Senin, 24 Januari 2011

60-2010. SYAIR UNTUK PUTRAKU TERCINTA II

60-2010. SYAIR UNTUK PUTRAKU TERCINTA II

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Syair bermula dengan Bismillah,
Hadapkan jiwa kepada Allah,
pencipta ayah dari semula,
sampai kelak ditiup sangkakala.

Syairku ini ungkapan hati,
untuk anakku pria sejati,
masa yang panjang akan kau titi,
sampai kelak berjumpa mati.

Ayah bermadah pada ananda,
selagi nafas masih di dada,
berharap saat berakhir sudah,
disisi ayah engkau berada.

II
Engkau adalah putra bungsuku,
dirumah tinggal engkaulah satu,
jadi cahaya penyedap mataku,
menghibur jiwa sepanjang waktu.

Jiwamu lembut bagaikan sutra,
kena sedikit sudah terluka,
bicara keras ayah tak bisa,
halus dirimu sangat perasa.

anakku...
Didalam kurang tersimpan lebih,
jiwa yang lembut sangat pengasih,
tak bisa biarkan orangtua letih,
apalah lagi sampai merintih.

III
Anakku...
Usiamu sudah sebelas tahun,
sudahlah wajib syarat dan rukun,
halal dan haram harus kau himpun,
tingkah dan laku mulailah santun.

Kadang kulihat engkau tersedan,
tak tahu ayah sebab gerangan,
untuk bertanya ayahpun segan,
takut matamu semakin hujan.

Kulihat engkau disaat tidur,
kakimu sudah panjang membujur,
tapi terkadang masih ngelindur,
ungkapan hati yang engkau kubur.

IV
Anakku...
Padamu ayah sangat berharap,
jagalah iman supaya mantap,
selalu sopan dalam bersikap,
bersunnah kala sedang bersantap.

Mulai belajar dengan disiplin,
banyak berdoa ibadah rajin,
kurangi main kalaulah mungkin,
Insya Allah sukses ayah yakin.

Kalaulah ingin bermain bola,
janganlah langsung habis sekolah,
pakaian kotor membuat cela,
susah dicuci robek terbelah.

V
Hafalan Quran engkau aktifkan,
doa yang ma'tsur engkau hafalkan,
nasehat umi engkau indahkan,
Niscaya malaikat akan sayangkan.

Belajar mulai hidup prihatin,
banyak temanmu yang sangat miskin,
hampir tak pernah pergi ke kantin,
bajupun kadang tambalan kain.

Kalau hatimu selalu kau jaga,
nasehat ayah resapkan juga,
ibadah keras jiwa dan raga,
niscaya kelak kan masuk surga.

VI
Anakku...
Malampun kian bertambah larut,
dinginnya tulang rasa mengkerut.
ananda sudah dibawah selimut,
kerjaan ayah masih carut marut.

Inilah cinta seorang ayah,
perduli badan letih dan payah,
semua telah rapuh dimakan usia,
dipaksa keadaan apalah daya.

Bukannya ayah sedang mengeluh,
sendi-sendipun rasa kan luluh,
baju dibadan keringnya peluh,
semoga anakku selalu patuh.

VII
Kalaulah kelak usiaku panjang,
lepaskan engkau dimasa bujang,
tetapi maut tiada diundang,
setiap saat pasti kan datang.

Kalaulah ayah pergi dahulu,
doakan ayah dimalam dalu,
doamu ayah harapkan sellu,
diampuni ayah mogalah tentu.

Anakku sayang permata jiwa,
usikau kini berajak tua,
mata pun makin rabunlah sudah,
bekerja berat badanpun lelah.

VIII
Disaat sunyi ayah munajat,
diberi engkau mulia derajat,
dikabul Allah yang engkau hajat,
dilindunginya sepanjang hayat.

Tatkala coba datang melanda,
ingatlah ayah wahai ananda,
kenanglah saat bersama indah,
tegarkan iman didalam dada.

Syair ayah sampai disini,
nanti kan ayah lanjutkan lagi,
berharap ayah pada Ilahi,
Selamat engkau sampai ke mati.


Inderalaya, 26 November 2010 (pukul 22.00)
Ayah


Hamdi Akhsan

NB : Nanti ayah sambung lagi ya,sedang masih lembur di kampus sedang numpuk kerjaan

0 komentar:

Posting Komentar