51-2010. SYAIR CINTA SANG PENGEMBARA-1
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Seorang murid tersipu,
menghadap sang guru dengan wajah tertunduk malu,
Ia menekur,dadanya berat dihimpit pertanyaan memburu,
Dengan suara nyaris tak terdengar dia berkata :"wahai guru.
Bolehkah daku tanyakan sesuatu yang rampas dan merapuhkan jiwaku?
Dengan mata arif oleh penderitaan dan usia yang panjang sang guru berkata,
Anakku, perkara apakah yang meruntuhkan kukuhnya menara ketegaran dalam jiwa?
Tanyakanlah apa yang membuat hatimu patah dan batinmu menderita?
Serta jadikan ibadahmu tak lagi tertata?
II
Dengan suara yang nyaris tak terdengar,sang murid berkata:
"aku ingin bertanya padamu tentang cinta"
yang mampu meruntuhkan takhta,
Membuat majenun laila,
Menumpahkan darah,
Membuat orang rela jadi sengsara,
Membuat orang tegar menahan perihnya duka lara,
Menjadikan seorang Napoleon menjadi panglima pengembara.
III
Sambil tersenyum arif sang guru menjawab,
apakah yang engkau maksud adalah cinta yang berselimut syahwat?
Cinta yang mengharubirukan milyaran manusia menjadi bagaikan seekor hewan yang kuat?
Hari demi hari ,mencari harta sampai jasadnya dimakan ulat?
Ataukah cinta para malaikat kepada Tuhan yang sepanjang masa mengenal adanya syahwat?
Anakku,
Dalam kehidupan Tuhan telah ajarkan kita tentang pilihan bentuk cinta,
Dari lebah jantan yang berkurban untuk generasinya engkau berkaca,
Ataukah bagaikan seekor kera yang memaknai cinta sebagai "bercinta",
Atau pada laba-laba yang rela jasad dimakan hanya demi cinta semata?
Ataukah cinta sesaat bagai cinta seekor ayam yang pandai bermain mata?
IV
Jiwa sang murid bergetar,dadanya tersedan,telinganya berdengung,
tak sanggup ia menjawab ungkapan-ungkapan sang guru agung,
matanya nanar,dihadapkan pada tanya yang membuatnya bingung,
Sambil tersenyum arif sang guru berkata : Pergilah engkau merenung!
Sang murid pergi undur diri sambil tundukkan kepala menekur.
Ia merenung, mencari jawaban di ujung kuntum bunga-bunga mekar.
Dicarinya jawab pada tetes hujan yang jatuh bersama dentuman petir menggelegar.
Berhari-hari ia mencari jawaban ditengah gelapnya malam dan tepi samudera yang lebar.
V
Ia berjalan,duduk,berbaring dan bertanya pada alam tentang sebuah kesejatian.
Cinta yang membuat anak burung menunggu induknya pulang kala petang menjelang.
Cinta yang membuat Al-Bara bin Malik songsong ribuan mata pedang demi jalani kesyahidan.
Atau cinta ibu yang bangun di malam dingin bujuk bayinya menangis kelaparan dan ketakutan.
Terbayang ia akan harumnya kisah cinta Rabiatul Adawiyah telah terukir ribuan tahun dalam sejarah.
Ataukah Ibrahim bin Adham yang tinggalkan kemewahan istana,mencari cinta Ilahi sebagai pengembara.
Wujud cinta yang membuat manusia, hewan, tumbuhan rela menanggung kepedihan dan penderitaan demi sebuah kebahagiaan sebagai buah cinta yang menggelora.
Sebuah kesejatian yang berada di atas wilayah nafsu amarah.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Seorang murid tersipu,
menghadap sang guru dengan wajah tertunduk malu,
Ia menekur,dadanya berat dihimpit pertanyaan memburu,
Dengan suara nyaris tak terdengar dia berkata :"wahai guru.
Bolehkah daku tanyakan sesuatu yang rampas dan merapuhkan jiwaku?
Dengan mata arif oleh penderitaan dan usia yang panjang sang guru berkata,
Anakku, perkara apakah yang meruntuhkan kukuhnya menara ketegaran dalam jiwa?
Tanyakanlah apa yang membuat hatimu patah dan batinmu menderita?
Serta jadikan ibadahmu tak lagi tertata?
II
Dengan suara yang nyaris tak terdengar,sang murid berkata:
"aku ingin bertanya padamu tentang cinta"
yang mampu meruntuhkan takhta,
Membuat majenun laila,
Menumpahkan darah,
Membuat orang rela jadi sengsara,
Membuat orang tegar menahan perihnya duka lara,
Menjadikan seorang Napoleon menjadi panglima pengembara.
III
Sambil tersenyum arif sang guru menjawab,
apakah yang engkau maksud adalah cinta yang berselimut syahwat?
Cinta yang mengharubirukan milyaran manusia menjadi bagaikan seekor hewan yang kuat?
Hari demi hari ,mencari harta sampai jasadnya dimakan ulat?
Ataukah cinta para malaikat kepada Tuhan yang sepanjang masa mengenal adanya syahwat?
Anakku,
Dalam kehidupan Tuhan telah ajarkan kita tentang pilihan bentuk cinta,
Dari lebah jantan yang berkurban untuk generasinya engkau berkaca,
Ataukah bagaikan seekor kera yang memaknai cinta sebagai "bercinta",
Atau pada laba-laba yang rela jasad dimakan hanya demi cinta semata?
Ataukah cinta sesaat bagai cinta seekor ayam yang pandai bermain mata?
IV
Jiwa sang murid bergetar,dadanya tersedan,telinganya berdengung,
tak sanggup ia menjawab ungkapan-ungkapan sang guru agung,
matanya nanar,dihadapkan pada tanya yang membuatnya bingung,
Sambil tersenyum arif sang guru berkata : Pergilah engkau merenung!
Sang murid pergi undur diri sambil tundukkan kepala menekur.
Ia merenung, mencari jawaban di ujung kuntum bunga-bunga mekar.
Dicarinya jawab pada tetes hujan yang jatuh bersama dentuman petir menggelegar.
Berhari-hari ia mencari jawaban ditengah gelapnya malam dan tepi samudera yang lebar.
V
Ia berjalan,duduk,berbaring dan bertanya pada alam tentang sebuah kesejatian.
Cinta yang membuat anak burung menunggu induknya pulang kala petang menjelang.
Cinta yang membuat Al-Bara bin Malik songsong ribuan mata pedang demi jalani kesyahidan.
Atau cinta ibu yang bangun di malam dingin bujuk bayinya menangis kelaparan dan ketakutan.
Terbayang ia akan harumnya kisah cinta Rabiatul Adawiyah telah terukir ribuan tahun dalam sejarah.
Ataukah Ibrahim bin Adham yang tinggalkan kemewahan istana,mencari cinta Ilahi sebagai pengembara.
Wujud cinta yang membuat manusia, hewan, tumbuhan rela menanggung kepedihan dan penderitaan demi sebuah kebahagiaan sebagai buah cinta yang menggelora.
Sebuah kesejatian yang berada di atas wilayah nafsu amarah.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar