Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kumulai syair dengan Bismillah,
memohon ridho kepada Allah,
tempat segala asal bermula,
pada-Nya semua makhluk bermilah.
Syairku ini karena gelisah,
melihat zaman akan binasa,
segala tempat bergelimang dosa,
menjaga iman sangatlah susah.
Wahai anakku wanita muslim,
kepada engkau kuucap salim,
berharap engkau bertambah yakin,
terhadap Alquran dan Shahihain.
II
Engkau bagaikan bunga yang mekar,
segala kumbang datang mengincar,
dari yang baik atau yang liar,
berbagai cara walaupun sukar.
Jagalah diri sepenuh hati,
pilihlah teman dengan teliti,
agar tak sesal dirimu nanti,
hanyut tak mampu balik ke tepi.
Dalam bergaul jagalah batas,
jangan dilupa setan melintas,
membuat lupa pada yang atas,
mabuk bagaikan ikan di putas.
III
Terhadap pria engkau waspada,
pria yang baik akan berbeda,
melihat engkau bukannya benda,
tapi bagaikan hormati bunda.
Kalaulah ia pria yang baik,
tak akan ajak berbisik-bisik,
tak pula pergi ke bilik-bilik,
ataupun perkara yang pelik-pelik.
Dia kan datang langsung kerumah,
ayah dan bunda disapa ramah,
tutur katanya lembut dan lemah,
tak banyak buat tingkah percuma.
IV
Pertanda ia bukan idaman,
kalau berkata dengan ancaman,
datang padamu di kemalaman,
membuat hatimu tidaklah nyaman.
Wahai anakku dara muslimah,
jaga dirimu janganlah lemah,
terhadap syaitan janganlah lengah,
supaya engkau mendapat jannah.
Kembang kan mekar hanya sekali,
setelah layu tiada kembali,
ratap dan tangis kan disesali,
gugurlah bunga hancurlah hati.
V
Wahai anakku para muslimah,
terhadap rayu janganlah lemah,
madu terhisap tinggallah remah,
tiada berharga tiada bermakna.
Pria sejati akan menjaga,
mahkota indah sangat berharga,
sampai ketika saatnya tiba,
jalani hidup bagai disorga.
Ketika taqdir telah menjelang,
engkau kan senang bukan kepalang,
dituntun imam kala sembahyang,
dilindungi olehnya malam dan siang.
VI
Anakku sayang para muslimah,
mantapkan hati rindukan rumah,
kurangi senang keluar percuma,
agar dirimu mendapat rahmah.
Jangan ananda banyak keluar,
nanti muruahmu menjadi tawar,
yang tersembunyi akan terzahar,
iman didada akan tercabar.
Jadikan malu selimut diri,
jadilah bagai mawar berduri,
dipandang indah duduk berdiri,
tapi tajamnya tiada terperi.
VII
Anakku sayang anakku cantik
dengarlah selalu nasehat baik,
sebelum terlambat cepatlah balik,
sebelum bunga mekar terpetik.
Ketika tiba hari pengantin,
tiba masalah tidak prihatin.
engkau kan bangga menjadi datin,
serahkan diri lahir dan batin,
Suamimu kelak akan berbangga,
dirimu juga merasa lega,
menjadi istri cahaya sorga,
yang jaga diri jaga mahkota.
VIII
Bagi ananda telah terlanjur,
baiki diri jadilah jujur,
taubatnya diri jangan dikabur,
dengan berdusta atau menyadur.
Didepan jalan terbentang luas,
Robbul jalani Maha Mengawas,
istighfar jangan cepat berpuas,
sungguh dosamu akan terkuas.
Sungguh tiada manusia purna,
tak pernah salah tak pernah hina,
berbuat baik akan bermakna,
lurusnya diri taubat karena.
IX
Syair kubuat sambil tersedu,
dimalam sunyi tatkala sendu,
hanya pada-Mu hamba mengadu,
ungkap nasehat kata berpadu.
Wahai anakku para muslimah,
dunia ini tidaklah ramah,
dalam bergaul janganlah lemah,
niscaya engkau kan punya himmah.
waktu berlalu bagaikan pedang,
masa mudamu sedang terhidang,
setelah itu tua menghadang,
tiada berharga badan dipandang.
X
Syairku ini untuk pengingat,
supaya engkau dapat selamat,
hidup didunia mendapat rahmat,
terjaga diri salah berbuat.
Kepada engkau si bunga mekar,
ayah kirimkan pesan memancar,
agar imanmu selalu bersinar,
terjauh dari siksaan an-naar.
Syairku ini tamatlah sudah,
tenamkan kuat didalam dada,
peganglah ia walau tak mudah,
niscaya bahagia ayah dan bunda.
XI
Diakhir kata kupinta maaf,
kalaulah salah kalaulah khilaf,
pada Ilahi ampun kuhadap,
moga pahala yang kan didapat.
Akhirul kata kuucap salam,
sebagai penutup goresan qolam,
berharap bangun larutnya malam,
Bersyukur kepada pemilik alam.
Al Faqir
Hamdi Akhsan.
0 komentar:
Posting Komentar