Minggu, 16 Januari 2011

24-2010. SYAIR UNTUK SAUDARAKU DI TARAKAN

 24-2010. SYAIR UNTUK SAUDARAKU DI TARAKAN


                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

PENDAHULUAN.
I
Terkejut kami wahai saudara,
melihat di tivi tarakan membara,
sesama kita bertumpah darah,
wajah menyorot penuh amarah.

Betapa sedih kami mendengar,
ribuan orang berwajah sangar,
saling teriak saling bertengkar,
tunjukkan diri sebagai pendekar.

Nyawa sesama pun bertumbangan,
pengungsi lari pun berdatangan,
wajah yang datang pun ketakutan,
masya Allah!berlindung kami dari syaitan.

II
dimana engkau pemimpin daerah,
dimana-mana sudah berdarah,
rakyat berlari tak tentu arah,
akankah kau tunggu semuanya marah?

ingat selalu saat pilkada,
setiap dirimu menepuk dada,
tak ada masalah yang takkkan sudah,
tapi buktinya?sungguh tak ada.

Berhati-hatilah dengan amanah,
dicambuk malaikat bernanah-nanah,
ditusuk dengan ribuan panah,
pemimpin yang hanya tebar pesona.

III
Jadi pemimpin janganlah dumeh,
semua masalah dianggap remeh,
nyawa rakyatpun anggap sepele,
walau darahpun sudah meleleh.

setiap pemimpin adalah iman,
sekecil apapun dipertanggungjawabkan,
setiap rupiah kan ditanyakan,
tiada catatan apapun yang terlewatkan.

Malaikat Allah tak pernah tidur,
hanyalah amal dapat menghibur,
segera bertaubat sebelum membubur,
agar tak sesal karena terlanjur.

IV
Kepada sesama kami meminta,
duduk berunding marilah kita,
tak perlu mengata-ngata,
atau mustahil apa dipinta.

Kalaulah kita terus mengamuk,
banyaknya rumah yang akan ambruk,
tinggallah nanti kita digubuk,
anak dan istri akan terguguk.

Ingatlah engkau hai saudaraku,
kita seiman walau tak sesuku,
sering berunding sering bertemu,
mengapa sekarang menjadi kaku.

V
Kami menghimbau pada aparat,
segera tertibkan walaupun berat,
jangan hanya berkiblat ke barat,
tangkapi ulama sebagai syarat.

Jangalah rakyat hilang percaya,
runtuh negara jadi niscaya,
sebelum terlambat gunakan daya,
sebelum semuanya tiada berdaya.

Kalaulah perlu turun tentara,
merekalah patriot penjaga bendera,
tugas utama jaga negara,
mintalah amankan pertumpahan darah.

VI
Berita kemarin yang kami terima,
sudah hilang nyawa berlima,
sanak keluarga akan trauma,
anak yatim pun hadir menjelma.

Betapa sedih berita yang datang,
40.000 pengungsi sudah menggelandang,
entah kapan kan bisa pulang,
untuk jalani hidup yang tenang.

Maunya rakyat  sederhana,
amannya tempat dimana-mana,
mencari makan mudah karena,
sekolah anak didukung dana.

VII
Sungguh kasihan kepada rakyat,
sudah menanggung hidup yang berat,
sepanjang hidup selalu melarat,
kerakap di batu jadi ibarat.

Mengapa banyak mereka yang tega,
anggaran yang ada difoya-foya,
membangun gedung dilipat harga,
lebihnya dimakandisimpan juga.

dimana-mana banyak kutipan,
dari RT sampai kecamatan,
dari rumah tangga sampai jalanan,
Ya Allah,tolonglah kami dari kesulitan.

VIII
Kalau begitu caranya hidup,
hati nurani pasti kan redup,
sinarnya iman akan tertutup,
gelap gulita kubur tertangkup.

Mengapa mereka tak sadar juga,
dirumah tangga ada yang ketiga,
anak narkoba senang berlaga,
karena haram yang masuk raga.

Kepada sahabat hamba berpesan,
hidup di dunia hanya titipan,
umur yang ada bagai kilasan,
terhenyak kita di hari pembalasan.

IX
Kalaulah kita membuka mata,
melihat mereka yang banyak harta,
segala cari itu dipinta,
dimasa tua sangat menderita.

Ada yang harus masuk penjara,
terkena rampok atau dijarah,
atau terkena stroke yang parah,
ataupun berakhir muntah darah.

Terhadap jabatan mari amanah,
tak guna lagi didalam tanah,
tinggallah jasad busuk bernanah,
tinggallah juga segala yang fana.

X
Saudaraku...
Marilah kita kepala dingin,
duduk mufakat apa yang ingin,
jangan selalu mau di atas angin,
atau tercerai seperti bungin.

wahai saudara yang ditarakan,
sesama muslim dipersaudarakan,
hentikan segala pertikaian,
bersama kita saling bermaafan.

Emosi tinggi tiada guna,
hancurlah kita jadi karena,
yang mati dikubur didalam tanah,
yang salah menjadi narapidana.

XI
Bersama kita membangun negeri,
tanah yang subur kita diberi,
Rahmat Pencipta datangnya dari,
mari semua kita sadari.

Pabila kita banyak bersyukur,
rezeki Allah tiada terukur,
tapi pabila kita kufur,
kedalam bencana kita tersungkur.

Wahai saudara bugis dan dayak,
yang hatinya sudah saling terkoyak,
saling maafkan  secara layak,
sembuhkan luka terlanjur meruyak.

XII
Marilah buka lembaran baru,
tak guna kita saling seteru,
jadikan semua sebagai guru,
supaya tak terjadi masalah saru.

Anak yang mari ajarkan,
akhlak mulia mari tanamkan,
berlain suku dipersaudarakan,
beda yang banyak dipersatukan.

Masa didepan sangatlah berat,
mereka semua akan melarat,
miskin dan papa akan terjerat,
terjajah oleh negara barat.

XIII
Kepada Allah hamba berdoa,
damaikan hati mereka berdua,
agar tak lagi saling berbantah,
tiada lagi darah tertumpah.

Kepada Allah kumohon ampun,
pemimpin juga agar dituntun,
kepada rakyat selalu santun,
bertutur kata bagai berpantun.

Kepada Allah rahmat kumohon,
Jadikan negeri seperti pohon,
berbuah banyak enak ditonton,
megah berdiri seperti keraton.

XIV
PENUTUP
Marilah kita saling membela,
berhenti kita saling mencela,
Maafkan hamba bila bersalah,
ampun kumohon kepada Allah.


hamba Allah


Hamdi akhsan


0 komentar:

Posting Komentar