35-2010. SYAIR KERAJAAN LEBAH
Oleh
Hamdi Akhsan
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir. (Surah An Nahl ayat 68-69)
I
Inilah sebuah kisah yang indah,
rangkaian cerita kerajaan lebah,
berharap ilmu akan bertambah,
makin yakini Allah disembah.
Terkenal sejak zaman dahulu,
bangsanya lebah penghasil madu,
khasiatnya lebih dari mengkudu,
karena sari tanaman berpadu.
Madu dipakai sebagai obat,
sudah terbukti banyak khasiat,
setelah itu manusia sehat,
asal berpantang secara taat.
II
Sifat pertama lebah yang baik,
sarangnya bersih tertata apik,
bisa dilihat dibolak-balik,
tiada kotoran barang setitik.
dia lah hewan hidup berkasta,
bidang kerjanya sudah ditata,
selalu nekerja tanpa berkata,
sesuai dengan yang diperintah.
Lebah bekerja dengan disiplin,
harmoni antara sudah dijalin,
lebah pekerja sangatlah rajin,
sejak dahulu atau kemarin.
III
Kasta tertinggi pasti Sang Ratu,
sendiri ia sudahlah tentu,
kerjanya banyak sepenuh waktu,
mengawas pembagian kerja tertentu.
Badan sang ratu lebih besar,
karena gizinya lebih ditakar,
royal jelly makanan bersumbar,
supaya telurnya mudah keluar.
Usia ratu cukuplah panjang,
tiga tahun dia berkembang,
sehari duaribu telur dibuang,
dari tubuhnya yang ada lubang.
IV
Kasta kedua lebah betina,
hanya bekerja hidup karena,
tak pernah letih atau terlena,
kumpulkan nektar untuk diguna.
Nektar digabung serbuk sari,
disimpan ia didalam diri,
setelah disarang keluar lagi,
untuk dimakan untuk dibagi.
selain kerja mencari makan,
bersihkan sarang ia tunaikan,
menjaga anak ia lakukan,
walau umurnya hanya tiga bulan.
V
Berbeda pula si lebah jantan,
jumlahnya banyak sampai ribuan,
ketika ratu melayang terbang,
mengejar bunga bagaikan kumbang .
Hanya satu yang dapat ratu,
setelah itu matilah tentu,
demikian sudah takdir berlaku,
ketentuan dari Allah yang Satu.
Itulah perlambang cinta sejati,
rela berkorban walaupun mati,
sakit dan senang akan dititi.
untuk generasi setelah nanti,
VI
Itulah lebah serangga pilihan,
hidupnya selalu jaga kebersihan,
sampai dan sisa ia singkirkan,
pada manusia ia ajarkan.
Tak jadi soal tinggal dimana,
gunung dan pohonlah favoritnya,
di rumah juga kan dibuatnya,
asal adekat sumber madunya.
Manusia dapat banyak manfaat,
baik yang benar atau yang sesat,
dibuat ia menjadi obat,
supaya kita menjadi sehat.
VII
Itulah kisah tentang lebah,
sepanjang zaman tidak berubah,
tidak berkurang tidak bertambah,
sesuai perintah Allah disembah.
Mari belajar kepada mereka,
memberi manfaat bukannya murka,
tidak pula hidup serakah,
atau bertindak sesuka-suka.
Diakhir syair hamba bermohon,
jadilah bagai lebah dipohon,
tak bosan-bosan walau monoton,
terjauh selalu rayuan syaiton.
Inderalaya, 2010
Al Faqiir,
Hamdi Akhsan.
Oleh
Hamdi Akhsan
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir. (Surah An Nahl ayat 68-69)
I
Inilah sebuah kisah yang indah,
rangkaian cerita kerajaan lebah,
berharap ilmu akan bertambah,
makin yakini Allah disembah.
Terkenal sejak zaman dahulu,
bangsanya lebah penghasil madu,
khasiatnya lebih dari mengkudu,
karena sari tanaman berpadu.
Madu dipakai sebagai obat,
sudah terbukti banyak khasiat,
setelah itu manusia sehat,
asal berpantang secara taat.
II
Sifat pertama lebah yang baik,
sarangnya bersih tertata apik,
bisa dilihat dibolak-balik,
tiada kotoran barang setitik.
dia lah hewan hidup berkasta,
bidang kerjanya sudah ditata,
selalu nekerja tanpa berkata,
sesuai dengan yang diperintah.
Lebah bekerja dengan disiplin,
harmoni antara sudah dijalin,
lebah pekerja sangatlah rajin,
sejak dahulu atau kemarin.
III
Kasta tertinggi pasti Sang Ratu,
sendiri ia sudahlah tentu,
kerjanya banyak sepenuh waktu,
mengawas pembagian kerja tertentu.
Badan sang ratu lebih besar,
karena gizinya lebih ditakar,
royal jelly makanan bersumbar,
supaya telurnya mudah keluar.
Usia ratu cukuplah panjang,
tiga tahun dia berkembang,
sehari duaribu telur dibuang,
dari tubuhnya yang ada lubang.
IV
Kasta kedua lebah betina,
hanya bekerja hidup karena,
tak pernah letih atau terlena,
kumpulkan nektar untuk diguna.
Nektar digabung serbuk sari,
disimpan ia didalam diri,
setelah disarang keluar lagi,
untuk dimakan untuk dibagi.
selain kerja mencari makan,
bersihkan sarang ia tunaikan,
menjaga anak ia lakukan,
walau umurnya hanya tiga bulan.
V
Berbeda pula si lebah jantan,
jumlahnya banyak sampai ribuan,
ketika ratu melayang terbang,
mengejar bunga bagaikan kumbang .
Hanya satu yang dapat ratu,
setelah itu matilah tentu,
demikian sudah takdir berlaku,
ketentuan dari Allah yang Satu.
Itulah perlambang cinta sejati,
rela berkorban walaupun mati,
sakit dan senang akan dititi.
untuk generasi setelah nanti,
VI
Itulah lebah serangga pilihan,
hidupnya selalu jaga kebersihan,
sampai dan sisa ia singkirkan,
pada manusia ia ajarkan.
Tak jadi soal tinggal dimana,
gunung dan pohonlah favoritnya,
di rumah juga kan dibuatnya,
asal adekat sumber madunya.
Manusia dapat banyak manfaat,
baik yang benar atau yang sesat,
dibuat ia menjadi obat,
supaya kita menjadi sehat.
VII
Itulah kisah tentang lebah,
sepanjang zaman tidak berubah,
tidak berkurang tidak bertambah,
sesuai perintah Allah disembah.
Mari belajar kepada mereka,
memberi manfaat bukannya murka,
tidak pula hidup serakah,
atau bertindak sesuka-suka.
Diakhir syair hamba bermohon,
jadilah bagai lebah dipohon,
tak bosan-bosan walau monoton,
terjauh selalu rayuan syaiton.
Inderalaya, 2010
Al Faqiir,
Hamdi Akhsan.
0 komentar:
Posting Komentar