5-2011. SYAIR POLIGAMI
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Inilah madah seorang insan,
tentang perkara sepanjang zaman,
kalau dibahas bikin tak nyaman,
menjadi olokan sesama teman.
Poligami terkenal nama sebutan,
ada sembunyi ada yang pamitan,
menjadi sumber godaan syaitan,
Tatkala suami jadi rebutan.
Kalaulah memang bisa adilkan,
bersyukur tentu orang dapatkan,
tetapi susah untuk lakukan,
rebutan selalu yang dikerjakan.
II
hai...hai...
Kalau lelaki bicara ini,
menoleh dulu kesana sini,
biar tidak didengar bini,
kepala benjol sebesar kuwini.
Ada juga yang sok berani,
pastilah banyak tak disenangi,
padahal dirumah tidak begini,
takutnya...sungguh si suami.
Ada yang anggap sebagai seni,
mumpung hidup dang dijalani,
kalaulah sudah ditelan bumi,
tak mungkin bisa berpoligami.
III
Kata ini dibenci wanita,
menjadi sumber datanng sengketa.
membuat perang kata-kata,
atau mengalir air mata.
Kaum wanita pasti tak suka,
walau ditutup hati yang duka,
kadang berpura-pura tak luka,
padahal hancur batin mereka.
Lahir pula buruk sangka,
omongan dukun sangat disuka,
banyaklah kerja diterka-terka,
membuat suasana bagai neraka.
IV
Kaum lelaki memakai dalil,
agama boleh kalaulah adil,
tapi wanita akan menjebil,
karena yang cantik pasti diambil.
Apalagi sudah bermobil,
berdasi pula pabila tampil,
gaya elegan tak lagi dekil,
banyak yang naksir tinggal diambil.
Hai...hai, kaum lelaki mari terpanggil,
poligami bukanlah kecil,
kalau tak dapat berbuat adil,
pastilah susah didepan Izrail.
V
Baiknya banyak bertanya dulu,
jangan terabas tak pandang bulu,
takutnya nanti berakhir pilu,
nangis sendiri dimalam dalu.
Sekarang bukan zaman dahulu,
perempuannya nurut selalu,
kalau hatinya tersayat sembilu,
nyawapun akan bisa berlalu.
Kalaulah tidak begitu perlu,
ataukah sudah siapkan malu,
suara miring bak angin lalu,
silahkan saja jadi pelaku.
VI
Fikirlah betul sebelum bertindak,
kalau tak benar korbannya anak,
yang sudah ada kan jadi retak,
semua kan bubar dengan serentak.
Tegaklah diri sebagai bapak,
supaya benar posisi letak,
supaya kelak jangan tersentak,
setelah tua anak memberontak.
Janganlah malas memutar otak,
karena dua pundinya kotak,
sesuai perlu nafkah ditetak,
supaya keluarga jangan retak.
VII
Bagi mereka yang sudah jadi,
bekerja keraslah petang dan pagi,
jagalah betul baiknya budi,
supaya kuat himpunan lidi.
Perlulah pula banyak ibadah,
beristri banyak sungguh tak mudah,
beristri satu sering berbeda,
apalah lagi jumlahnya ganda.
Madahku berhenti sampai disini,
pendapat pribadi sebagai seni,
kuakui bukan pria berani,
tuk jalani hidup berpoligami.
Al Faqir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
Inilah madah seorang insan,
tentang perkara sepanjang zaman,
kalau dibahas bikin tak nyaman,
menjadi olokan sesama teman.
Poligami terkenal nama sebutan,
ada sembunyi ada yang pamitan,
menjadi sumber godaan syaitan,
Tatkala suami jadi rebutan.
Kalaulah memang bisa adilkan,
bersyukur tentu orang dapatkan,
tetapi susah untuk lakukan,
rebutan selalu yang dikerjakan.
II
hai...hai...
Kalau lelaki bicara ini,
menoleh dulu kesana sini,
biar tidak didengar bini,
kepala benjol sebesar kuwini.
Ada juga yang sok berani,
pastilah banyak tak disenangi,
padahal dirumah tidak begini,
takutnya...sungguh si suami.
Ada yang anggap sebagai seni,
mumpung hidup dang dijalani,
kalaulah sudah ditelan bumi,
tak mungkin bisa berpoligami.
III
Kata ini dibenci wanita,
menjadi sumber datanng sengketa.
membuat perang kata-kata,
atau mengalir air mata.
Kaum wanita pasti tak suka,
walau ditutup hati yang duka,
kadang berpura-pura tak luka,
padahal hancur batin mereka.
Lahir pula buruk sangka,
omongan dukun sangat disuka,
banyaklah kerja diterka-terka,
membuat suasana bagai neraka.
IV
Kaum lelaki memakai dalil,
agama boleh kalaulah adil,
tapi wanita akan menjebil,
karena yang cantik pasti diambil.
Apalagi sudah bermobil,
berdasi pula pabila tampil,
gaya elegan tak lagi dekil,
banyak yang naksir tinggal diambil.
Hai...hai, kaum lelaki mari terpanggil,
poligami bukanlah kecil,
kalau tak dapat berbuat adil,
pastilah susah didepan Izrail.
V
Baiknya banyak bertanya dulu,
jangan terabas tak pandang bulu,
takutnya nanti berakhir pilu,
nangis sendiri dimalam dalu.
Sekarang bukan zaman dahulu,
perempuannya nurut selalu,
kalau hatinya tersayat sembilu,
nyawapun akan bisa berlalu.
Kalaulah tidak begitu perlu,
ataukah sudah siapkan malu,
suara miring bak angin lalu,
silahkan saja jadi pelaku.
VI
Fikirlah betul sebelum bertindak,
kalau tak benar korbannya anak,
yang sudah ada kan jadi retak,
semua kan bubar dengan serentak.
Tegaklah diri sebagai bapak,
supaya benar posisi letak,
supaya kelak jangan tersentak,
setelah tua anak memberontak.
Janganlah malas memutar otak,
karena dua pundinya kotak,
sesuai perlu nafkah ditetak,
supaya keluarga jangan retak.
VII
Bagi mereka yang sudah jadi,
bekerja keraslah petang dan pagi,
jagalah betul baiknya budi,
supaya kuat himpunan lidi.
Perlulah pula banyak ibadah,
beristri banyak sungguh tak mudah,
beristri satu sering berbeda,
apalah lagi jumlahnya ganda.
Madahku berhenti sampai disini,
pendapat pribadi sebagai seni,
kuakui bukan pria berani,
tuk jalani hidup berpoligami.
Al Faqir
Hamdi Akhsan
subhanallah....ajib......^___^..
BalasHapusijin copas ya....
Ding, aku dak biso berkomentar. Hebaaat.
BalasHapusMas sungkowo : Terima kasih sudah berkunjung ke gubukku. Moga semua syair bisa jadi dakwah dan pembelajaran untuk yang berkenan.
Hapus