50-2010. Kami Telah Tertipu
Oleh
Hamdi Akhsan.
Wahai Tuhanku.
Dengarlah ratap seorang hamba-Mu yang telah tertipu,
yang bekerja keras siang malam tanpa mengenal waktu,
yang tiada perdulikan tulang-tulang mulai terasa ngilu,
serta mengejar ketakpastian harta dan segala sesuatu.
Sungguh harta yang didapat kelak akan diwariskan,
tinggal diri menghadap-Mu dengan tiga lapis kafan,
Anak istri hanya hantarkan hamba sebatas kuburan,
setelah itu, hamba kelak akan ditinggal sendirian.
Didalam kisah muktabar hamba telah mendengar,
tentang himpitan kubur yang membuat tulang terlempar,
daging-daging busukpun hancur dimakan cacing-cacing lapar,
serta sesal yang tak pernah berakhir sampai kelak di Padang Mahsyar.
Ya Allah.
Walau sudah begitu nyatanya kebenaran-Mu,
tapi hamba belum sepenuhnya patuh pada-Mu,
sedikit berbuat baik tapi banyak meminta dari-Mu,
sedikit bersodaqoh namun banyak mengharap ampunan-Mu.
Akankah?
Engkau masih suka,
Menerima iman hamba yang terluka,
Mengampuni jiwa yang masih berselimut serakah,
Yang mengharap surga, namun masih mengamalkan sifat ahli neraka.
Wahai Ilahi yang segala kemuliaan dan keagungan ada disisi-Mu,
Yang segala makhluk kelak akan tertunduk dihadapan-Mu,
Yang mengharapkan ampunan dan belas kasih-Mu,
Untuk dapatkan debu ridho-Mu,
cinta-Mu.
Wahai Allah Azza wa Jalla.
Pada-Mu Seorang budak bertanya,
Pantaskah ia bertindak sebagai manusia merdeka,
Yang jalani kehidupan sesuai dengan apa yang ia suka,
Padahal tiap helai rambut di kepalanya adalah milik tuannya.
Sedangkan dirinya kurang bersyukur atas semua nikmat-Mu,
yang telah memberi oksigen tanpa harus diramu,
Tapi ya Allah, ia masih jauh darimu,
dan...tidak beserta-Mu.
Wahai Tuhan Sang Pemilik setiap butir debu di semesta alam,
Pengendali segala energi dikala siang ataupun malam,
Yang tahu rahasia ditempat gelap dan suram,
Menerangi hati yang kelam,
yang jauh didalam.
Dalam resah,
mata hamba pun basah,
dihimpit takut dan jiwa yang susah,
namun tersimpan sejuta pinta beriring asa,
Bahwa ampunan-Mu jauh lebih besar dari semua dosa.
Wasalam
Al Faqir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan.
Wahai Tuhanku.
Dengarlah ratap seorang hamba-Mu yang telah tertipu,
yang bekerja keras siang malam tanpa mengenal waktu,
yang tiada perdulikan tulang-tulang mulai terasa ngilu,
serta mengejar ketakpastian harta dan segala sesuatu.
Sungguh harta yang didapat kelak akan diwariskan,
tinggal diri menghadap-Mu dengan tiga lapis kafan,
Anak istri hanya hantarkan hamba sebatas kuburan,
setelah itu, hamba kelak akan ditinggal sendirian.
Didalam kisah muktabar hamba telah mendengar,
tentang himpitan kubur yang membuat tulang terlempar,
daging-daging busukpun hancur dimakan cacing-cacing lapar,
serta sesal yang tak pernah berakhir sampai kelak di Padang Mahsyar.
Ya Allah.
Walau sudah begitu nyatanya kebenaran-Mu,
tapi hamba belum sepenuhnya patuh pada-Mu,
sedikit berbuat baik tapi banyak meminta dari-Mu,
sedikit bersodaqoh namun banyak mengharap ampunan-Mu.
Akankah?
Engkau masih suka,
Menerima iman hamba yang terluka,
Mengampuni jiwa yang masih berselimut serakah,
Yang mengharap surga, namun masih mengamalkan sifat ahli neraka.
Wahai Ilahi yang segala kemuliaan dan keagungan ada disisi-Mu,
Yang segala makhluk kelak akan tertunduk dihadapan-Mu,
Yang mengharapkan ampunan dan belas kasih-Mu,
Untuk dapatkan debu ridho-Mu,
cinta-Mu.
Wahai Allah Azza wa Jalla.
Pada-Mu Seorang budak bertanya,
Pantaskah ia bertindak sebagai manusia merdeka,
Yang jalani kehidupan sesuai dengan apa yang ia suka,
Padahal tiap helai rambut di kepalanya adalah milik tuannya.
Sedangkan dirinya kurang bersyukur atas semua nikmat-Mu,
yang telah memberi oksigen tanpa harus diramu,
Tapi ya Allah, ia masih jauh darimu,
dan...tidak beserta-Mu.
Wahai Tuhan Sang Pemilik setiap butir debu di semesta alam,
Pengendali segala energi dikala siang ataupun malam,
Yang tahu rahasia ditempat gelap dan suram,
Menerangi hati yang kelam,
yang jauh didalam.
Dalam resah,
mata hamba pun basah,
dihimpit takut dan jiwa yang susah,
namun tersimpan sejuta pinta beriring asa,
Bahwa ampunan-Mu jauh lebih besar dari semua dosa.
Wasalam
Al Faqir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar