Senin, 24 Januari 2011

57-2010. SYAIR HARAPAN DAN KERINDUAN SEORANG ANAK MISKIN (antologi Syair akhir zaman)

57-2010. SYAIR  HARAPAN DAN KERINDUAN SEORANG ANAK MISKIN 
               (antologi Syair akhir zaman)

Kapan Ayah Pulang?

                Oleh
                Hamdi Akhsan.

I
Seorang anak di gubuk bertanya pada ibunya...
Bunda, mengapa kita tinggal di gubuk ini?tidak seperti temanku tinggal dirumah bagus disana?
Dengan sedih ibunya menjawab. "Anakku...kita dimuliakan Allah lebih dahulu masuk surga dengan jarak sampai 500 tahun perjalanan dari mereka.
Kita juga sedang dibimbingnya untuk tidak berlebih pakaian berserak dimana-mana,
dan kita juga diberinya kesempatan untuk tidak memubazirkan nasi dan lauk pauknya.

Tapi bunda sergah sang anak!
Sabar anakku...
surga itu didapat dengan bersyukur bagi yang berpunya,
surga didapat dengan berjuangan untuk  bersabar bagi kita yang teraniaya.

II
Bundanya bertutur,
anakku sayang....
Dengarlah do'a Rasul tercinta :Ya Allah, hidupkanlah hamba sebagai orang miskin, mencintai dan dicintai orang miskin.
Menjelang wafatnya beliau gelisah, karena masih menyimpan uang beberapa keping,
sungguh...anakku, Rasul kita adalah penghulu orang miskin.
Si anak terdiam...Ia tidak mengerti, dan tetap akan tidak mengerti sebelum usia mendewasakan diri.

III
Sang Bunda terus bertutur tanpa tahu sang anak telah tertidur...
Anakku...
Hidup didunia bagai musafir,
sejauh jalan akan berakhir.
bunda berharap amal kau ukir,
agar selamat di Yaumil Akhir.

Betapa sulit tatkala pulang,
ketika maut mulai menjelang,
sakitnya bukan alang kepalang,
bagai digergaji sambungan tulang.

Terhadap harta ditanya dua,
cara didapat digunakannya,
kalau tak sesuai dengan aturan-Nya,
alamat sengsara karena siksa-Nya.

Anakku...sabarlah.

IV
Ibundanya masih bicara...
Kelak bukalah sejarah lama,
bertabur banyak sahabat utama,
Abu Zar adalah orang pertama,
jalani zuhud sebagai ulama.

Kalaulah kaya tidaklah salah,
asalkan jangan jadi masalah,
supaya nikmat didapat malah,
bukannya siksa ataupun bala.

Agama ini bukan mainan,
bukan pula tuk perdebatan,
akhlak yang baik di perkataan,
sebagai cermin didalam badan.

Akhirnya...bundanya sadar kalau anaknya telah tertidur,
ia lantunkan lirih sebuah doa :

V
Ya Allah,
Dihadapanku kini terbujur lelap anakku,
Hamba mohon pada-Mu dengan segenap keagungan-Mu,
Bila berharta akan mendekatkannya pada-Mu,
limpahilah anakku dengan kekayaan dan kejayaan dari sisi-MU,
Namun apabila tidak, jangan hinakan dia harus menjadi peminta-minta kepada makhluk-Mu,
Kuatkan anakku dalam ketiadaan, rendahkan hatinya dalam kekayaan sehingga ia tetap takut pada-Mu,
Ya Allah...ampunilah anakku. Amien!

VI
Keesokan harinya sang anak tadahkan tangan,
terdengar lirih ia berguman,
Tuhan...kapan ayah pulang bawa mainan,
dan sapu mendung diwajah bunda yang bagai mentari tertutup awan.

Tuhan...Betapa kuingin seperti yang lain,
dibimbing ayah pergi bermain,
dipasangkan ikatan kain,
tapi mengapa?hanya di batin.


Al Faqir


Hamdi Akhsan
*NB : Ini sebuah syair komptempolasi, bukan narasi peristiwa atau opini.

0 komentar:

Posting Komentar