Selasa, 18 Januari 2011

31-2011. SYAIR KUBUR

31-2011. SYAIR KUBUR

              Oleh
              Hamdi Akhsan

Apa arti semuanya kalau sudah begini?

I
Kumulai syair dengan Bismillah,
bermohon Ridho kepada Allah,
bergantung kepada Izzatullah,
bermohon ampun bila tersalah.

Syairku berkisah tentang kubur,
tempat yang sempit ulat bertabur,
daging terurai menjadi bubur,
tulangpun jadi hancur lebur.

Dikubur kelak tinggal sendiri,
tinggallah anak tinggalah istri,
tinggal semua yang telah dicari,
hanyalah harap ampun diberi.

II
Didalam kitab telah disebut,
manusia berbeda dari malakut,
asalnya dari air berdenyut,
bertemu telur didalam perut.

Setelah itu setetes darah,
segumpal daging berwarna merah,
bentuk disusun tulang ditata,
ruh ditiup janji diminta.

Kepada manusia diminta janji,
selalu hidup taat Ilahi,
selalu ingat tempat kembali,
bagaikan malam rindukan pagi.

III
Ketika diri telah dilahirkan,
ayah dan umi memeliharakan,
sampai ke baligh diamanatkan,
seperti itulah perintah Tuhan.

Ingatlah kita hai saudaraku,
ketika baligh datanglah waktu,
rukun dan syarat mulai berlaku,
amal dan dosa mulai disitu.

Puluhan tahun berlalu sudah,
rambut yang hitam mulai berubah,
kerut di wajah makin bertambah,
maut kan datang itulah tanda.

IV
Menangis hamba saat menghayat,
malaikat maut sudah mendekat,
ketika nyawa berpisah hayat,
bagai digergaji semua urat.

Dengarlah kata Rasul tercinta,
sakitnya maut tak dapat dikata,
seribu pedang memukul kita,
seakan mencelat si biji mata.

agar berkurang sakitnya maut,
berdoa kita khusuk dan takut,
ringankan dari sakratul maut,
nyawa dan badan segera tercabut.

V
Ketika nyawa telah berpisah,
ratap dan tangis keluarga susah,
sedih dan pilu keluarga merasa,
hidupkan lagi tapi tak kuasa.

Badan yang gagah akan terbujur,
ditutup kain tangan diatur,
sibuklah orang menggali kubur,
sebagian berusaha untuk menghibur.

Dulu perkasa kini terbaring,
dibasuh tengadah dibasuh miring,
wudhu diberi berdoa nyaring,
ditabur minyak didalam piring.

VI
Tubuh yang kaku sudah terhampar,
kini dibungkus kain tiga lembar,
diikat kuat agar tak bubar,
dialas dengan tikar selembar.

Kini orang menyolatkannya,
terlihat dari banyak dikitnya,
kalaulah baik  banyak  orangnya,
sedikit juga boleh hukumnya.

Setelah sholat tubuh diangkat,
keranda dibawa bercepat-cepat,
jalannya bagai mau melompat,
kubur menanti semakin dekat.

VII
Sampai dibawa jenazah ketempat,
keranda diambil tikar diangkat,
diturunkan jasad ke liang lahat,
ditutup tanah diinjak padat.

Isak dan tangis habis disini,
tinggal dikubur ia sendiri,
mulai menoleh ke kanan kiri,
gelap dan sempit yang didapati.

Malaikat datang mengucap salam,
datangnya langsung tak tunggu malam,
tak basa-basi ataupun diam,
langsung bertanya pokok terdalam.

VIII
ditarik mayat supaya duduk,
atasnya sempit harus menunduk,
terhina bagai si anjing buduk,
Ya Allah padamu jua hamba-Mu tunduk.

Ditanya malaikat tentang Robbuka,
jawaban tak bisa direka-reka,
otak dan akal tidak terbuka,
terjawab apa yang paling disuka.

Kalaulah bisa direkayasa,
membawa kertas pastilah bisa,
atau direkam seperti biasa,
tak akan ada orang yang susah.

IX
Jawaban muncul secara spontan,
buahnya iman seperti intan,
selama hidup musuhnya syaitan,
patuh selalu pada peringatan.

Jawaban akan muncul mengalir,
lancar seperti hanyutnya air,
tanpa dihafal tanpa difikir,
asalkan hidup banyak berzikir.

Bagi mereka yang salah kata,
dihantam langsung tulangnya patah,
sakitnya tak bisa diungkap kata,
sampai mencelat si biji mata.

X
Tanya kedua tentang imamnya,
apakah alquran dipedomaninya,
perintah Allah dikerjakannya,
larangan Allah ditaatinya.

Jawaban tak dapat direkayasa,
kalaulah benar pastilah bisa,
kalaulah tidak putuslah asa,
dipukul dengan cambuk selaksa.

Beda dunia dengan dikubur,
jasad dipukul sampai membubur,
kembali lagi karena lentur,
dipukul lagi daging berhambur.

XI
Tanya ketiga tentang rasulnya,
apakah jadi teladan hidupnya,
ibadah ikut cara-caranya,
bercermin selalu pada akhlaknya.

Kalaulah hidup penuh maksiat,
jawaban pasti salah dan sesat,
terbalik-balik terjulat-julat,
dipukul lagi berlipat-lipat.

Sungguh sedih bukan kepalang,
rasakan siksa tiada terbilang,
tak ada tempat berlari pulang,
sampai kiamat datang menjelang.

XII
Tanya keempat sangatlah dahsyat,
bagaimana cara harta didapat,
kemana harta jadi manfaat,
dipakai benar atau maksiat.

Tanya yang ini amatlah penting,
karena harta iman terbanting,
duda yang tua bisa menyunting,
rambut yang lurus bikin keriting.

Harta yang baik ada zakatnya,
dipakai dengan benar caranya,
dicari dengan aturan kitab-Nya,
akan membantu lapang kuburnya.

XIII
Ditanya juga kiblat dirinya,
itu bermakna tentang sholatnya,
kalau ke mekkah jawab darinya,
berarti sholat benar caranya.

Ditanya juga sholat yang wajib,
darilah isya sampai ke maghrib,
apakah telah dikerja tertib,
ataukah hanya tertungit-tunggit.

Kalaulah sholat sudah sempurna,
beruntung ia jasi karena,
mendapat pahala dijanjikan-Nya,
selamat ia dalam kuburnya.

XIV
Setelah itu malaikat pergi,
meratap ia sesali diri,
mengapa didunia tak tahu diri,
untuk kembali tak mungkin lagi.

Dalam ratap tangis menghiba,
datanglah teman yang tak didamba,
busuk bernanah kotor bertinja,
kalau bicara seperti marah.

Yang baik juga diberi teman,
harum baunya penuh senyuman,
kalau berkata terdengar nyaman,
sungguh...bahagia sampai akhir zaman.

XV
didalam Hadits Rasul bersabda,
didalam kubur orang berbeda,
yang beriman ditaman surga,
yang melawan di dekat neraka.

Bagi mereka orang beriman,
hidup dikubur tiada bosan,
seperti tidur punya impian,
terbangun di hari pembalasan.

Terbalik bagi mereka yang kufur,
maksiat hidup sudah terlanjur,
lama terasa didalam kubur,
waktunya panjang tiada terukur.

XVI
Hatiku perih mata menangis,
teringat pada malaikat yang bengis,
tiada perduli ratap dan tangis,
tersayat badan luka menggiris.

Wahai Ilahi Maha Pengampun,
tolonglah hamba selalu dituntun,
supaya dikubur tempat berhimpun,
mendapat rahmat mendapat santun.

Hambamu ini berlumur dosa,
imanpun lemah kadang terasa,
taat padamu kadang tak bisa,
walaupun diri telah usaha.

XVII
Syair kubuat sambil meratap,
wajah ke langit tiada beratap,
berharap iman selalu tetap,
taat selalu dalam bersikap.

didalam kubur mayat terbaring,
dipasang lurus badannya miring,
barulah pergi para pengiring,
malaikat datang mayat merinding.

Ketika dikubur tinggal sendiri,
tiada gunanya sesali diri,
menangis sampai rambut berdiri,
air mata darah mengalir dari.

XVIII
Kepada diri hamba berpesan,
juga  istri dan keturunan,
ketika mati mohon doakan,
agar dikubur baik balasan.

Syairku sampai disini dulu,
karena malam menjelang dalu,
dan hati ini terasa pilu,
kepada Allah hamba pun malu.

Pada sahabat kuucap salam,
sebagai penutup diawal malam,
berharap hamba pada penguasa Alam,
di karunia surga Darussalam.

Inderalaya, 2010
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar