33-2010. SYAIR TAUBAT
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dengan Bismillah syair dibuka,
curahan hati yang sedang duka,
mengingat iman sedang terluka,
takut hamba pada neraka.
Hamba-Mu ini bergelimang dosa,
hanya menangis yang aku bisa,
terkadang hampir berputus asa,
Ampuni hamba...wahai yang Maha Perkasa.
Bukanlah taqdir yang hamba ratap,
tetapi diri yang tiada mantap,
imanpun kadang goyah dan tetap,
terkadang lalai sampai tersilap.
II
Diri hamba-Mu sangatlah rapuh,
terhadap Engkau belumlah patuh,
dicoba sedikit merasa rusuh,
dicoba banyak imanpun runtuh.
Hati kecil telah berkata,
ketika maksiat didepan mata,
ketika suka dengan yang cinta,
benteng di badan menjadi patah.
Bukannya hamba tidak menyesal,
terhadap diri yang masih bebal,
terhadap nafsu yang masih nakal,
ya Allah...sungguh sedikit hamba punya bekal.
III
Kala bertemu orang yang tekun,
betapa ingin hamba dituntun,
supaya tak lagi imanku turun,
senangi sunnah lengkapi rukun.
Tapi mengapa diriku lemah,
serasa diri tiada himmah,
ibadah yang ada rasa percuma,
karena mengulang dosa yang sama.
Ingin hamba sujud tiarap,
bermohon hamba sambil meratap,
iman didiri jagalah tetap,
istiqamahlah hamba bersikap.
IV
Ketika umur sudah bertambah,
maksiat diri belum berubah,
terhadap goda tak juga tabah,
terhadap Allah kurang menyembah.
Beratnya hidup dizaman ini,
maksiat ada disana sini,
karena si rina atau si rini,
atapun si Dana juga si Deni.
Godaan syahwat yang paling besar,
karena cinta kami kesasar,
mengumbar nafsu yang paling liar,
terjerambat ke sumur yang tanpa dasar.
V
Betapa sering hati merintih,
melihat rambut telah memutih,
ibadah wajib masih tertatih,
senang maksiat diri pun masih.
Kepada Engkau hamba meminta,
bimbinglah hamba sepenuh cinta,
agar mata tak lagi buta,
kelak dikubur tiada terlunta.
Wahai Ilahi yang Maha Ghafur,
menangis hamba sujud tersunggur,
ampuni hamba yang tak bersyukur,
atas nikmat-Mu yang tak terukur.
VI
Mata hambapun mulai rabun,
tubuh menggigil dinginnya embun,
saat gemetar ingin dituntun,
Menangis hamba wahai yang Maha Pengampun.
Ibadah hamba sangat sedikit,
dihati hamba penuh penyakit,
marah ketika dicoba sakit,
Ya Allah,ampuni hamba di hari Bangkit.
Hamba memohon sambil berbisik,
ampuni hamba yang banyak menghardik,
marah ke anak tidak mendidik,
dunia hanya yang selalu dibidik.
VII
Waktu hamba tinggal sedikit,
tubuh yang rapuh banyak penyakit,
dosa ditanggung sebesar bukit,
sungguh ya Allah...siksa kubur-Mu sakit.
Hamba-Mu ini ingin bertaubat,
sifat yang liar bercampur jahat,
atas prilaku yang sering bejat,
pada-Mu jua hamba berhajat.
Betapa ingin hamba meraung,
sesali dosa sebesar gunung,
takuti siksa yang tak tertanggung,
Ya Allah,jadikan hamba orang beruntung.
VIII
Didalam sunyi hamba menggigil,
takutkan bila Engkau memanggil,
malaikat datang nyawa diambil,
sungguh nyali hamba sangat kecil.
Terbayang mereka yang telah dahulu,
dikubur orang jauh dihulu,
tiada pembela seperti dulu,
ketika pejabat atau penghulu.
Dikubur kelak dimakan ulat,
Mata yang indah terjulat-julat,
runtuhlah daging setiap kerat,
tinggallah tulang tiada urat.
IX
Tak sanggup hamba lanjutkan syair,
airmata pun mulai mengalir,
hanyalah doa bisa kuukir,
Ampuni hamba Ya Allah di Yaumil Akhir.
Inderalaya, 14 Oktober 2010
Hamba Allah
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dengan Bismillah syair dibuka,
curahan hati yang sedang duka,
mengingat iman sedang terluka,
takut hamba pada neraka.
Hamba-Mu ini bergelimang dosa,
hanya menangis yang aku bisa,
terkadang hampir berputus asa,
Ampuni hamba...wahai yang Maha Perkasa.
Bukanlah taqdir yang hamba ratap,
tetapi diri yang tiada mantap,
imanpun kadang goyah dan tetap,
terkadang lalai sampai tersilap.
II
Diri hamba-Mu sangatlah rapuh,
terhadap Engkau belumlah patuh,
dicoba sedikit merasa rusuh,
dicoba banyak imanpun runtuh.
Hati kecil telah berkata,
ketika maksiat didepan mata,
ketika suka dengan yang cinta,
benteng di badan menjadi patah.
Bukannya hamba tidak menyesal,
terhadap diri yang masih bebal,
terhadap nafsu yang masih nakal,
ya Allah...sungguh sedikit hamba punya bekal.
III
Kala bertemu orang yang tekun,
betapa ingin hamba dituntun,
supaya tak lagi imanku turun,
senangi sunnah lengkapi rukun.
Tapi mengapa diriku lemah,
serasa diri tiada himmah,
ibadah yang ada rasa percuma,
karena mengulang dosa yang sama.
Ingin hamba sujud tiarap,
bermohon hamba sambil meratap,
iman didiri jagalah tetap,
istiqamahlah hamba bersikap.
IV
Ketika umur sudah bertambah,
maksiat diri belum berubah,
terhadap goda tak juga tabah,
terhadap Allah kurang menyembah.
Beratnya hidup dizaman ini,
maksiat ada disana sini,
karena si rina atau si rini,
atapun si Dana juga si Deni.
Godaan syahwat yang paling besar,
karena cinta kami kesasar,
mengumbar nafsu yang paling liar,
terjerambat ke sumur yang tanpa dasar.
V
Betapa sering hati merintih,
melihat rambut telah memutih,
ibadah wajib masih tertatih,
senang maksiat diri pun masih.
Kepada Engkau hamba meminta,
bimbinglah hamba sepenuh cinta,
agar mata tak lagi buta,
kelak dikubur tiada terlunta.
Wahai Ilahi yang Maha Ghafur,
menangis hamba sujud tersunggur,
ampuni hamba yang tak bersyukur,
atas nikmat-Mu yang tak terukur.
VI
Mata hambapun mulai rabun,
tubuh menggigil dinginnya embun,
saat gemetar ingin dituntun,
Menangis hamba wahai yang Maha Pengampun.
Ibadah hamba sangat sedikit,
dihati hamba penuh penyakit,
marah ketika dicoba sakit,
Ya Allah,ampuni hamba di hari Bangkit.
Hamba memohon sambil berbisik,
ampuni hamba yang banyak menghardik,
marah ke anak tidak mendidik,
dunia hanya yang selalu dibidik.
VII
Waktu hamba tinggal sedikit,
tubuh yang rapuh banyak penyakit,
dosa ditanggung sebesar bukit,
sungguh ya Allah...siksa kubur-Mu sakit.
Hamba-Mu ini ingin bertaubat,
sifat yang liar bercampur jahat,
atas prilaku yang sering bejat,
pada-Mu jua hamba berhajat.
Betapa ingin hamba meraung,
sesali dosa sebesar gunung,
takuti siksa yang tak tertanggung,
Ya Allah,jadikan hamba orang beruntung.
VIII
Didalam sunyi hamba menggigil,
takutkan bila Engkau memanggil,
malaikat datang nyawa diambil,
sungguh nyali hamba sangat kecil.
Terbayang mereka yang telah dahulu,
dikubur orang jauh dihulu,
tiada pembela seperti dulu,
ketika pejabat atau penghulu.
Dikubur kelak dimakan ulat,
Mata yang indah terjulat-julat,
runtuhlah daging setiap kerat,
tinggallah tulang tiada urat.
IX
Tak sanggup hamba lanjutkan syair,
airmata pun mulai mengalir,
hanyalah doa bisa kuukir,
Ampuni hamba Ya Allah di Yaumil Akhir.
Inderalaya, 14 Oktober 2010
Hamba Allah
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar