35-2011. Syair Mujahid Gaza.
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Dengarlah olehmu kisah tentang Mujahid Gaza,
Yang selalu siap korbankan nyawa dan darah,
Yang selalu tegar dan pantang menyerah,
dan senantiasa bersandar kepada Allah.
Dari balik penjara besar dengan jutaan penghuni,
Muncullah jiwa-jiwa pencinta indahnya surgawi.
Jiwanya rindukan balasan sebuah transaksi,
yang telah dijanjikan-Nya dalam kitab suci.
II
anakku...
Di zaman ketika manusia bumi telah beradab.
Masih ada penjajah zionis Israel yang sangat biadab,
Membunuh wanita dan anak-anak sambil tertawa dan bersantap.
Hancurkan rumah-rumah yang jadikan mereka tidur dibawah langit tanpa atap.
Sungguh ironi, ketika tangan-tangan kecil lemparkan batu diiringi gema takbir,
Hadapi keperkasaanlapis baja dan pesawat tempur yang membordir,
Sedang saudara sedarahnya empat milyar bagaikan orang pandir.
Bahkan dengan tanpa sadar ada yang mencibir.
III
Anakku...
Tahukah engkau dengan banyaknya keajaiban yang terlihat.
Para mujahid bersumpah bahwa mereka dibela oleh para malaikat.
Atau pesawat musuh yang datang dihadang tentara Allah berupa badai dan kilat.
Atau tanpa diketahui ternyata pasukan zionis lari dengan membawa ketakutan yang sangat.
Sungguh bagi mereka pertolongan Ilahi ternyata sangat dekat.
Sedang Muslimah gaza,
Selalu bangga lahirkan para pencinta surga,
tangan-tangan kecil lontarkan batu menghantam lapis baja.
Yang membuat musuh tak bisa tidur nyenyak walau hanya sekejap saja.
IV
Dalam kepedihan, penderitaan dan kelaparan.
Setiap tahun bermunculan tunas-tunas baru Hafiz Alquran.
Mujahid mudah tumbuh menggantikan mereka yang berguguran.
Sungguh sebuah keajaiban yang mencengangkan para ahli peradaban.
Wajah-wajah pasrah yang penuh kekuatan iman nampak cantik dan gagah,
Seakan pada raut mereka terpancar terangnya cahaya.
Cahaya cinta dan kerinduan akan jannah.
Sebagai pemilik Izzah.
V
Anakku...
Sadarkah engkau, bahwa mereka adalah saudaramu.
Yang kepedihan dan penderitaan mereka menjadi tanggungjawabmu.
Yang kelak di Padang Mahsyar akan ditanya oleh-Nya apa pembelaanmu.
Apakah perbuatan nyata yang telah dilakukan olehmu.
Ingatkan engkau akhir tahun duaribu sembilan yang silam.
Ketika bom-bom biadab zionis bagaikan hujan menghantam.
Hancurkan rumah-rumah dan membuat lubang-lubang dalam.
Serta jadikan langit penuh kepulan radiasi yang menghitam.
Betapa dalam kepedihan dan airmata mengalir,
Saksikan wanita dan anak-anak bersimbah darah di bombardir,
Dan merekapun menghadap Ilahi dengan senyum sebagai martir.
Ternyata, mereka yang syahid hampir seimbang dengan yang lahir.
Sungguh sebuah keajaiban Ilahi dengan nyata telah terukir.
Belumlah lagi adanya pengkhianat dari saudara seagama.
Yang beralas darah duduk semeja dengan musuh untuk makan bersama.
Padahal tahu perundingan hanyalah taktik musuh mengulur waktu percuma.
Yang penggkhianatan itu selalu diulang-ulang kembali sejak lama.
VII
Anakku...
Bersyukurlah dirimu hidup di negeri yang subur,
Namun jangan pernah tinggalkan kebiasaan untuk bersyukur,
Kalaulah atas nikmatnya bangsamu malah semakin kufur.
Ingatlah kelak kalian akan hancur.
singsingkan lengan untuk bekerja keras petang dan pagi.
Jauhi berhura-hura dengan segala kesenangan yang akan membuatmu rugi.
Karena ketinggian derajat tak didapat dengan sibuk memetik kecapi.
Anakku, jangan sampai kasih-Nya pergi.
VIII
Anakku...
Hariku sudah menjelang sore dan masaku telah berlalu,
Jadilah engkau pencinta surga seperti para pendahulu,
Biasakan diri untuk bangun bermunajad di malam dalu.
Agar kelak di Sorga Allah engkau akan jadi penghulu.
Anakku,
itulah yang kami rindu.
Inderalaya, 30/1/2011
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Dengarlah olehmu kisah tentang Mujahid Gaza,
Yang selalu siap korbankan nyawa dan darah,
Yang selalu tegar dan pantang menyerah,
dan senantiasa bersandar kepada Allah.
Dari balik penjara besar dengan jutaan penghuni,
Muncullah jiwa-jiwa pencinta indahnya surgawi.
Jiwanya rindukan balasan sebuah transaksi,
yang telah dijanjikan-Nya dalam kitab suci.
II
anakku...
Di zaman ketika manusia bumi telah beradab.
Masih ada penjajah zionis Israel yang sangat biadab,
Membunuh wanita dan anak-anak sambil tertawa dan bersantap.
Hancurkan rumah-rumah yang jadikan mereka tidur dibawah langit tanpa atap.
Sungguh ironi, ketika tangan-tangan kecil lemparkan batu diiringi gema takbir,
Hadapi keperkasaanlapis baja dan pesawat tempur yang membordir,
Sedang saudara sedarahnya empat milyar bagaikan orang pandir.
Bahkan dengan tanpa sadar ada yang mencibir.
III
Anakku...
Tahukah engkau dengan banyaknya keajaiban yang terlihat.
Para mujahid bersumpah bahwa mereka dibela oleh para malaikat.
Atau pesawat musuh yang datang dihadang tentara Allah berupa badai dan kilat.
Atau tanpa diketahui ternyata pasukan zionis lari dengan membawa ketakutan yang sangat.
Sungguh bagi mereka pertolongan Ilahi ternyata sangat dekat.
Sedang Muslimah gaza,
Selalu bangga lahirkan para pencinta surga,
tangan-tangan kecil lontarkan batu menghantam lapis baja.
Yang membuat musuh tak bisa tidur nyenyak walau hanya sekejap saja.
IV
Dalam kepedihan, penderitaan dan kelaparan.
Setiap tahun bermunculan tunas-tunas baru Hafiz Alquran.
Mujahid mudah tumbuh menggantikan mereka yang berguguran.
Sungguh sebuah keajaiban yang mencengangkan para ahli peradaban.
Wajah-wajah pasrah yang penuh kekuatan iman nampak cantik dan gagah,
Seakan pada raut mereka terpancar terangnya cahaya.
Cahaya cinta dan kerinduan akan jannah.
Sebagai pemilik Izzah.
V
Anakku...
Sadarkah engkau, bahwa mereka adalah saudaramu.
Yang kepedihan dan penderitaan mereka menjadi tanggungjawabmu.
Yang kelak di Padang Mahsyar akan ditanya oleh-Nya apa pembelaanmu.
Apakah perbuatan nyata yang telah dilakukan olehmu.
Ingatkan engkau akhir tahun duaribu sembilan yang silam.
Ketika bom-bom biadab zionis bagaikan hujan menghantam.
Hancurkan rumah-rumah dan membuat lubang-lubang dalam.
Serta jadikan langit penuh kepulan radiasi yang menghitam.
VI
Betapa dalam kepedihan dan airmata mengalir,
Saksikan wanita dan anak-anak bersimbah darah di bombardir,
Dan merekapun menghadap Ilahi dengan senyum sebagai martir.
Ternyata, mereka yang syahid hampir seimbang dengan yang lahir.
Sungguh sebuah keajaiban Ilahi dengan nyata telah terukir.
Belumlah lagi adanya pengkhianat dari saudara seagama.
Yang beralas darah duduk semeja dengan musuh untuk makan bersama.
Padahal tahu perundingan hanyalah taktik musuh mengulur waktu percuma.
Yang penggkhianatan itu selalu diulang-ulang kembali sejak lama.
VII
Anakku...
Bersyukurlah dirimu hidup di negeri yang subur,
Namun jangan pernah tinggalkan kebiasaan untuk bersyukur,
Kalaulah atas nikmatnya bangsamu malah semakin kufur.
Ingatlah kelak kalian akan hancur.
Jangan menunggu lagi,
singsingkan lengan untuk bekerja keras petang dan pagi.
Jauhi berhura-hura dengan segala kesenangan yang akan membuatmu rugi.
Karena ketinggian derajat tak didapat dengan sibuk memetik kecapi.
Anakku, jangan sampai kasih-Nya pergi.
VIII
Anakku...
Hariku sudah menjelang sore dan masaku telah berlalu,
Jadilah engkau pencinta surga seperti para pendahulu,
Biasakan diri untuk bangun bermunajad di malam dalu.
Agar kelak di Sorga Allah engkau akan jadi penghulu.
Anakku,
itulah yang kami rindu.
Inderalaya, 30/1/2011
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar