuara di musi sejak dahulu.

IV
Demikian juga di rawas ulu,
tanahnya tinggi sungai berbatu,
airnya dingin jernih bermutu,
membuat sehat sudahlah tentu.

Penduduk hulu banyak bertani,
pergi ke huma setiap hari,
tatkala pulang kayuh kemudi,
terkadang sambil ikan dicari.

Sungai Rawas bergabung musi,
Jadi kabupaten nama lokasi,
berbatas Bengkulu dibarat sisi,
ke MUBA mengalir sepanjang hari.

Sungai Lakitan ada di Mura,
Sungai Kelingi juga disana,
sebagai nadi masyarakatnya,
untuk jalani aktivitasnya.

IV
Batanghari Leko ada di MUBA,
mendekat jambi arah wilayah,
Airnya mengandung minyak tanah,
mengkilap-kilap kena cahaya.

Di MUBA sungai tidaklah satu,
banyak berguna sudahlah tentu,
besar dan dalam juga berbatu,
seperti Sungai lalan ada disitu.

Alanya subur buminya kaya,
sawitnya banyak karet seraya,
sekarang jadi daerah yang jaya,
juga terpandang serta mulia.

V
Lahat dan enim mengalir sungai,
Lematang ia disebut ramai,
ikannya sungguh enak digulai,
laguinya indah cantik membelai.

Sungai Lematang mengalir jernih,
sampai sekarang segarnya masih,
untuk dimasak atau berbersih,
Berperahu ke pedalaman Prabumulih.

Semua berakhir di Sungai Musi,
lebarnya sungguh kedua sisi,
Sejak dulu tempat transportasi,
untuk manusia dan jual beli.

VI
sungai musi sungai yang besar,
di tepi sungai banyaklah pasar,
tempat berkumpul para saudagar,
melalui darat atau berlayar.

Musi bermuara ke selat bangka,
bercabang dulu kemana suka,
dibagian hilir terdapat palka,
bengkel dan tempat kapal dibuka.

Inilah syair batanghari sembilan,
dibuat untuk sanak kenalan,
dibuat sebentar diakhir bulan.
semoga berguna untuk tinggalan.

Inderalaya, 30/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

2 komentar:

  1. Bersyair hamba menuju Musi
    Tinggi Ampera hendak kugapai
    Rindu kepalang di dalam hati
    Ingin berjumpa si jantung hati

    Wah, syair nan sejuk di hati...
    Terima kasih ya, Abah.

    Salam Takzim Selalu,
    -Hadi Napster-

    BalasHapus