Minggu, 17 Juli 2011

253-2011.Sebuah Renungan (3)

253-2011.Sebuah Renungan (3)

Oleh
Hamdi Akhsan


I
Dalam kian asingnya diri pada peradaban bumi yang pertuhankan teknologi.
Manusia akhir zaman hanya anggap hidup sebagai mekanisme biologi.
Hukum  penciptaan membatasi manusia sebagai wujud materi.
Yang tiada pertanggungjawaban kelak dihadapan Ilahi.

Sungguh mengerikan akibat dari akal dipertuhankan.
Antara anak dan orang tuanya tiada lagi batasan.
Tiada bermakna lagi arti sebuah keberkatan.
Ayah dan bunda yang tua dianggap beban.

II
Peradaban ruhani makin kini sekarat.
Banyaknya manusia makin lalai pada akherat.
Serta dengan bebasnya asyik mengumbar aurat.
Dan semakin menganga jurang si kaya dengan melarat.

Wahai, kemana daku harus pergi uzlah di tengah ketakberdayaan.
Cara-cara para pencinta-Mu masa lalu lebih banyak jadi bahan ejekan.
Yang kurang mengutamakan kehidupan dunia dianggap ketinggalan zaman.
Para penyeru ke jalan-Mu yang jumlahnya sedikit dikucilkan dan dipenjarakan.

III
Hampir setiap hari kulihat pergerakan bintang di cakrawala nan luas terbentang.
Cahayanya tak berubah selama jutaan tahun selalu indah dan cemerlang
Betapa aku ingin cinta pada-Nya bagai mereka para bintang-bintang.
Atau istiqamah bak mentari terbit pagi dan tenggelam petang.

Betapa kurindukan cinta bak taatnya air pada gravitasi.
Yang selalu mengalir ke bawah dari tempat tinggi.
Terhadap pergerakan makhluk lain tak peduli.
Baginya yang penting patuh pada Ilahi.

IV
Andai manusia berfikir sebagai budak-Nya.
Tentulah ia akan berterima kasih pada tuannya.
Berusaha senangkan hati pencipta dan pemiliknya.
Dan menjauhkan diri dari prilaku yang tak disukainya.

Indah, sebuah mekanisme cinta yang dilandasi kepasrahan.
Jalankan keinginan Sang Pemiliknya dengan disiplin dan ketaatan.
Sang budak melakukan berbagai upaya untuk menyenangkan Sang Tuan.
Dan manakala harus berakhir fana ia akan dibalas dengan segenap kecintaan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar