Kamis, 13 Januari 2011

2-2011.KIDUNG SEKARAT SEORANG PENDURHAKA.

2-2011.KIDUNG SEKARAT SEORANG PENDURHAKA.

            Oleh
            Hamdi Akhsan


    
I
Tuhan...
Malaikat-Mu kini telah datang,
tuk membawaku segera pulang,
karena janji sudah menjelang,
bagaikan badai tiada penghalang.

Sesalku bukan alang kepalang,
tak guna dulu gagah menjulang,
banggakan kulit berbungkus tulang,
tiada satupun kubawa pulang.

Walaupun harta tiada berbilang,
anak dan istri cantik cemerlang,
mobil yang bagus serta gemilang,
semua tinggal saat berpulang.

II
Menggigil hamba didalam takut,
nyawa didada bagai tersangkut,
rasanya setiap senti berderut,
bagaikan  batang  ubi  dicabut.

Betapa hamba sangat terkejut,
tiada disangka waktu telah runtut,
iblis menipu sungguh tak patut,
sekarang baru terasa takut.

Nama-Mu sungguh jarang kusebut,
harta jabatan selalu direbut,
sogok-sogokan juga diturut,
tak guna lagi saat nyawa dicabut.

III
Kini diriku tinggalllah sesal,
nafas didada tersengal-sengal,
kepala terangkat darilah bantal,
tetapi gunanya tak ada bakal.

Terbayang tingkah hidup yang nakal,
dpakai cara seribu akal,
tak perduli orang kan kesal,
yang penting sampai mauku bakal.

Seluruh tubuh terasa pegal,
urat-uratpun bagai dipuntal,
malaikat seram bagai penjagal,
ya Allah,betapa diri sangat menyesal.

IV
Terbayang hamba disaat muda,
betapa sering busungkan dada,
merasa lebih juga berbeda,
sekarang guna sudah tak ada.

Ayat dan hadits dipandang rendah,
sibuk berdendang alunkan nada,
peduli umur bertambah sudah,
sampailah taqdir sebagai tanda.

Tersengal-sengal nafas didada,
tangan membiru warnanya sudah,
gemetar tubuh tak reda-reda,
sakitnya terus tak ada jeda.

V
Wahai kekasih...
Betapa airmata berlinang,
sakitnya bukan alang-kepalang,
mata melotot badan mengejang,
disaat maut datang menghadang.

Jasadpun layu bersambung erang,
serasa putus sambungan tulang,
matapun kian jauh menerawang,
pertanda nyawa telah melayang.

Sebelum mati sudah terbayang,
banyaknya tinggal waktu sembahyang,
infaq shodaqoh sangatlah sayang,
watak yang kejam semua tertayang.

VI
Kekasih...
menyesal kini tak ada guna,
Semua disampai sudah karena,
tinggallah diri akan merana,
jasad kan hancur dihimpit tanah.

Dahulu contoh dimana-mana,
orang dikubur terhimpit tanah,
daging terhambur mengalir nanah,
tetapi hamba masih terlena.

Harapan hamba kini telah sirna,
menangis darahpun tiasa berguna,
tinggallah kelak akan merana,
sengsara hidup di alam sana.

VII
Doa penulis..

kutulis syair diujung pena,
berharap bisa jadi sarana,
gemetar diri takut karena,
tak sanggup kelak mati merana.

sungguh dunia penuh pesona,
bagaikan dara cantik merona,
terkadang lupa akherat sana,
gelapnya kubur mati terhina.

Kekasih...
Sebelum jasad berjumpa fana,
bermohon daku hamba yang hina,
Berilah hati intan laksana,
supaya kelak berjumpa jannah.

VIII
Sebelum cahaya mataku sirap,
jasad terkapar dibawah atap,
papan kuburku dimakan rayap,
bermohon hamba dipanggil siap.

Ratapan sedih kan hamba ungkap,
didalam takut tersimpan harap,
yang tersembunyi kadang tersingkap,
ingin menangis sampai tengkurap.

Tersedu hamba ungkapkan ratap,
berilah hamba iman yang mantap,
beserta yakin diri yang rangkap,
jumpa dengan-Mu adalah tetap.

Kekasih...hamba takut siksa-Mu dan rindukan ampunan-Mu.


al Faqir


Hamdi akhsan

1 komentar: