28-2011. Kidung Cinta Seorang Hamba di Kaki Langit Arafah
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih...
Lazuardi nan biru semburat di kaki langit padang Arafah panas berdebu.
Jutaan bibir hamba-Mu bergetar ungkapkan untaian ratap rindu,
rindu rasa, rindu jiwa, hanya pada-Mu jua tempat mengadu.
Sungguh begitu sendu tatkala dada bergemuruh tersedu.
Terbayang kelak saat diri berkumpul di Padang Mahsyar,
Jasad-jasad yang berlimang dosa panjatkan munajat gemetar.
Menjadi ibarat kelak semua menghadap-Mu dibalut kain dua lembar,
dan meninggalkan timbunan emas permata beserta uang bemilyar-milyar.
II
Kekasih...
Di Padang ini, hampir semua hamba-Mu berurai airmata.
Curahkan segenap permohonan ampun atas dalamnya dosa.
Bermohon dengan menyebut asma agung-Mu Yang Maha Kuasa,
dan meminta kemurahan-Mu agar dilepaskan dari sakit dan pedihnya siksa.
Sedang di cakrawala nan biru Jutaan malaikat-Mu menjadi saksi,
Kerinduan jutaan hamba-Mu yang datang dari berbagai negeri.
Ada yang berkendaraan bagus dan tidak sedikit yang jalan kaki.
Sungguh wujud sebuah kebaktian yang tinggi pada Ilahi Robbi.
III
Sungguh indah, tatkala pangkat tinggi dan kemuliaan duniawi ditanggalkan.
Dua lembar pakaian ihram tak berjahit bagai pasangan kain kafan.
Begitulah kelak di Mahkamah-Mu wajah kami kan dihadapkan.
Menekur bagaikan lunglainya tubuh seorang pesakitan.
Kekasih, hamba tersedan.
IV
Betapa ditengah riuhnya tangis hamba sangat takut,
Layar waktu seakan membuat semua masa lalu tertaut.
Bagaikan tayangan lengkap peristiwa yang berkala dan runtut.
Perjalanan diri sebagai hamba dari baligh sampai maut datang menjemput.
Kekasih...
Sungguh Arafah membekas dalam bagai pancaran pemata,
terukir demikian kuat didalam relung jiwa,
Dan semua menjadi kekuatan indah,
sampai hamba menutup mata.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih...
Lazuardi nan biru semburat di kaki langit padang Arafah panas berdebu.
Jutaan bibir hamba-Mu bergetar ungkapkan untaian ratap rindu,
rindu rasa, rindu jiwa, hanya pada-Mu jua tempat mengadu.
Sungguh begitu sendu tatkala dada bergemuruh tersedu.
Terbayang kelak saat diri berkumpul di Padang Mahsyar,
Jasad-jasad yang berlimang dosa panjatkan munajat gemetar.
Menjadi ibarat kelak semua menghadap-Mu dibalut kain dua lembar,
dan meninggalkan timbunan emas permata beserta uang bemilyar-milyar.
II
Kekasih...
Di Padang ini, hampir semua hamba-Mu berurai airmata.
Curahkan segenap permohonan ampun atas dalamnya dosa.
Bermohon dengan menyebut asma agung-Mu Yang Maha Kuasa,
dan meminta kemurahan-Mu agar dilepaskan dari sakit dan pedihnya siksa.
Sedang di cakrawala nan biru Jutaan malaikat-Mu menjadi saksi,
Kerinduan jutaan hamba-Mu yang datang dari berbagai negeri.
Ada yang berkendaraan bagus dan tidak sedikit yang jalan kaki.
Sungguh wujud sebuah kebaktian yang tinggi pada Ilahi Robbi.
III
Sungguh indah, tatkala pangkat tinggi dan kemuliaan duniawi ditanggalkan.
Dua lembar pakaian ihram tak berjahit bagai pasangan kain kafan.
Begitulah kelak di Mahkamah-Mu wajah kami kan dihadapkan.
Menekur bagaikan lunglainya tubuh seorang pesakitan.
Kekasih, hamba tersedan.
IV
Betapa ditengah riuhnya tangis hamba sangat takut,
Layar waktu seakan membuat semua masa lalu tertaut.
Bagaikan tayangan lengkap peristiwa yang berkala dan runtut.
Perjalanan diri sebagai hamba dari baligh sampai maut datang menjemput.
Kekasih...
Sungguh Arafah membekas dalam bagai pancaran pemata,
terukir demikian kuat didalam relung jiwa,
Dan semua menjadi kekuatan indah,
sampai hamba menutup mata.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar