Senin, 11 Juli 2011

243-2011. Kidung Sekarat Seorang anak Durhaka (2)

243-2011. Kidung Sekarat Seorang anak Durhaka (2)

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan


I
Nafas tersengal menahan sakit,
sambungan tulang bagai dijahit,
ingin rasanya diri menjerit,
memohon jeda walau sedikit.

Duhai, betapa jasad kini merana,
rindukan bunda di alam sana,
ayah pun tak tahu entah dimana,
karena diri telah durjana.

Kini sesalku tiada berguna,
terlambat taubat diri karena,
ketika jasad menjelang fana,
diri yang malang hendak kemana.

II
Mengapa dulu begitu jahat,
diri tak mau dengar nasehat,
prilaku durhaka sungguh melekat,
sungguh Ilahi dosaku berat.

Ayah dan bunda disia-sia,
sibukkan diri mencari harta,
berhasil diri membuat bangga,
orangtuapun tidak berharga.

Kadang mereka sering menangis,
nasehat mereka tidak digubris,
bahkan pernah dipandang sinis,
sungguh diriku tidak agamis.

III
Bunda, kini diriku sangat menyesal,
mengapa nafsu tutupi akal,
jalani hidup begitu nakal,
murka dari-Nya kuterima bakal.

Perintah Ilahi banyak dilalai,
nafsu dunia tak pernah usai,
kini jasadku sudah terkulai,
airmataku jatuh berurai.

Ibu, anakmu kini tiada berdaya,
memohon maaftiada guna,
engkau telah pergi ke alam sana,
membawa duka sungguh merana.

IV
Betapa sulit nyawaku pergi,
meronta-ronta petang dan pagi,
betapa sudah tak sanggup diri,
ingin segera menghadap Ilahi.

Tapi dimata terbayang siksa,
malaikat maut memandang marah,
acungkan cambuk,acungkan gada,
pada diriku anak durhaka.

Ibu, kemana lagi aku meratap,
daku sesali kasarnya sikap,
anakmu takut beratnya hisap,
menghadap Ilahi daku tak siap.

V
Kalaulah masih berguna taubat,
kan kujalani wakau disayat,
tapi tak guna bagi malaikat,
karena durhaka dosa yang berat.

Pada mereka yang masih sempat,
Menjelang ajal daku wasiat,
ke ayah ibu janganlah jahat,
karena itu larangan ayat.

Hormati mereka selama ada,
pelihara bila tiada berdaya,
jadilah anak sholeh-solehah,
balasnya satu hanyalah surga.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar