25-2010.SYAIR ANAK YATIM
Oleh
Hamdi Akhsan
Dengarlah -dengar wahai ayahku,
rintihan anak yatim piatu,
hidup tiada tempar mengadu,
sering bersedih sepanjang waktu.
wahai ayahku semua muslim,
dengarlah rintih si anak yatim,
hidup sendiri sepanjang musim,
hanyalah Allah yang Maha Rahim.
Inilah ratap bercampur tangis,
perih hatiku bagai teriris,
sedih dan papa telah terlukis,
sepanjang masa tak pernah habis.
Wahai ayahku mukmin semua,
mengapa ayah begitu tega,
lihat ananda bermuram durja,
menangis pilu diujung senja.
II
Ibuku mati ayahku hilang,
berkali sudah masa terbilang,
pilu hatiku bukan kepalang,
rindunya daku kasih dan sayang.
Puncaknya pedih di hari raya,
melihat anak gembira ria,
pergi ke mesjid bersama ayah,
berbaju baru bagus meriah.
Sedangkan aku duduk tergugu,
memakai baju koyak lamaku,
robek kujahit dengan tanganku,
itulah wujud hari rayaku..
III
anak yang lain kian kemari,
berjajan kue yang digemari,
kuteguk air liur sendiri,
tak ada tangan datang memberi.
Tawa dan canda dimana-mana,
kembang apipun terang merona,
melihat semua daku terpana,
sambil berdiri diujung sana.
Kadang tangisku sampai mengigil,
berharap Dia segera mengambil.
imanmu masih lemah dan labil,
menuduh Dia sudah tak adil.
IV
Kutahu ayah pernah berhikmah,
pelihara ananda tugas utama,
akan diberkati empat puluh rumah,
atas ketaatan pada agama.
Allahu robbi telah berfirman,
pendusta agama tidak beriman,
bila si yatim jadi tak aman,
neraka wail tempat ditahan.
Hamba bermohon kepada ayah,
anak yatim jangan disia,
di sorga dibalas satu rumah,
diberkati Allah sepanjang usia.
IV
Kadang liurku jatuh terlompat,
terbayang enaknya rasa ketupat,
dimakan dengan opor sekerat,
tapi semua hanya ibarat.
Kadangpun ada orang kasihan,
dibagi aku saat lebaran,
cukuplah agar tak penasaran,
sebagai obat untuk hiburan.
Kadang ayah tak kusalahkan,
harapan kami tak tersampaikan,
karena yatim berperasaan,
kalau ditolak jadi rintihan.
Inderalaya,2010
Al Faqiir
hamdi akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dengarlah -dengar wahai ayahku,
rintihan anak yatim piatu,
hidup tiada tempar mengadu,
sering bersedih sepanjang waktu.
wahai ayahku semua muslim,
dengarlah rintih si anak yatim,
hidup sendiri sepanjang musim,
hanyalah Allah yang Maha Rahim.
Inilah ratap bercampur tangis,
perih hatiku bagai teriris,
sedih dan papa telah terlukis,
sepanjang masa tak pernah habis.
Wahai ayahku mukmin semua,
mengapa ayah begitu tega,
lihat ananda bermuram durja,
menangis pilu diujung senja.
II
Ibuku mati ayahku hilang,
berkali sudah masa terbilang,
pilu hatiku bukan kepalang,
rindunya daku kasih dan sayang.
Puncaknya pedih di hari raya,
melihat anak gembira ria,
pergi ke mesjid bersama ayah,
berbaju baru bagus meriah.
Sedangkan aku duduk tergugu,
memakai baju koyak lamaku,
robek kujahit dengan tanganku,
itulah wujud hari rayaku..
III
anak yang lain kian kemari,
berjajan kue yang digemari,
kuteguk air liur sendiri,
tak ada tangan datang memberi.
Tawa dan canda dimana-mana,
kembang apipun terang merona,
melihat semua daku terpana,
sambil berdiri diujung sana.
Kadang tangisku sampai mengigil,
berharap Dia segera mengambil.
imanmu masih lemah dan labil,
menuduh Dia sudah tak adil.
IV
Kutahu ayah pernah berhikmah,
pelihara ananda tugas utama,
akan diberkati empat puluh rumah,
atas ketaatan pada agama.
Allahu robbi telah berfirman,
pendusta agama tidak beriman,
bila si yatim jadi tak aman,
neraka wail tempat ditahan.
Hamba bermohon kepada ayah,
anak yatim jangan disia,
di sorga dibalas satu rumah,
diberkati Allah sepanjang usia.
IV
Kadang liurku jatuh terlompat,
terbayang enaknya rasa ketupat,
dimakan dengan opor sekerat,
tapi semua hanya ibarat.
Kadangpun ada orang kasihan,
dibagi aku saat lebaran,
cukuplah agar tak penasaran,
sebagai obat untuk hiburan.
Kadang ayah tak kusalahkan,
harapan kami tak tersampaikan,
karena yatim berperasaan,
kalau ditolak jadi rintihan.
Inderalaya,2010
Al Faqiir
hamdi akhsan
Mohon ijin tuk dijadikan bahan menulis bapak ku...
BalasHapusSilahkan, semua juga boleh
BalasHapusSmoga tulisan bp ada yg membaca dan memahami jeritan si yatim
BalasHapusMohon izin kepada penulis terima kasih sair anak yatim
BalasHapus