Oleh
Hamdi Akhsan
Kekasih...
Kurasakan lembutnya bisikan kidung suci hamba-Mu Daud di tengah sekaratnya peradaban.
Masih ada jiwa-jiwa yang masih rindukan tegaknya keberkahan dan kebenaran,
Tebarkan kasih-Mu pada tunas-tunas yang baru tumbuh bermekaran,
harum mewangi bagaikan bunga ditaman.
Pada puncak jayanya peradaban materi,
Perlahan muncul kesadaran dan kebangkitan spiritualitas insani,
Jiwa-jiwa manusia yang bergelimang harta menangis pilu dimalam hari.
Bagai tersesat di tengah samodera bahari yang maha luas dan tak bertepi.
Kekasih,kemana kami harus pergi?
II
Dalam hening dan gelapnya malam jiwa meronta,
Ratapi kepedihan dan kesenangan semu yang berselimut dusta.
Sungguh kemiskinan hati di tengah gelimang materi menyimpan kehampaan dan derita,
berlawan sungguh dengan apa yang ada dalam pandangan mata,
kekasih, ini bukanlah cinta!
Cinta yang sesungguhnya memberi ridho dan pemuasan dahaga jiwa,
Membuat para pejuang dengan pekikan takbir rela kurbankan nyawa.
Menjadikan para pencinta-Mu banyak menangis dan sedikit tertawa,
Sehingga terpancar cahaya iman dan ketaqwaan yang penuh wibawa.
III
Kekasih...
Akankah muncul pencinta-Mu yang tangguh bagaikan Panglima Saladin,
Penguasa sederhana yang sanggup mengusir musuh dari bumi Filistin,
Berbekal kekuatan iman, kecerdasan diri, serta doa orang-orang miskin.
Dan terhadap pertolongan Allah ia benar-benar yakin.
Kekasih.
Kurindukan jiwa-jiwa muda yang tekun tegakkan panji-panji kebenaran-Mu.
Tak gentar dengan segala sebutan yang diberikan oleh musuh-musuh-Mu.
Yang tidak berjuang untuk materi, ketenaran serta tujuan-tujuan semu,
Serta sanggup hadapi kepedihan akibat penghinaan para pembenci-Mu,
karena-Mu, dijalan-Mu, dan untuk-Mu.
Kekasih...
Sungguh, kami mohon pertolongan-Mu.
Al Faqir
Hamdi Akhsan.
berawal dari membaca syair-syair yang ust kirimkan pada sahabat pantun..., sy sangat tertarik..., kmudian sy cari sumbernya....,
BalasHapusdan kini sy sangat menikmati untaian syair-syair yang ust susun dengan sangat indah...,
terimakasih...