Minggu, 03 Juli 2011

227-2011. Senandung Petang

227-2011. Senandung Petang

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan


I
Cahaya  merah  memancar  dari ujung  cakrawala.
Pancarkan energi yang dibaha terangnya cahaya.
Isyarat bagi makhluk bumi untuk berhenti bekerja.
Dan masuki transisi fase separuh hari yang kedua.

Burung-burung berkicau rindukan anaknya yang tinggal disarang.
Bersiap-siap untuk pulang mereka yang bekerja di sawah dan ladang.
Air laut pun mulai ikuti sunnahnya perlahan-lahan  bergerak naik pasang.
Sungguh sebuah taqdir Ilahi yang tak berubah sejak kehidupan berkembang.

II
Ada wajah-wajah mengkerut kecewa karena sangat sedikit yang didapatnya.
Ada pula yang pulang  dengan sumringah karena puas dengan kerjanya.
Ada yang  merugi karena  tak bertambah  apapun  dalam hidupnya.
Dan ada pula yang malang karena makin buruk kualitas dirinya.

Itulah wajah yang terlihat jelang tenggelam mentari.
Sebagai  warna-warni  kehidupan  yang  Tuhan  beri.
Perubahan  dalam segala sisinya  hendaklah disadari.
Dan semua akan  berakhir tatkala jasad fana ini mati.

III
Mengapa diberikan rindu pada seorang ayah pulang kerumah?
Mengapa segenap letih jadi hilang tatkala lihat wajah anak-anaknya?
Mengapa  kekecewaan  dalam pekerjaan  saat tiba dirumah menjadi sirna.
Itulah rahmat Ilahi  tersembunyi dibalik perintah berkeluarga dalam kitab-Nya.

Dalam petang ada doa dan harap yang dimanisfetasikan pada Penguasa Alam.
Bermohon perlindungan dari kejahatan yang  tersembunyi tatkala malam.
Meminta pada-Nya agar ditutupi  kesalahan-kesalahan di masa silam.
Dan esok dijauhkan dari jiwa yang tertutup dari gelapnya kelam.

IV
Setiap hari  petang  datang  tinggalkan  indahnya pagi.
Didalamnya tersimpan dan peristiwa dan sejuta misteri.
Ada jiwa-jiwa yang menyimpan kepedihan dalam dihati.
Dan ada pula mereka yang hidup  bersyukur pada Ilahi.

Sebentar lagi kegelapan sang malam akan kembali hadir di dunia.
Membawa segenap mimpi,kesedihan,harapan bagi para penghuninya.
Yang kadang  terhapus tapi kadang tetap ada di wajah keesokan harinya.
Tergantung  pada hubungan manusia  pasrahkan diri pada  Sang Penciptanya.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar