Minggu, 30 Januari 2011

34-2011. Syair Palembang

34-2011. Syair Palembang

               Oleh
               Hamdi Akhsan.

Jembatan Ampera Ikon Kota Palembang

Pengantar
Even internasional yang kolosal dalam waktu dekat di Sumatera Selatan adalah Seagames dan even nasionalnya adalah Jambore Nasional di Teluk Gelam (Kabupaten OKI). Selain itu banyak pertanyaan tentang Palembang dari berbagai pihak. Syair sederhana ini mencoba memberikan gambaran tentang Palembang, walaupun banyak kekurangan semoga berguna untuk mereka yang mencari informasi tentang Palembang atau akan berkunjung ke Palembang. Terima Kasih!

I
Inilah syair tentang  Palembang,
ribuan tahun kota berkembang,
dikenal  negeri para  pedagang,
kini  menjadi  kota terpandang.

Diyakini  dulu  pusat Sriwijaya,
negara bahari pernah berjaya,
SwarnaBhumi jadi gantinya.
bumi emas makna katanya.

Di sungai banyak pencari emas,
dilimbang pasir sambil diawas,
didapat emas hatinya puas,
jadilah Palembang dikenal luas*.

II
Pernah ada Kesultanan berjaya,
Palembang Darussalam pasti namanya,
Simbur cahaya kitab rakyatnya,
dari agama sumber hukumnya.

Raden Fatah Sultan di Demak,
Dari Palembang ia menapak,
didukung walisongo ia serentak,
jadilah ia Sultan yang bijak.
Sultan Mahmud Badaruddin II
Terkenal seorang Pahlawan Gagah,
Mahmud Badaruddin II pasti namanya,
Ternate tempat pengasingannya,
disana pula tempat kuburnya.

III
Tempat wisata banyak tersebar,
setiap tahun berlomba bidar,
wisata kapal putri kembang dadar,
atau jalan-jalan sore untuk sekedar.
Benteng Kuto Besak
Kutobesak namanya benteng,
dekat ampera ia mentereng,
di Pulau kemarau ada kelenteng,
menyolok merah atapnya genteng.
Pulau Kemarau

Makam Sultan pulau tengkurap,
lokasinya dekat kampung arab,
Doa dilantun berkah diharap,
supaya makmur palembang tetap.

IV
Terkenal nama bukit siguntang,
dalam legenda Masa Sang Hiyang,
Berasal disana terus cemerlang,
Sriwijaya lama dulu berkembang.
Musium Balaputra Dewa

Jangan lupa ke musiumnya,
Balaputra Dewa nama lengkapnya,
dekat ampera lokasi tepatnya,
segala peninggalan ada didalamnya.

Diseberang benteng rumah kapitan,
tinggalandahulu di pecinaan,
berbaur mereka para peranakan,
bersatu damai tuk penghidupan.

V
Terkenal pula makanan khasnya,
ikan menjadi bahan dasarnya,
pempek palembang tentu barangnya,
enak dimakan dengan cukanya.
Pempek

Selain pempek dikenal tekwan,
bahan dasarnya bersumber ikan,
ditambah timun dicencang-cencang,
kuahnya enak tuk dihirupkan.

Selain dibuat pempek dan tekwan,
model juga tak kalah tuan,
dicampur kuah dengan cendawan,
makanan enak sungguh menawan.

VI
Janganlah lupa kerajinannya,
kain Songket itu namanya,
murah dan mahal macam harganya,
tergantung dompet sang pembelinya.

Kain songket jadi perlambang,
dibawa tujuh saat meminang,
dipakai resepsi hati kan senang,
momen yang indah terus dikenang.

Kalaulah anda ingin mencari,
ke Tangga buntung orang kan pergi,
atau sumbernya daerah OI,
jadikan kenangan ke Palembang dari.

VII
Wah, jangan pula lupakan pindang,
enak dimakan sedap dipandang,
ada yang langsung ada dipanggang
itulah ciri pindang palembang.

Ikan asap juga disuka,
di Musi dua dagang dibuka,
bikin sendiri tentu mereka,
segar terasa saat dibuka.

Ada pula pindang tempoyak,
durian diawet bentuknya loyak,
dihirup enak dimakan layak,
tradisi buatan para khalayak.

VIII
Itulah tradisi kota Palembang,
datanglah anda sambil bertandang,
dimana-mana bisa dipandang,
banyak tersebar sawah dan ladang.

Keluar palembang banyak dilihat,
danau Ranau tempat Istirahat,
Bukit Telunjuk ada di Lahat,
Gunung demponya di arah barat.

Ada pula air terjunnya,
di Muara enim tempat pastinya,
di Ulu Ogan gemuhak namanya,
indah sungguh pemandangannya.

Goa putri ada di OKU,
Bukit petir di MURA Ulu
Rumah Knockdown di Tanjung Batu,
di Pedalaman tersisa kubu.

IX
Ini sekelumit tentang Palembang,
Sumatera Selatan terus berkembang,
jadi Provinsi disegani orang,
apalah lagi masa sekarang.

Menjelang even yang besar tiba,
marilah kita saling menjaga,
tamu datang disambut ramah,
supaya harum dimana-mana.

Maafkan saya sudah berani,
walau ilmu belum mumpuni.
Menulis Madah sebagai seni,
Syairku habis sampai disini,

Inderalaya, 30/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar