Sabtu, 15 Januari 2011

17-2010. Syair Untuk Suami

17-2010. Syair Untuk Suami

               Oleh
               Hamdi Akhsan

               

I
Suamiku...
Kuawali syair dengan Bismillah,
bermohon ridho kepada Allah,
tempat meminta makhluk segala,
dekatkan rahmat jauhkan bala.

Wahai suamiku pujaan hati,
teman hidupku sampai kumati,
selalu bersama bagai merpati,
susah dan senang telah kita titi.

Syair kutulis sepenuh cinta,
tak mampu daku untuk berkata,
hanya padaNya daku berpinta,
bahagia selalu bersama kita.

II
kukenang dikau masa dahulu,
pemuda alim jadi penghulu,
quran dan hadits iringi selalu,
dihari siang maupun dalu.

Matamu sejuk memancar iman,
dalam dadaku terasa nyaman,
ucapanmu bagai harum-haruman,
menebar cinta didalam taman.

Ketika engkau datang mengkhitbah,
dalam jiwaku rasa membuncah,
dapatkan lelaki seperti damba,
tempat bersandar tempat bermanja.

III
Ketika engkau nikahi daku,
sungguh bahagia dalam hidupku,
Bagaikan gunung sudah tekadku,
bersama engkau hai kekasihku.

Bersama kita jalani hari,
iman ibadah didalam diri,
mencari nafkah berseri-seri,
keluarga tercinta akan diberi.

Kini kita telah berputra,
Alhamdulillah diberi dua,
putra dan putri lengkap sudah,
terima kasih wahai Robb hamba.

IV
Hidup kita selalu bahagia,
ketika ada atau tiada,
makan dan biaya anakpun ada,
nafkah darimu cukuplah sudah.

Benarlah kata umi dan abah,
cinta yang baik akan dicoba,
badaipun datang hebat melanda,
terasa perih didalam dada.

Tapi cintaku tidak berkurang,
hanya untukmu kanda seorang,
bersama kita hadapi perang,
agar kembali ke jalan terang.

V
Walau daku kadang menangis,
bila teringat rasa teriris,
tapi tekadku tak pernah tipis,
bersama sampai nyawaku habis.

Walaupun engkau pernah bersalah,
cintaku tiada pernah terbelah,
kuminta selalu kepada Allah,
semakin kuat imanmu malah.

anak kita semakin besar,
mendidik mereka mari bersabar,
mari bermohon pada yang Akbar,
diberi kita iman yang kekar.
VI
suamiku...
Waktu berlalu bagaikan pedang,
kapanpun mati akan menghadang,
jadikan quran sebagai dendang,
agar akherat kita terpandang.

Tanpa terasa rambut memutih,
kerja sedikit mulai letih,
jalanpun sudah mulai tertatih,
dekatlah kita si kain putih.

Kalaulah boleh daku meminta,
apa yang lalu hapuslah sudah,
ke depan mari kita tengadah,
agar menguat iman didada.

VII
Kalaulah boleh daku meminta,
cukup diriku yang engkau cinta,
penyenang hati penyedap mata,
tempat mengadu bahagia derita.

Dalam tidurmu yang sangat nyenyak,
kupandang wajahmu lalu terhenyak,
keringat letihmu bagaikan minyak,
kerut menua mulai banyak.

Kutahu engkau sangatlah letih,
sedu sedanku bagaikan rintih,
kucium rambutmu mulai memutih,
sambil bisikkan cinta yang putih.

VIII
Suamiku sayang...
Kadang kutahu engkau kecewa,
melihat diriku mulai menua,
banyak mengomel sedikit tertawa,
namun tersimpan didalam jiwa

ketika malam daku terbangun,
kulihat engkau duduk melamun,
kadang-kadang engkau tersenyum,
aku tak tahu ataupun mafhum.

Ketika putra mulai besar,
perhatianku mulai tersebar,
mengurus engkau kadang tak sabar,
rasa cemburu sering diumbar.

IX
Ini semua sifat wanita,
sebagai wujud dalamnya cinta,
tapi terkadang kau menderita,
karena cemburu membabi buta.

Dihari ulang tahunmu ini,
kumohon kepada Robbul Insani,
cukuplah perih sampai disini,
ke depan kita selalu harmoni.

Doakan daku wahai kakanda,
pintu kebaikan selalu terbuka,
ridhoi daku ketika tiada,
agar langkahku lapang di surga.
X

Diakhir syair kumohon maaf,
kalaulah salah ataupun khilaf,
Alhamdulillah terus kuucap,
sebagai hamba yang syukur nikmat.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan.

0 komentar:

Posting Komentar