Minggu, 16 Januari 2011

26-2010. SYAIR RUMAH SAKIT

26-2010. SYAIR RUMAH SAKIT

                Oleh
                Hamdi Akhsan

Syair sederhana ini dibuat dari pengamatan terhadap orang yang berlalu lalang beserta tingkah oplahnya dirumah sakit. Sekedar intermezo,moga bisa menghibur.

Wah seru nih

I
Syair pendek ini dibuat,
sambil menunggu istri dirawat,
mengisi waktu supaya lewat,
sampai istri menjadi sehat.

Administrasi mengurus surat,
borang diisi kalimat dibuat,
setelah ruang gawat darurat,
dilayani baik para perawat.

Sambil menunggu kamar yang kosong,
berlalu lalang kereta dorong,
ada yang nangis atau melolong,
semua ingin segera ditolong.

Betapa mulia para dokternya,
walaupun letih gesit kerjanya,
senyum mengembang di wajahnya,
Ya Allah balaslah kebaikannya.

Sibuklah pula para asisten,
demikian pula para residen,
dengan cekatan mengurus pasien,
satu persatu dengan telaten.

II
Ada pula yang teriak-teriak,
sampai suaranya terdengar serak,
ada pula yang muntah berak,
baunya menyebar busuk,alah maaaaak.

Ada pula yang patah tulang,
sudah berbulan tak bisa pulang,
inginnya jangan tanggung kepalang,
supaya nanti tidak mengulang.

Ada pula yang nangis-nangis,
peduli jelek ataupun manis.
kalau tak nangis ia meringis,
karena sakit serasa diiris.

III
Dimana-mana bau obat,
mirip bau petai sekebat,
ataupun bau wese tersumbat,
alamak.......tobaaaaaat.

Penunggu pasien berlalu lalang,
sudah lama tak pernah pulang,
ada yang bau bukan kepalang,
seperti bau bakaran belalang.

Ada pula yang tak semangat,
uang habis selalu teringat,
karena mahalnya biaya obat,
atau operasional untuk merawat.

IV
Banyak juga yang menggerutu,
karena tak puas sudahlah tentu,
haruslah mereka jangan begitu,
karena yang diurus bukannya satu.

Perawat datang sambil tersenyum,
bawakan makan beserta minum,
kadang mengantar buah yang ranum,
atau periksa secara umum.

Lain pula para penunggu,
sebahagian malah jadi mengganggu,
banyak bertingkah juga belagu,
diingatkan orang seperti gagu.

V
Ada yang datang masih gagah,
tapi malaikat tak bisa dicegah,
atau datangnya bisa dicegah,
maka pulangnya mayat juga.

Terdengar ada orang menangis,
airmatanya terbuang habis,
nafas yang sakit dah senin kamis,
nyawapun sudah kembang-kempis.

Dirumah sakit dunia mini,
ada yang takut juga berani,
ada yang kaya hidup mumpuni,
yang miskin juga kan ditemui.

VI
Ada juga yang tak diduga,
merasa sakit padahal gagah,
tau bisa faham atau dicegah,
minta dirawat inap juga.

Ada pula yang merasa kesal,
dari bengkulu ia berasal,
sudah dua bulan ia di bangsal,
belum apa sakitnya asal.

Disudut sana ada yang duduk,
sambil lehernya terlilit handuk,
persis seperti supir truk,
padahal pasien baru berwudhuk.

VII
Kadang pasien salah rasa,
menganggap dokter semua bisa,
padahal mereka manusia biasa,
kadang salah atau tak bisa.

Menjadi dokter tidaklah mudah,
Biaya banyak habislah sudah,
praktek diluar mencari tambah,
supaya ekonomi bisa berubah.

Memang itulah dirumah sakit,
pasti keluar banyak sedikit,
supaya sembuh dan bisa bangkit,
cari rezeki sebesar bukit.

VIII
PENUTUP
Inilah syair sekali lewat,
sambil menunggu istri dirawat,
mengisi sepi kata dibuat,
ya...kadang ada yang terlewat.

Di rupit indah tempat berada,
ruang saraf dilantai dua,
sambil berbaring wajah tengadah,
berharap sembuh untuk istrinda.

Syair berakhir sampai disini,
sebagai pengisi malam yang sunyi,
inilah cobaan sebagai seni,
taqdir ilahi mari imani.


RSMH Palembang, 1 Oktober 2010
Hamba Allah


hamdi akhsan.

0 komentar:

Posting Komentar