Minggu, 23 Januari 2011

46-2010. SYAIR PETANI KECIL

46-2010. SYAIR PETANI KECIL

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

Padi terendam air

Inilah ungkapan hati seorang petani kecil, suka duka harapan, dan doanya. Moga Manfaat!

I
Inilah kisah seorang petani,
hidup dan berjuang di suatu negeri,
yang kerja keras petang dan pagi,
menggantung harap mengais rezeki.

Tanah yang subur luas membentang,
siap digarap pagi dan petang,
tinggal diri siap ditantang,
tuk hidup mulia masa mendatang.

II
Di pagi hari setelah fajar,
bergegas diri pergi keluar,
menuju sawah dan ladang lebar,
tuk kais rezeki yang masih tersebar.

Ketika padi mulai dibenih,
didalam hati berdoa lirih,
bibir bergetar sambil merintih,
berharap Tuhan memberi lebih.

Padi pun tumbuh senangkan hati,
luas menghijau menyimpan arti,
subur sungguh tumbuhnya padi,
panen berlipat sudah menanti.

III
Tatkala padi mulai berbuah,
harap dihati makin membuncah,
terbayang untuk anak sekolah,
atau mengaji bekal ibadah.

Tapi terkadang harapan musnah,
hama menyerang padi pun hampa,
buahnya banyak isinya tiada,
saat dikupas banyaklah remah.

Pupuk dibeli harganya mahal,
karena pintarnya pedagang nakal,
belumlah lagi pinjaman modal,
harus dibayar berlipat pangkal.

IV
Belumlah lagi saat dijual,
harga gabah tak pernah mahal,
dijual banyak berkuwintal-kuwintal,
tak cukup untuk pulangkan modal.

Kadang diri berputus asa,
biaya dan tenaga luar biasa,
tapi ternyata panen semasa,
tuk makan keluarga saja tak bisa.

Apalah lagi masanya kini,
bertani padi tak dihargai,
dianggap rendah bagaikan daki,
derajatnya setara dengan kuli.

V
Terkadang bertani ingin berhenti,
pindah kerja apapun jadi,
setelah difikir berkali-kali,
bertani juga akhirnya lagi.

Walaupun petani sederhana,
jiwa tentram halal karena,
tak seperti orang dikantor sana,
jantung berdegup takut terkena.

Walau pakaian tidak glamour,
seperti pegawai dikantor-kantor,
biarlah bajunya diluar kotor,
asalkan jangan jadi koruptor.

VI
Satu hal yang bikin bangga,
rezeki tani tak campur duga,
berkah ia jadi sehingga,
dimakan anak menjadi berkah.

Walau bertani dipandang rendah,
tapi anaknya sukses sekolah,
banyak anaknya menjadi gagah,
darah yang halal prestasi dibawa.

Petani padi kurang beruntung,
penguasa yang ada kurang mendukung,
sedikit yang sukses bisa dihitung,
itupun kalau tidak tergulung.

VII
Dahulu petani rendah biaya,
untuk membajak kerbau dibawa,
kotorannya jadi pupuk niscaya,
dagingnya dijual menambah kaya.

Tapi pengaruh baratpun masuk,
dibuatlah banyak pabrik pupuk,
mesinnya mahal membuat teruk,
sungguh strategi pelemahan yang busuk.

Dibarat orang tinggalkan pupuk,
karena merusak mengandung rabuk,
memakai organik mereka sibuk,
sayur dan beras yang sehat masuk.

VIII
Inilah hidup kamu petani,
bukan pengusaha agro industri,
bekerja keras siang dan pagi,
tuk cukupi nafkah anak istri,

Kalaulah nasib sedang beruntung,
alam dan usaha saling mendukung,
melimpah ruah padi ditampung,
jadi terpandang hidup dikampung.

Tetapi bila panennya gagal,
sulit didepan pastilah bakal,
hasil sedikit badan pegal-pegal,
tapi tak guna menyimpan sesal.

IX
Cita-citapun kadang membuyar,
hutang pupukpun tidak terbayar,
anak disekolah berhenti belajar,
rentenir kampungpun mengejar-ngejar.

Terpaksa jadi siburuh tani,
sawah digadai diripun pergi,
menuju kota menjadi kuli,
demi mencari sesuap nasi.

Anak dan istri lalu ditinggal,
segala upaya segala akal,
supaya pulang membawa bekal,
kembali usaha mulai dari pangkal.

X
Berbeda kalau bermodal besar,
ditambah pintar sebagai dasar,
pastilah ia kan sukses besar,
dan mampu menguasai pasar.

Mereka itu bukan petani,
tapi pengupah si buruh tani,
uang bank yang dipedomani,
otak yang kerja bukan badani.

Tapi itulah jalannya taqdir,
pintar dan kurang selalu hadir,
miskin dan kaya terus mengalir,
silih berganti derajat terukir.

XI
Walaupun hidup sederhana,
jadi petani itu mulia,
rezekinya halal pastilah sudah,
dimakan keluarga menjadi berkah.

kalaupun gagal jangan bersedih,
rezeki yang ada takkan beralih,
diganti Tuhan kelak kan pulih,
insya Allah diakherat amalnya putih.

Rezeki yang halal menbawa sehat,
hematlah diri membeli obat,
terhindar anak sifat yang jahat,
dipakai sekolah menjadi berkat.

XII
Inilah doa seorang petani,
kepada Allah Ilahi Robbi,
berilah kami melimpah rezeki,
melimpah ruah buahnya padi.

Kami berpinta yang sederhana,
jauhkan padi serangan hama,
berkahi kamu dalam berhuma,
tiada berlebih cukuplah nafkah.

Lindungi kami sempitnya dada,
jauhkan sakit serta musibah,
Berikan sifat syukur ibadah,
berakhir kelak mati yang indah.

Amien,

Kayuagung,2010
Al Faqiir


Hamdi Akhsan
Petani ke sawah menjelang pagi

1 komentar: