Oleh
Hamdi Akhsan
I
Aku datang padamu bawa seribu berita.
Tentang keluhan mereka yang menderita.
Tentang Mereka yang hidupnya dinista,
dan tentang mereka yang terlunta-lunta.
Aku datang padamu mengambarkan aparat yang dusta,
aku akan sampaikan tentang protes rakyatmu berjuta,
aku akan datang padamu bawa protes hutan yang rata,
dan akupun akan menjumpaimu dengan doa dan airmata.
Aku berharap dihatimu masih ada secuil rasa cinta,
aku berdoa semoga nuranimu tidak dibutakan harta.
Aku berharap pembisikmu jangan dipercaya serta merta,
Supaya diakherat engkau tidak merangkak bagai hewan melata.
II
Baginda....
Kini jalan-jalan dinegeri kami berlubang dan penuh luka.
Tambal sulam yang dibuat tidak bagus dan sesuka-suka.
Sebahagian besar uangnya pergi ke kantong mereka,
sedang ban dan mesin kendaraan kami rengkah-rengkah.
Gedung-gedung yang dibuat sangat mahal hancur oleh gempa,
Irigasi yang dibuat dengan hutang luar negeri tersapu oleh bah.
Peralatan yang dibeli dengan pajak rakyat menumpuk ditempat sampah.
Sedangkan engkau sibuk kesana kemari umbarkan sukses menepuk dada.
III
Tahukah engkau...
Hutan hujan rimbun pemberian Tuhan kini semua telah habis,
tidak ada lagi sarang binatang melata dan burung seperti belibis.
Hujan yang datang membuat sungai-sungai meluap dan bukitpun terbis.
Dan sawah dan ladangpun hancur, sedang yang tersisa pada petani hanyalah tangis.
Itukah balasanmu terhadap trilyunan pajak kendaraan yang kami bayarkan?
Pupuk yang mahal harus kami beli atas pupuk alami yang kami tinggalkan?
Sedangkan bagi rakyat pemimpin hendaknya bukan menjadi beban,
tetapi membawa mereka pada kesejahteraan.
IV
Baginda....
Mengapa engkau biarkan para tenaga kera wanita teraniaya,
padahal mereka pergi karena engkau tak becus buat lapangan kerja.
Karena mental yang terbentuk bukan pelayan namun menganggap diri raja.
Milyaran dollar uang yang mereka kirimkan hanya kau anggap remeh dan kecil saja.
Masihkan engkau menganggap dirimu berhasil,
sedangkan penderitaan dan air mata terus mengalir ditengah orang kecil.
Untuk bayar hutang pupuk pun petani harus mencicil,
dan terhadap keberhasilan rakyat berwiraswasta, aparatmu dibawah selalu usil.
V
Baginda....
Mengapa tiada secuilpun rasa takut pada Tuhan bersemayam didada,
Tidak gemetar dengan peringatan tentang lautan api neraka yang menggelora,
tak takut daging dan tulang akan tercerai berai dihantam malaikat dengan gada.
Sungguh engkau telah begitu takabbur dan tergoda.
Baginda....
cepatlah sadar sebelum Tuhan murka,
dan sang maut mencabut nyawa para pendurhaka.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan.
0 komentar:
Posting Komentar