Minggu, 24 Juli 2011

259-2011. Senandung Pagi (5)

259-2011. Senandung Pagi (5)

                 Oleh
                 Hamdi Aksan


I
Kadang pagi yang senyap dipecahkan oleh tangisan.
Malam yang tadi penuh  tawa berubah jadi ratapan.
Tatlala datang kiamat kecil  dalam wujud kematian.
Itulah  taqdir  Ilahi  yang  senantiasa  di pergilirkan.

Betapa manusia terkejut dengan datangnya masa itu.
Kala panggilan datang  menghadap pada-Nya Yang Satu.
Tinggallah keluarga yang telah bersama sepanjangnya waktu.
Dan mulailah ia dengan aktivitas kehidupan alam kubur yang baru.

II
Di saat ada  kematian, pagi pun jadi murung berselimut mendung.
Seolah-olah dirinya yang selalu  malang dan tidak beruntung.
Padahal nikmat Ilahi yang didapat  sungguh tak terhitung.
Taqdir dari tiada dan kembali tiada harus berlangsung.

Bersama datang mentari, berlalu pula seorang hamba.
Kembali  menghadap pada  pemiliknya Sang Pencipta.
Dengan  dua  pilihan  akherat  balasan  perbuatannya.
Mendapatkan  ampunan atau rasakan  perih siksa-Nya.

III
Didalam pagi tersimpan harapan indahnya masa depan.
Setiap insan yang punya kehendak inginkan keberhasilan.
Apa yang direncanakan pada hari itu sekuatnya  diusahakan.
Namun yang  berlaku pasti  di bumi tetaplah  kehendak Tuhan.

Sungguh mutlaknya pemutusan taqdir ada pada Sang Pencipta.
Karena itulah hidup ini berseling tawa dan cucuran air mata.
Terkadang ada benci dan marah kadang pula rasa cinta.
Demikianlah pergantian  sampai diri  menutup mata.

IV
Adalah kepasrahan  jalani  taqdir Ilahi  harus dijalani.
Karena masa depan bagi semua makhluk adalah  misteri.
Semuanya merupakan  hasil pengaturan dari  kehendak Ilahi.
Yang tak pernah berubah walau telah bergantinya ribuan generasi.

Embun telah menghilang, pagi berlalu, dan haripun telah berganti.
Suka dan duka dalam kehidupan hendaknya pasrah tuk dijalani.
Itulah dua hal bertentangan yang  dengan rata telah dibagi.
Agar manusia selalu ingat pada mutlaknya kekuasaan Ilahi.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar