Senin, 31 Januari 2011

38-2011. Untuk Kakanda M.Husni Thamrin.

38-2011. Untuk Kakanda M.Husni Thamrin.

               Oleh
               Hamdi Akhsan.


Telah Meninggal dunia M. Husni Tamrin, Mantan Ketua Umum KAPPI 1966, Ketua Umum PB PII, Wakil Ketua MPR-RI. Moga jasa dan amalnya diterima disisi Allah sebagai kebaikan yang banyak. Amien!

Saudaraku...
Dihari ini engkau pun pergi,
Menghadap Dia Yang Maha Suci,
sebagai hamba penuhi janji,
sebelum lahir ke alam ini.

Jasadmu kini telah terbaring,
tinta emasmu tak pernah kering,
bela yang lemah dahulu sering,
semoga kami bisa mengiring.

Masa mudamu berisi juang,
ditulis indah untuk dikenang,
smangat juangmu terus kumandang,
bagai satria menghunus pedang.

Pergilah engkau menghadap Allah,
doa mengiring dari yang kau bela,
Semoga diampun segala salah,
ditutupi-Nya segala cela.

Kelak kamipun akan menyusul,
yang tua pergi yang muda timbul,
itulah sunnah yang sungguh betul,
Dalilnya Quran dan sunnah Rasul.

Ya Allah,
Terimalah ia kembali pada-Mu,
karuniai ia dengan rahmat-Mu,
limpahi dia kasih sayang-Mu,
Masukkan dia dalam Surga-Mu.

Inderalaya, 31/1/2011

Mantan Ketua Umum
PW PII Sumatera Barat 1990-1992

Hamdi Akhsan.

37-2011. Pahlawan Dari Sumatera Selatan.

37-2011. Pahlawan Dari Sumatera Selatan.

               Oleh
               Hamdi Akhsan.

SMB II

Pengantar.
Sedikitnya informasi tentang para pahlawan dari Sumatera Selatan membuat hampir seluruh masyarakat tidak mengetahui keberadaan mereka. Syair ini dibuat dalam urutan tahun keberadaan mereka, semoga bermakna untuk menambah wawasan anak-anak kita terhadap Pahlawan dari daerahnya sendiri. Amien!

I
Inilah syair tentang  Pahlawan,
Gagah perkasa serta melawan,
tak takut pada hebatnya lawan,
tak gentar walau sudah ditawan.

Syair pahlawan bukanlah puja,
menjadi kabar untuk remaja,
kalau tak bagus lupakan saja,
buatlah untuk pembersih meja.

Madah pahlawan isinya singkat,
supaya di hati mudahlah lekat,
Mendoakannya pastilah berkat,
hormati mereka tinggikan harkat.
Raden Fattah
II
Raden Fatah nama pertama,
Candi Ing Laras tempat lahirnya,
Satu Ilir nama kawasannya,
Ario Dillah bapak tirinya.

Brawijaya lima darah mengalir ,
Raja  Majapahit yang terakhir,
ke palembang ibunya menyingkir,
di kota ini Raden Fatah lahir.

Setelah majapahit hancur,
Islampun jadi kuat termahsyur,
Kerajaan Demak lantas meluncur,
Raden Fatahlah jadi pelopor.

III
Palembang lahirkan ulama mumpuni,
Namanya Abdus Samad al-Palimbani.
Kitabnya dipakai sampai hari ini,
Wafatnya di Arab atau Pattani.

karya terakhir dan paling masyhur,
Sair as-Salikin yang ia tutur,
Bahasanya indah lagi teratur,
 baik dan buruk jelas terukur.

Sayang disayang orang tak tahu,
Al Ma'tsurat pun darinya Ilmu,
dibuat wirid setiap waktu,
baik sekarang ataupun dulu.

IV
Pahlawan ketiga sangatlah tenar,
Sultan Mahmud Badaruddin II gagah bersinar,
Inggris tak berani Belanda dikejar,
di Sungai Aur kompeni dihajar.
 Perang Menteng menjadi saksi,
banyak pejuang yang rela mati,
meninggal syahid karena Ilahi,
Lawan Belanda supaya pergi.

Walaupun berjuang sekuat tenaga,
Tiga hari tiga malam beliau berlaga,
akhirnya ditangkap dibuang juga,
Di Ternate tempat ditanam raga.

V
Abdul Hamid bin Mahmud namanya awal,
Ki Marogan selanjutnya ia dikenal,
Berdakwah dan dagang menjadi bekal,
Sangat ditakuti mereka yang nakal.

Ia berdakwah kemana-mana,
Karomahnya banyak bikin terpana,
Mesjid dibuat sebar agama,
Lawang kidul setelah yang pertama.

Dakwahnya idah memikat hati,
ke lawang kidul setiap hari,
zikir di perahu amalannya dari,
pancarkan dakwah ke seluruh negeri.
Dr. AK. Gani
VI
Adapula Dr. AK. Gani,
Pahlawan Rakyat gagah berani,
Melawan jepang serta kumpeni,
Sumpah Pemuda ia lakoni.

Proklamasi di Palembang ia proklamirkan,
Berbakti pada negara ia jalankan,
obati yang sakit ia ikhlaskan,
Namanya disebut tuk dikenangkan.

Kalauah ingin tahu juangnya,
pergilah sendiri ke musiumnya,
Jalan Mangku Negara alamatnya,
Sukamaju Sako itu Wilayahnya.

VII
Ada pulayang lain lagi,
Residen A Rozak pejuang sejati,
berjuang hebat saat agresi,
walau menderita ikhlaskan hati.

BR Motik juga terkenal,
pejuang ekonomi ia berasal,
Perwabi jasanya sebagai misal,
juangkan pribumi ia tak ia sesal.

Itulah pahlawan yang kita punya,
orangpun tentu banyak bertanya,
Kapten A Rivai tak disebutkannya,
Isa Anshari pun tak dimunculkannya.

VIII
Pahlawan lain sangatlah banyak,
tapi namanya tak dii khalayak,
karena tak tahu tempat berpijak,
atau tiada yang bikin sajak.

Mari sahabat kita sadari,
jadilah Pahlawan daerah sendiri,
yang baik dukung jangan cakari,
supaya bagus seluruh negeri.

Diakhir syair kumohon maaf,
kalaulah lupa ataupun khilaf,
kepada Allah hamba berharap,
diberi ampun kelak menghadap.

Inderlaya, 31/1/2011
al Faqiir

Hamdi Akhsan

Minggu, 30 Januari 2011

24-2011. Syair-syair Malam

24-2011. Syair-syair Malam

                Oleh
                Hamdi Akhsan.


I
Kekasih...
Kutelusuri jejak bintang-bintang nun jauh di ujung cakrawala.
Betapa kerdilnya diri dalam kemaha besaran Sang Pencipta.
Tiada berarti bagai sebutir debu ditengah gurun sahara,
yang pergi kemana pun angin gurun akan membawa.

Dalam derasnya airmata kerinduan yang mencucur.
Terasa betapa hidup hamba kurang bersyukur.
Bahkan terkadang dihinggapi jiwa takabbur,
Ampunilah hamba sebelum masuk kubur.

Kadang iman diri  bagaikan remah.
indahnya dunia pun jadi utama,
Wahai Ilahi Pemilik Rahmah.
Ampuni diri yang lemah.

II

Wahai  Yang  Rahman.
Kuatkan hamba dalam iman.
Harumnya bagai bunga ditaman.
Dan tempat yang baik tuk kediaman.

Dalam cinta yang kadang masih sering tergoda.
Bermohon hamba pada-Mu dengan tangan tengadah.
Agar Engkau ridho untuk teguhkan taqwa di didalam dada.
Agar selalu sadar  balasan surga dan neraka-Mu yang memang ada.

III
Wahai Engkau yang memiliki segala apa yang ada di alam semesta.
Yang meninggikan derajat mereka yang sebelumnya ternista.
Hanya pada-Mu jua hamba memanjatkan segala pinta.
Agar di dunia dan akherat kelak tidak menderita.

Wahai Engkau Yang Maha membalik hati.
Tunjukkan jalan yang harus  kutiti,
Agar selamat di hari nanti.
Kelak, setelah mati.

Kekasih.
Padamu hamba berserah diri.

Inderlaya, 30/1/2011
Al Faqiir

Hamdi akhsan

35-2011. Syair Mujahid Gaza.

35-2011. Syair Mujahid Gaza.

               Oleh
               Hamdi Akhsan

Para Daud Kecil gagah berani melawan kezaliman Thalut

I
Anakku,
Dengarlah olehmu kisah tentang Mujahid Gaza,
Yang selalu siap korbankan nyawa dan darah,
Yang selalu tegar dan pantang menyerah,
dan senantiasa bersandar kepada Allah.

Dari balik penjara besar dengan jutaan penghuni,
Muncullah jiwa-jiwa pencinta indahnya surgawi.
Jiwanya  rindukan balasan  sebuah transaksi,
yang telah dijanjikan-Nya dalam kitab suci.

II
anakku...
Di zaman ketika manusia bumi telah beradab.
Masih ada  penjajah zionis Israel  yang sangat biadab,
Membunuh wanita dan anak-anak sambil tertawa dan bersantap.
Hancurkan rumah-rumah yang jadikan mereka tidur dibawah langit tanpa atap.

Sungguh ironi, ketika tangan-tangan kecil lemparkan batu diiringi gema takbir,
Hadapi keperkasaanlapis baja  dan pesawat  tempur yang membordir,
Sedang saudara sedarahnya empat milyar bagaikan orang pandir.
Bahkan dengan tanpa sadar ada yang mencibir.
Gadis kecil Ghaza yang mencari ayah bunda

III
Anakku...
Tahukah engkau dengan banyaknya keajaiban yang terlihat.
Para mujahid bersumpah bahwa mereka dibela oleh para  malaikat.
Atau pesawat musuh yang datang dihadang tentara Allah berupa badai dan kilat.
Atau tanpa diketahui ternyata  pasukan zionis lari dengan membawa ketakutan yang sangat.
Sungguh bagi mereka pertolongan Ilahi ternyata sangat dekat.

Sedang Muslimah gaza,
Selalu bangga lahirkan para pencinta surga,
tangan-tangan kecil lontarkan batu menghantam lapis baja.
Yang membuat musuh tak bisa tidur nyenyak walau hanya sekejap saja.

IV
Dalam kepedihan, penderitaan dan kelaparan.
Setiap tahun bermunculan tunas-tunas baru Hafiz Alquran.
Mujahid mudah tumbuh menggantikan mereka yang berguguran.
Sungguh sebuah keajaiban yang mencengangkan para ahli peradaban.

Wajah-wajah pasrah yang penuh kekuatan iman nampak cantik dan gagah,
Seakan pada raut mereka terpancar terangnya cahaya.
Cahaya cinta dan kerinduan akan jannah.
Sebagai pemilik Izzah.

V
Anakku...
Sadarkah engkau, bahwa mereka adalah saudaramu.
Yang kepedihan dan penderitaan mereka menjadi tanggungjawabmu.
Yang kelak di Padang Mahsyar akan ditanya oleh-Nya apa pembelaanmu.
Apakah perbuatan nyata yang telah dilakukan olehmu.

Ingatkan engkau  akhir  tahun  duaribu sembilan yang silam.
Ketika bom-bom biadab  zionis bagaikan hujan menghantam.
Hancurkan rumah-rumah dan membuat lubang-lubang dalam.
Serta jadikan langit penuh kepulan  radiasi yang  menghitam.
Sungguh biadab, beraninya dengan anak kecil
VI
Betapa dalam kepedihan dan airmata mengalir,
Saksikan wanita dan anak-anak bersimbah darah di bombardir,
Dan merekapun menghadap Ilahi dengan senyum sebagai martir.
Ternyata, mereka yang syahid hampir seimbang dengan yang lahir.
Sungguh sebuah keajaiban Ilahi dengan nyata telah terukir.

Belumlah lagi adanya pengkhianat dari saudara seagama.
Yang beralas darah duduk semeja dengan musuh untuk makan bersama.
Padahal tahu perundingan hanyalah taktik musuh mengulur waktu percuma.
Yang penggkhianatan itu selalu diulang-ulang kembali sejak lama.

VII
Anakku...
Bersyukurlah dirimu hidup di negeri yang subur,
Namun jangan pernah tinggalkan kebiasaan untuk bersyukur,
Kalaulah atas nikmatnya bangsamu malah semakin kufur.
Ingatlah kelak kalian akan hancur.
Senjata yang diberi bahan fosfor putih peluluh tulang
Jangan menunggu lagi,
singsingkan lengan untuk bekerja keras petang dan pagi.
Jauhi berhura-hura dengan segala kesenangan yang akan membuatmu rugi.
Karena ketinggian derajat tak didapat dengan sibuk memetik kecapi.
Anakku, jangan sampai kasih-Nya pergi.

VIII
Anakku...
Hariku sudah menjelang sore dan masaku telah berlalu,
Jadilah engkau pencinta surga seperti para pendahulu,
Biasakan diri untuk bangun bermunajad di malam dalu.
Agar kelak di Sorga Allah engkau akan jadi penghulu.

Anakku,
itulah yang kami rindu.

Inderalaya, 30/1/2011
Al Faqiir
Hamdi Akhsan

34-2011. Syair Palembang

34-2011. Syair Palembang

               Oleh
               Hamdi Akhsan.

Jembatan Ampera Ikon Kota Palembang

Pengantar
Even internasional yang kolosal dalam waktu dekat di Sumatera Selatan adalah Seagames dan even nasionalnya adalah Jambore Nasional di Teluk Gelam (Kabupaten OKI). Selain itu banyak pertanyaan tentang Palembang dari berbagai pihak. Syair sederhana ini mencoba memberikan gambaran tentang Palembang, walaupun banyak kekurangan semoga berguna untuk mereka yang mencari informasi tentang Palembang atau akan berkunjung ke Palembang. Terima Kasih!

I
Inilah syair tentang  Palembang,
ribuan tahun kota berkembang,
dikenal  negeri para  pedagang,
kini  menjadi  kota terpandang.

Diyakini  dulu  pusat Sriwijaya,
negara bahari pernah berjaya,
SwarnaBhumi jadi gantinya.
bumi emas makna katanya.

Di sungai banyak pencari emas,
dilimbang pasir sambil diawas,
didapat emas hatinya puas,
jadilah Palembang dikenal luas*.

II
Pernah ada Kesultanan berjaya,
Palembang Darussalam pasti namanya,
Simbur cahaya kitab rakyatnya,
dari agama sumber hukumnya.

Raden Fatah Sultan di Demak,
Dari Palembang ia menapak,
didukung walisongo ia serentak,
jadilah ia Sultan yang bijak.
Sultan Mahmud Badaruddin II
Terkenal seorang Pahlawan Gagah,
Mahmud Badaruddin II pasti namanya,
Ternate tempat pengasingannya,
disana pula tempat kuburnya.

III
Tempat wisata banyak tersebar,
setiap tahun berlomba bidar,
wisata kapal putri kembang dadar,
atau jalan-jalan sore untuk sekedar.
Benteng Kuto Besak
Kutobesak namanya benteng,
dekat ampera ia mentereng,
di Pulau kemarau ada kelenteng,
menyolok merah atapnya genteng.
Pulau Kemarau

Makam Sultan pulau tengkurap,
lokasinya dekat kampung arab,
Doa dilantun berkah diharap,
supaya makmur palembang tetap.

IV
Terkenal nama bukit siguntang,
dalam legenda Masa Sang Hiyang,
Berasal disana terus cemerlang,
Sriwijaya lama dulu berkembang.
Musium Balaputra Dewa

Jangan lupa ke musiumnya,
Balaputra Dewa nama lengkapnya,
dekat ampera lokasi tepatnya,
segala peninggalan ada didalamnya.

Diseberang benteng rumah kapitan,
tinggalandahulu di pecinaan,
berbaur mereka para peranakan,
bersatu damai tuk penghidupan.

V
Terkenal pula makanan khasnya,
ikan menjadi bahan dasarnya,
pempek palembang tentu barangnya,
enak dimakan dengan cukanya.
Pempek

Selain pempek dikenal tekwan,
bahan dasarnya bersumber ikan,
ditambah timun dicencang-cencang,
kuahnya enak tuk dihirupkan.

Selain dibuat pempek dan tekwan,
model juga tak kalah tuan,
dicampur kuah dengan cendawan,
makanan enak sungguh menawan.

VI
Janganlah lupa kerajinannya,
kain Songket itu namanya,
murah dan mahal macam harganya,
tergantung dompet sang pembelinya.

Kain songket jadi perlambang,
dibawa tujuh saat meminang,
dipakai resepsi hati kan senang,
momen yang indah terus dikenang.

Kalaulah anda ingin mencari,
ke Tangga buntung orang kan pergi,
atau sumbernya daerah OI,
jadikan kenangan ke Palembang dari.

VII
Wah, jangan pula lupakan pindang,
enak dimakan sedap dipandang,
ada yang langsung ada dipanggang
itulah ciri pindang palembang.

Ikan asap juga disuka,
di Musi dua dagang dibuka,
bikin sendiri tentu mereka,
segar terasa saat dibuka.

Ada pula pindang tempoyak,
durian diawet bentuknya loyak,
dihirup enak dimakan layak,
tradisi buatan para khalayak.

VIII
Itulah tradisi kota Palembang,
datanglah anda sambil bertandang,
dimana-mana bisa dipandang,
banyak tersebar sawah dan ladang.

Keluar palembang banyak dilihat,
danau Ranau tempat Istirahat,
Bukit Telunjuk ada di Lahat,
Gunung demponya di arah barat.

Ada pula air terjunnya,
di Muara enim tempat pastinya,
di Ulu Ogan gemuhak namanya,
indah sungguh pemandangannya.

Goa putri ada di OKU,
Bukit petir di MURA Ulu
Rumah Knockdown di Tanjung Batu,
di Pedalaman tersisa kubu.

IX
Ini sekelumit tentang Palembang,
Sumatera Selatan terus berkembang,
jadi Provinsi disegani orang,
apalah lagi masa sekarang.

Menjelang even yang besar tiba,
marilah kita saling menjaga,
tamu datang disambut ramah,
supaya harum dimana-mana.

Maafkan saya sudah berani,
walau ilmu belum mumpuni.
Menulis Madah sebagai seni,
Syairku habis sampai disini,

Inderalaya, 30/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

33-2011. SYAIR BATANG HARI SEMBILAN

33-2011. SYAIR BATANG HARI SEMBILAN

               Oleh
               Hamdi Akhsan

Jembatan Ampera menghubungkan dua sisi sungai Musi di Kota Palembang

PENGANTAR
Propinsi Sumatra Selatan (Sumsel) dialiri banyak sungai besar. Salah satunya, sungai Musi yang berhulu di gugusan Bukit Barisan dan bermuara di laut tepian pantai Timur Sumatra ini. Karena terdapat 8 sungai besar yang menjadi anak sungai Musi, maka Sumsel di sebut juga Tanah Batanghari Sembilan atau Tanah Sembilan Sungai.
Kesembilan sungai yang termasuk batanghari sembilan dari hulu hingga ke hilir adalah: 1. Sungai Musi, 2. Sungai Batanghari Leko, 3. Sungai Lalan. 4. Sungai Lakitan 5. Sungai Kelingi, 6. Sungai Rawas, 7. Sungai Lematang, 8. Sungai Ogan, dan 9. Sungai Komering.
Berikut syair batanghari sembilan. Semoga menjadi kenangan untuk generasi penerus kelak manakala sungai-sungai yang ada telah kering dan tidak lagi menjadi inspirasi budaya masyarakat Sumatera Selatan.

I
Syair berawal dengan Bismillah,
berkisah tentang ciptaan Allah,
Karena sungai tanah terbelah,
airpun mengalir lalui celah.

Sungai disini banyak gunanya,
untuk banyak keperluannya,
dari bangun sampai tidurnya,
tak lepas sungai dari hidupnya.

Ratusan kilo panjangnya sungai,
Awalnya gunung akhirnya pantai,
akhirnya bertemu di muara landai,
nama yang awal akan selesai.

II
Beribu tahun sungai bersaksi,
manusia hidup kemudian mati,
tempat pedagang berjual beli,
tempat orang  bertransportasi.

bagi penduduk disana mandi,
dipakai pula untuk mencuci,
bersiram-siram putra dan putri,
ikan mudikpun menari-nari.

Sawah yang subur kan diairi,
tanaman hijau berseri-seri,
rahmat Ilahi Maha Pemberi,
untuk penduduk seluruh negeri.

III
Airnya jernih sejuk mengalir,
dari yang hulu sampai ke hilir,
bunyi gemericik bagaikan zikir,
indah menawan bagaikan syair.

Ditanah tinggi sungai bermula,
Rimba yang lebat sumber airnya,
jernih mengalir pasti segarnyanya,
diminum langsung sehat orangnya.

Air menjadi sumbernya hidup,
sepanjang sungai tak pernah redup,
orang berdagang diperahu sungkup,
dari pagi sampai mentari redup.

III
Di nama sungai melekat suku,
ogan dan komering bagian hulu
ratusan tahun tinggal disitu,
hormati sungai hidup menyatu.

Ke ladang orang di subuh dalu,
lewati sungai dengan perahu,
susuri air hindarkan batu,
berharap rezeki sudahlah tentu.

Sungai ogan memelah OKU,
Muaraenimpun ada dilalu,
di Ogan Ilir pecah menyatu,
Bermuara di musi sejak dahulu.

IV
Demikian juga di rawas ulu,
tanahnya tinggi sungai berbatu,
airnya dingin jernih bermutu,
membuat sehat sudahlah tentu.

Penduduk hulu banyak bertani,
pergi ke huma setiap hari,
tatkala pulang kayuh kemudi,
terkadang sambil ikan dicari.

Sungai Rawas bergabung musi,
Jadi kabupaten nama lokasi,
berbatas Bengkulu dibarat sisi,
ke MUBA mengalir sepanjang hari.

Sungai Lakitan ada di Mura,
Sungai Kelingi juga disana,
sebagai nadi masyarakatnya,
untuk jalani aktivitasnya.

IV
Batanghari Leko ada di MUBA,
mendekat jambi arah wilayah,
Airnya mengandung minyak tanah,
mengkilap-kilap kena cahaya.

Di MUBA sungai tidaklah satu,
banyak berguna sudahlah tentu,
besar dan dalam juga berbatu,
seperti Sungai lalan ada disitu.

Alanya subur buminya kaya,
sawitnya banyak karet seraya,
sekarang jadi daerah yang jaya,
juga terpandang serta mulia.

V
Lahat dan enim mengalir sungai,
Lematang ia disebut ramai,
ikannya sungguh enak digulai,
laguinya indah cantik membelai.

Sungai Lematang mengalir jernih,
sampai sekarang segarnya masih,
untuk dimasak atau berbersih,
Berperahu ke pedalaman Prabumulih.

Semua berakhir di Sungai Musi,
lebarnya sungguh kedua sisi,
Sejak dulu tempat transportasi,
untuk manusia dan jual beli.

VI
sungai musi sungai yang besar,
di tepi sungai banyaklah pasar,
tempat berkumpul para saudagar,
melalui darat atau berlayar.

Musi bermuara ke selat bangka,
bercabang dulu kemana suka,
dibagian hilir terdapat palka,
bengkel dan tempat kapal dibuka.

Inilah syair batanghari sembilan,
dibuat untuk sanak kenalan,
dibuat sebentar diakhir bulan.
semoga berguna untuk tinggalan.

Inderalaya, 30/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Sabtu, 29 Januari 2011

32-2011. Wahn (Cinta Dunia dan Takut Mati)

32-2011. Wahn (Cinta Dunia dan Takut Mati)

               Oleh
               Hamdi Akhsan

Mujahidin Afghanistan

I
Di hari ini,
Kilatan pedang para pengembara surga nyaris tiada lagi dibumi,
Pekikan takbir telah berganti seruling musik yang mendayu merasuk hati.
Panglima perkasa seperti Salahuddin Al Ayubi terputus dan tiada regenerasi.
Tinggallah umat yang sepanjang lahir sampai mati sibuk demi pemenuhan syahwat materi.
Sungguh harga diri para pencinta Ilahi kini telah mati.

Terkadang, kegeraman bergejolak didalam dada,
Tatkala bom-bom berjatuhan di Iraq, afghanistan dan Ghaza,
Namun rasa itu hanya sejenak dan segera diganti khabar duniawi yang meriah,
Tinggallah mereka hidup dalam kehinaan dan teraniaya,
Sungguh izzah telah begitu lemah.

II
Sang Utusan Agung dimasa lalu telah ratapkan kesedihan hati,
Ia tak khawatirkan kemiskinan pada umat yang akan bergelimang materi.
Segala kekayaan berdatangan tatkala pusat-pusat kekayaan dunia telah dkuasai,
Tinggal kini kenangan tentang para pengembara yang bahagia sambut datangnya mati.

Sang utusan Agung dahulu telah berwasiat tentang datangnya  agama  secara aneh.
Dan kelak, segala yang telah diajarkan olehnya dianggap aneh bahkan remeh.
Yang dahulu dibangga kini dinista, yang dulu dilarang sekarang boleh.
Dan darah umatpun tiada berharga dimana-mana meleleh.

III
Kurindukan gagahnya pasukan Khalid bin Walid muncul bagai malaikat dari tengah gurun.
Tawarkan perdamaian atau biang segala ketakutan perang akan terhimpun.
Para penentang akan disapu bagaikan dahsyatnya badai taifun.
Sungguh tinta emas sejarah yang membuat diri tertegun.

Sedang di zamanku...
Para pemuda gagah seperti Ali dan Hamzah sibuk habiskan malam dengan tuangan arak.
Kepala dan tubuh mereka bergoyang ikuti alunan musik nan semarak.
Antara mereka dengan Tuhannya garis cinta telah retak,
dan pasukan Iblis pun tertawa terbahak-bahak.

IV
Wahn telan melanda,
Musuh pun datang bagai pasukan berkuda,
Menjajah peradaban dan merampas semua hasil bumi yang ada,
Sedang diri, hanya tersandera dalam tumpukan hutang demikian lama.
Sungguh sebuah kehinaan yang menyakitkan dada.

Semua karena wahn,
Keinginan hidup abadi dan ketakutan akan kematian.
Segala upaya dipakai untuk membuat kulit tubuh tetap rupawan.
Dan merasa bangga apabila dihadapan manusia bisa memikat dan tampil menawan.

V
Sedang jiwa,
Meronta karena miskin dan menderita.
Dirumah-rumah nan mewah kitab suci dibaca jadi langka.
setiap hari sibuk menghitung penambahan emas dan permata.
Dan tanpa sadar rambut memutih dan bersiap untuk menutup mata.

Kehinaan akan semakin dalam dengan tetap memelihara wahn,
Kehidupan akan jadi lemah tanpa pengorbanan pahlawan.
Terhadap kesewenangan ia sanggup untuk melawan.
Sehingga berharga di mata Tuhan.

VI
Aku rindu,
Para pemuda yang tegakkan kepala tunjukkan ilmu.
Atau mereka yang tekun jelajahi dunia taklukkan tebalnya buku.
Membaca ayat-ayat-Nya di semesta raya membuat orang takjub terpaku.
Sehingga kejayaan yang pernah ada tidak sebatas kisah yang ada di masa lalu.

Tidak mungkin negara-negara perkasa penguasa teknologi akan mau berbagi.
Bagaikan singa, tiada yang mau berbagi tempat dengan seekor sapi.
Karena kekuatan akan membuatnya memegang supremasi.
Dan bangsa lain bagai pengemis mohon dikasihani.

VII
Mengapa para putra pengembara surga tiada sadar,
Mereka berikan hanya budaya sampai yang di negerinya telah memudar.
Bantuan teknologi yang diberikan untuk uji coba sebelum dijual sebagai saudagar.
Wahai pemuda, mengapa engkau tidak isi dadamu dengan kekuatan iman para mujahid badar.

Tiada putra elang yang perkasa tanpa pendidikan yang kejam dan kuat dari sang induk.
Atau bagaikan anak singa gurun ditinggal induk tatkala ia masih ingin dipeluk.
Walau kasih sayangnya luar biasa, menangis ia dengan menunduk.
Agar sang putra Raja Gurun tidak lemah seperti pelanduk.

VIII
Anakku...
Jadilah engkau pengembara akherat seperti pendahulumu
Ukirlah tinta emas sejarah dizamanmu,
dan kami akan berdoa untukmu.
Agar kasih-Nya besertamu.


Inderalaya, 29/1/2011
Al Faqiir

Jumat, 28 Januari 2011

31-2011. Kekasih, Berilah Kami Pembimbing (28/1/2011)

31-2011. Kekasih, Berilah Kami Pembimbing  (28/1/2011)

               oleh
               Hamdi Akhsan
I
Kekasih...
Sore ini, kulihat sekuntum bunga ilalang pasrahkan diri kepada sang angin.
Terbang susuri tanah gersang tandus dengan mematikan segala ingin.
Bagaikan pencinta-Mu dimalam gelap yang tak peduli air yang dingin.
Demi cinta yang menghujam kokoh bak kokohnya akar beringin.

II
Kurindukan sang guru cinta yang agung seperti Seorang Zun-nun Al Misri.
Yang doanya mampu memanggil seluruh ikan nun membawa mutiara dari dasar bahari.
Atau doa mustajab Said bin Jubair  yang membuat sekarat Al Hajjaj bin Yusuf menjelang mati.
Atau yang  keindahan doanya bagaikan Daud  membuat terpana semua makhluk yang ada di bumi.

III
Kekasih...
Mengapa kini mereka tiada lagi,
ataukah sesungguhnya ada!namun tersembunyi,
Hari-harinya habis untuk bermunajad pada-Mu lantunkan kidung-kidung suci,
Agar kelak selamat ketika berpindah dari permukaan ke dalam bumi.

Sedang kami, hidup dalam sekaratnya peradaban yang miskin ruhani,
semua orang hilang  kepercayaan, seperti istri  terhadap suami.
Karena harta dan kedudukan lantas kehilangan hati nurani.
Sungguh makhluk-Mu yang lemah telah berani.

IV
Keberanian melecehkan larangan-Mu berdampak pada maksiat,
betapa manusia semakin enggan untuk cucurkan airmata taubat.
Seolah antara hidup dan mati hanya merupakan perpindahan tempat.
Sungguh terhadap perjanjian didalam rahim kebanyakan manusia telah khianat.
Kekasih, kami telah sesat.

Kalaulah dihari ini tangis kami masih bermakna.
Hamba mohon pada-Mu, berilah kami ulama yang sederhana,
Tak ingin pujian dan tak takut cercaan bagaikan Khaidir bersama Musa,
Atau yang tegar dalam cercaan dan hujatan para pendosa.
Kekasih, pada-Mu hamba sandarkan asa.

Inderalaya, 28/1/2011.
al Faqiir

Hamdi akhsan

30-2011. Surat dari guru ngaji Sang Pemimpin Negeri

 30-2011. Surat dari guru ngaji Sang Pemimpin Negeri

                Oleh
                Hamdi Akhsan

Apalah hebatnya lagi kalau sudah begini

I
Dengan Bismillah syair kutulis,
wasiat mengalir setiap baris,
harapan mulia akan kulukis.
curahan tulus bercampur tangis.

Kutulis ini untuk pemimpin,
rakyat negeri banyak yang miskin,
doanya didengar pastilah yakin,
sedang yang kaya bertambah makin.

Walaupun diriku tiada berarti,
rendahkan hatimu tuk dinasehati,
kelak berguna di hari nanti,
untuk hidupmu setelah mati.

II
Kuyakin ingatanmu masihlah segar,
kisah yang baik pernah didengar,
pemimpin adil rahmat memancar,
pemimpin zalim jatuh menggelepar.

Contoh yang baik adalah umar,
adil dan tegas beriring sabar,
sangat sederhana dalam berujar,
tiada mengeluh selalu tegar.

Terhadap pejabat sangatlah sangar,
bila memutus salah menakar,
membuat mereka sampai gemetar,
bagaikan takut akan dibakar.

III
Tetapi semua patuh padanya,
karena satu kata perbuatannya,
tiada mengumpul tuk keluarganya,
atau mengangkat sanak saudaranya.

Sangat sedikit tidur malamnya,
dihadapan Ilahi pecah tangisannya,
meratap takuti berat siksa-Nya,
dan mengharapkan rahmat dari-Nya.

Sanak keluarga dikumpulkannya,
Untuk tak pakai kedudukannya,
atau gunakan nama besarnya,
sebagaimana pesan Rasul-Nya.

IV
Ingat dahulu masa kecilmu,
kuajar engkau iman dan ilmu,
walaupun kini hebat dirimu,
janganlah lupa ke akheratmu.

Jabatan itu hanya titipan,
sebelum mati telah digantikan,
kalau amanah tak ditegakkan,
setelah lepas kau dipusingkan.

Berhati-hati para pembisik,
hatinya kelak pasti berbalik,
ketika enak tidak berisik,
setelah jatuh memekik-mekik.

V
Harta segunung jangan tumpukkan,
kelak dikubur engkau tinggalkan,
mereka yang hidup kan menghabiskan,
tinggal dirimu tangungjawabkan.

Di Padang Mahsyar engkau melata,
di tuntut rakyat puluhan juta,
kian kemari matapun buta,
tiada guna dulunya harta.

Kalau dirimu ingin selamat,
segerakan diri untuk bertaubat,
agar tak hancur amal akherat,
sebelum terlanjur datangnya sekarat.

VI
Diriku bukan orang yang pintar,
namun sayangku masih menggetar,
harapkan amanahmu tidak terlantar,
jauhkan cambuk malaikat yang menggelegar.

Anak dan istri bukan menolong,
mereka sendiripun sibuk melolong,
disate malaikat badannya bolong,
ditendang hancur sampai ke kolong.

Percaya engkau nasehat ini,
menantang Tuhan jangan berani,
tak guna ribuan pengawal gagah berani,
kala usus terburai kayak tembuni.

VII
Mengapa siksamu sangatlah berat,
karena kuasamu sangatlah kuat,
koruptor yang ada tinggal kau jerat,
mudah pula bantu yang sekarat.

Kalau semua tak kau lakukan,
kerjamu sibuk berjalan-jalan,
pajak rakyatpun engkau habiskan,
tunggullah balasan dalam kuburan.

Belumlah lama engkau dikubur,
daging dan tulang pisah bertabur,
cacing yang datang bukan menghibur,
hancurkan dagingmu menjadi bubur.

VIII
Belum pengantar jasadmu pergi,
terhina sudah hebatnya diri,
tanah diatas diinjak kaki,
ditambah tutup yang berat lagi.

Dirimu kelak tinggal sendiri,
malaikat membawa cambuk berduri,
dihantam engkau saat berdiri,
terus-menerus tersayat nyeri.

Daging-dagingmu akan disayat,
mata melotot badan menggeliat,
rambut memutih sakitnya dahsyat,
ya Allah berilah waktu untuk bertaubat.

IX
Belumlah lagi ahli warismu,
berebut dia gudang hartamu,
segala cara diazab dirimu,
karena harta bukan milikmu.

Hidup di dunia hanya sebentar,
betapa rugi akherat terlantar,
karena uang jutaan lembar,
ataupun emas bertikar-tikar.

Diakhir syair kumohon maaf,
kepada Allah ampun kuhadap,
kuharap engkau segera bertaubat,
agar akherat bisa selamat.

Inderalaya, 28/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Kamis, 27 Januari 2011

29-2011. Pesan Untukmu Generasi Baru

29-2011. Pesan Untukmu Generasi Baru

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Anakku...
Di hari ini usiaku sudah menjelang pulang, sedang generasimu  baru akan pergi.
Tulang-tulangmu masih kokoh untuk susuri tingginya puncak bersalju abadi.
Cita-cita pun hebat bagai nakhoda hadapi badai ganas di tengah bahari,
Dan harapanmu masih panjang bagaikan pencarian cinta para sufi.
Sedang hari-hariku, hanya tinggal sebentar lagi.

Sebelum  generasiku berganti dan menghilang.
Ingin kusampaikan pesan-pesan pembakar jiwa wahai putra elang!
Karena kini pancaran cahaya Kebenaran-Nya semakin jauh dari cemerlang.
Bagaikan hilangnya lazuardi dilangit luas nan biru ketika malam datang menjelang.

II
Anakku...
Peradaban yang berpusat pada keyakinan anti Tuhan kini merajalela di bumi.
Merampas kehormatan, kesucian dan memerasnya habis untuk pemuasan birahi.
Segala kekuatan teknologi dan akal dipergunakan untuk halangi penerapan kitab suci.
Sungguh dunia telah dekat harinya menjelang mati.

Dalam dirimu, setiap detik dijejalkan keserakahan yang diatas kemampuan diri,
Bank-bank begitu pandai merayu untuk berhutang demi palsunya harga diri.
Hadirlah  sebuah generasi  yang rapuh dan  tak mampu tegak berdiri.
Bagaikan lelaki gagah berorot yang perkasa namun telah dikebiri.
Anakku, sadarlah engkau punya kebanggaan sendiri.

III
Engkau terlahir dengan menggenggam mutiara berharga dari langit.
Yang harus engkau pertahankan walau harus menahan rasa sakit,
sakitnya nafsu karena asing dizaman menjelang Dajjal bangkit,
dan musuhmu akan menghadang di depan bagaikan bukit.

Dahulu, mutiaramu datang tiba-tiba dari kegelapan sunyi.
Sang Pembawa dilahirkan sebagai yatim piatu dan seorang ummi,
Tapi bagaikan badai secepat kilat cahaya-Nya menerangi seluruh bumi.
Sebagai bukti atas ketinggian harga diri karena  amalkan kidung suci Ilahi.

IV
Anakku ingatlah! manakala seekor singa ikut mengembik bagai seekor domba,
seluruh bumi akan mengejek dan memandangmu hina dalam derai tawa,
Engkau adalah putra singa gurun yang pantang dihina dan menyerah.
Yang selalu memilih syahid atau tegak dan bersinarnya Cahaya.
Anakku,berhentilah menyerah dan  jadi orang yang kalah.

Dalam darahmu mengalir semangat para syuhada Badar.
Yang pekikan takbirnya mampu membuat pasukan musuh buyar.
Inginkan engkau seperti mereka?membuat para pembenci gemetar.
Dan bendera kebenaran Ilahi agak tegak serta rahmat-Nya kembali menyebar.

V
Anakku, sadarlah engkau selalu..
Mana ada pembenci yang akan hidangkan madu,
Atau membuatmu perkasa seperti pendahulumu dimasa lalu.
Engkau akan lemah, karena yang tampaknya madu adalah racun sangat jitu.
Yang akan membius dirimu  dalam peradaban dengan substansi zaman batu.
Bukan keunggulan  sebagaimana  ungkapan para agen palsu.
Anakku, sadarlah engkau telah tertipu.

Di  penghujung  waktu yang  menjelang senja,
padamu sekali lagi daku ingin sampaikan madah,
tegak  serta  perjuangkan harga  diri dan izzah,
karena hanya disitu hadirnya pertolongan Allah.

Indearlaya,27/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

28-2011. Kidung Cinta Seorang Hamba di Kaki Langit Arafah

28-2011. Kidung Cinta Seorang Hamba di Kaki Langit Arafah

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Lazuardi nan biru semburat di kaki langit padang Arafah panas berdebu.
Jutaan bibir hamba-Mu bergetar ungkapkan untaian ratap rindu,
rindu rasa, rindu jiwa, hanya pada-Mu jua tempat mengadu.
Sungguh begitu sendu tatkala dada bergemuruh tersedu.

Terbayang kelak saat diri berkumpul di Padang Mahsyar,
Jasad-jasad yang berlimang dosa panjatkan munajat gemetar.
Menjadi ibarat kelak semua menghadap-Mu dibalut kain dua lembar,
dan meninggalkan timbunan emas permata beserta uang bemilyar-milyar.

II
Kekasih...
Di Padang ini, hampir semua hamba-Mu berurai airmata.
Curahkan segenap permohonan ampun atas dalamnya dosa.
Bermohon dengan menyebut asma agung-Mu Yang Maha Kuasa,
dan meminta kemurahan-Mu agar dilepaskan dari sakit dan pedihnya siksa.

Sedang di cakrawala nan biru Jutaan malaikat-Mu menjadi saksi,
Kerinduan jutaan hamba-Mu yang datang  dari berbagai negeri.
Ada yang berkendaraan bagus dan tidak sedikit yang jalan kaki.
Sungguh wujud sebuah kebaktian yang tinggi pada Ilahi Robbi.

III
Sungguh indah, tatkala pangkat tinggi dan kemuliaan duniawi ditanggalkan.
Dua lembar pakaian ihram tak berjahit bagai pasangan kain kafan.
Begitulah kelak di Mahkamah-Mu wajah kami kan dihadapkan.
Menekur bagaikan lunglainya tubuh seorang pesakitan.
Kekasih, hamba tersedan.

IV
Betapa ditengah riuhnya tangis hamba sangat takut,
Layar waktu seakan membuat semua masa lalu tertaut.
Bagaikan tayangan lengkap peristiwa yang berkala dan runtut.
Perjalanan diri sebagai hamba dari baligh sampai maut datang menjemput.

Kekasih...
Sungguh Arafah membekas dalam bagai pancaran pemata,
terukir demikian kuat didalam relung jiwa,
Dan semua menjadi kekuatan indah,
sampai hamba menutup mata.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Rabu, 26 Januari 2011

27-2011. Syair Pendek Jelang Tengah Malam

27-2011. Syair Pendek Jelang Tengah Malam

             Oleh
             Hamdi Akhsan.


I
Kekasih...
Dengarlah ratapan seorang hamba.
Yang tangannya mengigil tuliskan kebesaran-Mu sepenuh cinta,
Yang menangis takut pada azab-Mu karena kesesatan dalam menulis madah,
Sebagaimana peringatan-Mu dalam kitab suci disampaikan sudah.

Dalam sepinya kidung para pencinta-Mu.
Betapa banyak syair puja terhadap keindahan makhluk-Mu,
Segenap curahan hati terhadap keelokan lekuk tubuh dan bahasa berselimut nafsu,
Kekasih,...hamba takut, namun hati ini rindu.

II
Teringat hamba peringatan-Mu tentang para penyair,
yang lantunkan kata indah menawan hati manusia bagaikan sihir,
dengan madah yang mempesona bagaikan tenangnya air yang mengalir.
Dan membuat hati yang dilanda asmara bergetar karena eloknya kalimat diukir.

Tertegun hamba dengan ancaman-Mu terhadap mereka yang pergi ke lembah-lembah,
Berteriak dengan madah indah membuat insan cucurkan airmata,
sedang diri sendiri mencari tepuk tangan dan rasa bangga,
Kekasih hamba ingin tapi harus bagaimana?

III
Betapa indah berteman sepi,
Dalam senyap, desiran angin bertasbih diiringi lembutnya tetesan embun pagi,
dan irama takbir terdengar dalam kicauan burung yang bernyanyi,
Kekasih, inikah wujud kidung-Mu nan suci.
Dan hamba pun sendiri.

Betapa ingin hamba berlari mencari kesejatian diri,
bagaikan Qais yang patah mengenang Laila ditengah gurun-gurun sunyi,
Yang ratapannya jinakkan keganasan singa dengan kebuasan sejati,
dan akhirnya cinta pun membakar dirinya sendiri.
Kekasih, sedihnya hati ini.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

26-2011. Akhirnya Alien lah tersangka utama .

26-2011. Akhirnya Alien lah tersangka utama .

             Oleh
             Hamdi Akhsan

Contoh Alien yang tidak ada ayah ibu sedang berada di negeri Impian

Ternyata kerja keras yang tak kenal lelah dari aparat di negeri impian memberikan temuan yang mengejutkan. Ternyata banyak alien (makhluk asing) yang hilir mudik di negeri ini. Seperti Sony Laksono manusia yang tidak ada ayah ibunya, tidak ada nama dan statusnya di Biro Pusat Statistik (BPS). Itu satu contoh Alien yang ada di Negeri Impian.

I
Ini temuan yang sangat besar,
seluruh rakyat menjadi gempar,
ada alien di sawah lebar,
merusak padi setengah hektar.

Wah...
Itu bukanlah berita hebat,
ada alien yang lebih dahsyat,
ribuan kilo hanya sekelebat,
Jakarta-Bali bisa terlihat.

Ada alien yang aneh-aneh,
tak suka nasi lauk gurameh,
menghirup aspal baginya remeh,
bagi alien berkelas kere.

II
Ada alien yang makan uang,
uang yang banyak ternyata hilang,
tiada yang tahu saat dibilang,
raibnya aneh alang kepalang.

Wadow...bingung juga kita jadinya,
minyakpun hilang entah kemana,
tentu alien memindahkannya,
orang tak tahu hebat ilmunya.

Ada alien yang suka hutan,
paginya rimbun sorenya hilang,
tentulah dibawa alien terbang,
ke planet lain tentu dibuang.

III
Bagi alien berilmu tinggi,
pindahkan segala pakai energi,
dengan sekejap ia beroperasi,
bukitpun hilang tiada lagi.

Alien...alien,
sungguh malang benar nasibmu,
jadi kambing hitam kini wujudmu,
supaya lupa rakyatnya tentu,
di negeri impian dibahas seru.

Itulah teori psikologi,
ada yang baru yang lama basi,
orangpun jadi tak ingat lagi,
supaya aman berbagi-bagi.

Selamat datang alien!haha

Al Faqiir

Hamdi Akhsan.

25-2011. Petisi Kepada Raja Negeri Kera

25-2011. Petisi Kepada Raja Negeri Kera
               
                Oleh
                Hamdi Akhsan

Rakyat kera sedang membaca petisi

I
Aku datang padamu bawa seribu berita.
Tentang keluhan mereka yang menderita.
Tentang Mereka yang hidupnya dinista,
dan tentang mereka yang terlunta-lunta.

Aku datang padamu  mengambarkan aparat yang dusta,
aku  akan sampaikan tentang  protes  rakyatmu berjuta,
aku akan datang padamu  bawa protes hutan yang rata,
dan akupun akan menjumpaimu dengan doa dan airmata.

Aku berharap dihatimu masih ada secuil rasa cinta,
aku berdoa semoga nuranimu tidak dibutakan harta.
Aku berharap pembisikmu jangan dipercaya serta merta,
Supaya diakherat engkau tidak merangkak bagai hewan melata.

II
Baginda....
Kini jalan-jalan dinegeri kami berlubang dan penuh luka.
Tambal sulam yang dibuat tidak bagus dan sesuka-suka.
Sebahagian besar uangnya pergi ke kantong mereka,
sedang ban dan mesin kendaraan kami rengkah-rengkah.

Gedung-gedung yang dibuat sangat mahal hancur oleh gempa,
Irigasi yang dibuat dengan hutang luar negeri tersapu oleh bah.
Peralatan yang dibeli dengan pajak rakyat menumpuk ditempat sampah.
Sedangkan engkau sibuk kesana kemari umbarkan sukses menepuk dada.

III
Tahukah engkau...
Hutan hujan rimbun pemberian Tuhan kini semua telah habis,
tidak ada lagi sarang binatang melata  dan burung  seperti belibis.
Hujan yang datang membuat sungai-sungai  meluap dan bukitpun terbis.
Dan sawah dan ladangpun hancur, sedang yang tersisa pada petani hanyalah tangis.

Itukah balasanmu terhadap trilyunan pajak kendaraan yang kami bayarkan?
Pupuk yang mahal harus  kami beli atas  pupuk alami yang kami tinggalkan?
Sedangkan bagi rakyat pemimpin hendaknya bukan menjadi beban,
tetapi membawa mereka pada kesejahteraan.

IV
Baginda....
Mengapa engkau biarkan para tenaga kera wanita teraniaya,
padahal mereka pergi karena engkau tak becus buat lapangan kerja.
Karena mental yang terbentuk bukan pelayan namun menganggap diri raja.
Milyaran dollar uang yang mereka kirimkan hanya kau anggap remeh dan kecil saja.

Masihkan engkau menganggap dirimu berhasil,
sedangkan penderitaan dan air mata terus mengalir ditengah orang kecil.
Untuk bayar hutang pupuk pun petani harus mencicil,
dan terhadap keberhasilan rakyat berwiraswasta, aparatmu dibawah selalu usil.

V
Baginda....
Mengapa tiada secuilpun rasa takut pada Tuhan bersemayam didada,
Tidak gemetar dengan peringatan tentang lautan api neraka yang menggelora,
tak takut daging dan tulang akan tercerai berai dihantam malaikat dengan gada.
Sungguh engkau telah begitu takabbur dan tergoda.

Baginda....
cepatlah sadar sebelum Tuhan murka,
dan sang maut mencabut nyawa para pendurhaka.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan.

22-2010. SYAIR ULANG TAHUN

22-2010. SYAIR ULANG TAHUN

               Oleh
               Hamdi Akhsan


 

I
Bismillah pertama daku ucapkan,
setelah itu sholawat dan salam,
ketiga ucapan padamu wahai kawan,
yang berkurang usia duabelas bulan.

Hari ini hari istimewa,
bagimu wahai pemilik jiwa,
penuh ceria dan penuh tawa,
bahagia sungguh suasana terbawa.

Dihari ini banyak ucapan,
dari sahabat dan handai taulan,
sebagian memakai perayaan,
dirumah bertabur perhiasan.

II
Tapi sahabat janganlah lupa,
waktu yang pergi takkan dijumpa,
Baik dan buruk Allah tak lupa,
dibalas nanti kecuali tanpa.

Baiknya sungguh engkau merenung,
menghisab diri sambil tercenung,
apakah amal sebesar gunung,
ataukah dosa yan bikin bingung.

niatku sungguh sangatlah tulus,
malaikat Allah sangatlah halus,
mencatat amal tiada putus,
walaupun penuh buku seratus.

III
Sahabat...
sudahkah ibadah menjadi tekun,
pada saudara selalu rukun,
pada yang muda engkau menuntun,
kepada yang tua bersikap santun.

Umurmu akan selalu berkurang,
menua seperti semua orang,
rambut hitam pun menjadi pirang,
seperti usia kami sekarang.

Bertambah waktu jadilah bijak,
pada yang baik diri diajak,
rapikan kata bagai bersajak,
pelihara bumi tempat berpijak.

IV
Kalaulah engkau seorang wanita,
sifat yang halus silah ditata,
dalam berlaku atau berkata,
niscaya dirimu akan dicinta.

Kalaulah engkau seorang ibu,
didiklah anak sabar selalu,
jadikan tempat mereka mengadu,
sedikit masalah atau seribu.

Kalaulah engkau masih sendiri,
bertambah usia sadarlah diri,
agar bermakna umur diberi,
kelak kan siap menjadi istri.

V
Kalaulah engkau seorang lelaki,
bekerja keraslah cari rezeki,
berjuang dengan tangan dan kaki,
gunung tinggipun akan didaki.

Kalaulah engkau seorang ayah,
jadilah tempat anak bermanja,
walaupun dekat tapi wibawa,
contoh teladan harus dibawa.

Demikian pula bila kau bujang,
godaan zaman sudah menghadang,
jagalah hati jagalah pandang,
dapatlah istri akhlak terpandang.

VI
Sahabat...
usiamu sudah kurang setahun,
banyak peritiwa datang beruntun,
ibadah selalu buatlah tekun,
janganlah sampai makin menurun.

Waktu berlalu takkan kembali,
seperti ketika alam azali,
salah yang sudah jangan sesali,
tatap ke depan jauh sekali.

Pandanglah hidup bagai musafir,
dunia hanya tempatmu mampir,
setelah kelana harus berakhir,
amal yang baik sudah diukir.

VII
Sahabat....
Padamu daku titipkan asa,
zamanmu kini bergelimang dosa,
yang benar jadi salah terasa,
yang salah sudah jadi biasa.

Allah yang kuasa telah berfirman,
jadilah kita hamba beriman,
jangan maksiat menjadi tuman,
atau berdosa merasa aman.

Jadilah kita hamba yang sholeh,
bedakan tidak dengan yang boleh,
nikmat maksiat jangan ditoleh,
karena iman akan meleleh.

VIII
Angka umurmu telah bertambah,
sadarlah diri sebagai hamba,
amal yang baik terus ditimba,
agar mendapat surga didamba.

Diakhir syair hamba berpesan,
perbaiki diri sebagai insan,
terhadap keluarga harus serasan,
agar malaikat jadi terkesan.

diakhir syair kumohon maaf,
kalaulah salah ataupun khilaf,
kalaulah lupa atau tersilap,
kepada Allah ampun kuhadap.

Al Faqiir


Hamdi akhsan

24-2011. SYAIR-SYAIR MALAM (25/1/2011)





24-2011. SYAIR-SYAIR MALAM (25/1/2011)

12959740301664727774

Kekasih…
Malam merayap semakin larut,
Seruling malam berkilau indah bagaikan mutiara jabarrut.
Para pencinta telah bersiap bagai kekasih yang datang untuk menjemput,
rindu pada-Mu, dan tak pernah menggigil takut tatkala datang sang malaikat maut.

Terkadang hamba menangis pilu,
mengingat iman yang demikian lemah bagai pelita buram di malam dalu,
atau bagai getaran angin yang bergesek di rimbunnya daun bambu,
kekasih, hamba takut! tetapi hamba rindu.

II
Ingin kupergi ke puncak gunung-gunung sunyi,
atau berlari ditengah gurun untuk mencari kesucian diri,
ataupun pergi arungi ganasnya samudera yang tiada betepi,
Namun, yang ada hanya tangis beriring sepi,
kekasih, kemana hamba harus berlari?

Kini tiada tempat di bumi yang indah untuk para pencinta,
gelegar teknologi telah mengharubirukan generasi pengganti di semua wilayah.
Tiada lagi tangis malam tersedu dari seorang hamba,
Kekasih, hamba pasrah.

III
Kemana lagi hamba harus berlari bagaikan Qais mencari Laila,
apakah ke padang-padang sunyi yang tiada mampu dijangkau kotornya tangan manusia?
Ataukah Engkau ada ditengah keramaian tempat manusia tertawa gembira ria?
Kekasih,…kemana hidup ini akan kubawa.

Di perjalanan malam lewati gurun pasir nan gelap,
menetes airmata rinduku sambil jiwa lantunkan harap,
agar kiranya di akherat kelak Engkau kan sudi menatap,
dengan segenap kasih dan sayang-Mu yang penuh rahmat,

IV
Kekasih…
Mata rabunku mulai lelehkan kerinduan yang makin redup,
dimakan kejamnya dunia demi sebuah tuntutan hidup,
Berilah hamba kekuatan untuk tetap menghirup,
Kasih-Mu yang segalanya terlingkup.
Kekasih…tanpa-Mu hamba tak sanggup.

Inderalaya, 25/1/2011)
Al Faqiir
Hamdi Akhsan

Selasa, 25 Januari 2011

22-2011. Peradaban Yang Sekarat.

22-2011. Peradaban Yang Sekarat.

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Kini tulang-tulangku mulai renta dimakan kejamnya waktu,
sedang masa telah pergi bersama rindunya para pencinta,
bak segelas anggur merah direguk para  pemabuk malam,
Hangat tatkala  datang dan tiada di pandang ketika pergi.
Sedang yang  tertinggal  hanya piala hampa yang kosong.

Betapa kosongnya ruhani peradaban yang berpusat materi  telah sekarat.
Tangisan bayi yang lahir ke bumi tidak lagi dipandang sebagai rahmat,
tapi beban ekonomi  yang dihitung  dengan  begitu  cermat.
Seolah ia hanya mekanisme biologi tanpa kaitan akherat.
Seolah di mata insan, Engkau pun tidak dilihat.

II
Kekasih...
Dalam keangkuhan peradaban yang miskin ruhani.
Kepala manusia tegak seolah semuanya datang sendiri,
setiap sel tubuh,setiap detak jantung, bukan pemberian Ilahi,
tapi merupakan mekanisme rumit yang telah demikian terorganisasi.

Ayat-ayat-Mu yang berisi larangan dan perintah kini semakin tak diindahkan.
Bahkan menjadi komoditas yang demikian mudah diperjual belikan.
Menyampaikan kebenaran harus dicampur dagelan,demi iklan.
Dan mereka yang bersungguh-sungguh terpinggirkan.

III
Adakah cinta...
Cinta hanyalah perwujudan nafsu yang dibungkus malu-malu atas nama kebebasan.
Cinta yang bagai kera di tengah hutan demikian bebas memilih dan ganti pasangan.
Cinta yang dimasa tua akan lahirkan segenap kesedihan,kepedihan dan penderitaan.
Cinta yang telah membuat manusia  bertransaksi demi kenkmatan dan kesenangan.

Kekasih...
Bara api cinta para pencinta-Mu telah menjadi barang aneh.
Kekuatan ruhaniah yang Engkau beri sudah banyak dipadang remeh.
Pria yang menjadi idola bukan lagi mereka yang memancarkan cahaya sholeh,
Tetapi mereka yang membawa tumpukan harta dan membebaskan wanita serba boleh.

IV
Kini...
Indahnya kidung dimalam sunyi berganti dengan gelegar musik yang membuai,
lembutnya sajadah berganti dengan lembutnya tangan yang membelai.
Membuat hidup manusia semakin larut dan lalai,

Dalam tatapan tajam sang maut yang selalu mengintai dimalam hari,
sebahagian pencinta meratap sesali pelanggaran perintah suci.
Sebahagian tetap terpesona indahnya buaian duniawi,
sampai kelak tiada waktu tuk tunda lagi,
barulah semua kan disesali.

Inderalaya,25/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

59-2010.SYAIR "TENTANG FESBUKER"

59-2010.SYAIR "TENTANG FESBUKER"

     Oleh
     Hamdi Akhsan.


Pengantar.
Syair ini berkarakter satir jenaka yang mencoba mengungkap segala tingkah laku para fesbuker, mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan.

I
Inilah  syair  tentang  fesbuk,
dizaman tatkala  semua  sibuk,
akibat chatting kerja menumpuk,
kurang tidur badanpun ambruk.

Fesbuk punya banyak fungsi,
ada yang iseng dan diseriusi,
ada yang bikin karena gengsi,
ada pula yang untuk basa-basi.

Ramailah orang sibuk berchatting,
bahasa dipakai seperti akting,
ada fotonya bak orang sinting,
ada pula berlagak orang penting.

II
Di fesbuk ada orang berdagang,
jual pakaian jual selendang,
ada pula yang jual rendang,
dan ada juga jual bibit udang.

Lain lagi gaya penasehat,
selalu bicara baik dan jahat,
apapun ditulis penuh semangat,
walaupun tiada yang mau lihat.

Banyak pula foto yang narcis,
dishadow foto biar kelimis,
yang mulus bisa diberi kumis,
yang jelek bisa terlihat manis.

III
Yang narsis juga tidak sedikit,
mata melotot bibir njelemit,
rasanya waduh amit-amit,
merasa cantik...padahal kayak dedemit.

Ada pula foto yang nipu,
wajah yang keriput mulus disapu,
orang lain yang dipasang tentu,
ketika ketemu aslinya...mirip hantu.

Bermacam pula ungkapan kata,
supaya diberi komentar kita,
atau sampaikan warta berita,
ataupun buat statusnya dusta.

IV
Kadang ada yang aneh-aneh,
bertengkar karena masalah remeh,
atau karena sifat yang dumeh,(sombong=jawa)
atau memang ia nyeleneh.

Ada orang yang jual diri,
walau sembunyi banyak dicari,
tak tahu benar tidaknya foto diberi,
yang jelas...cantik bagai bidadari.

Termasuk juga para penipu,
didesak bertemu tidak mengaku,
jawabnya juga berliku-liku,
syukurlah...untung tak kena aku.

V
Tidak semua fesbuker jahat,
sebagian besar jiwanya sehat,
dibuat tempat salurkan bakat,
ataupun sarana untuk curhat.

Info yang baru cepat tersebar,
bagaikan padang ilalang terbakar,
atau berlanjut telepon ditukar,
jadilah bunga asmara mekar.

Bisa pula banyak belajar,
kepada ulama dan para pakar,
atau info berharga ditukar,
atau sekedar tempat kelakar.

VI
Benarlah kata orang pintar,
tergantung cara salah dan benar,
dipakai benar tidaklah sukar,
untuk yang jahat juga banyak pakar.

Dunia fesbuk bermata dua,
bisa rugi bisa berharga,
tergantung kepada cara pengguna,
untuk apakah ia karena.

Kalau dipakai untuk menipu,
kelak akan terkena batu,
menyesal ia sudahlah tentu,
jadi...sahabat!jangan bagitu.

VII
Di fesbuk banyak yang dapat jodoh,
orang yang lemah jadi tak bodoh,
bisa dekat pula dengan tokoh,
atau dibuat marketing toko.

Yang pasti harus kuat kendali,
supaya kerja tidakkan lali,
atau kerjanya sibuk membeli,
dipanggil azan pun sampai tuli.

Bermain juga tidak dilarang,
asalkan waktu jangan sembarang,
bermain poker sampai hari terang,
aduuuuhhh....bikin istri jadi berang.

VIII
Banyak pula yang bikin heran,
setiap statusnya selalu kasmaran,
kepada teman mintakan saran,
berhubungan dengan ilmu pacaran.

Bahaya lagi ngakunya lajang,
rupanya suami atau istri orang,
kalau suaminya orang pemberang,
awas lho...bisa terjadi perang.

terkadang kita menarik nafas,
melihat gambar yang tidak pantas,
padahal info profilnya sudah akas-akas (kakek=komering)
sayang juga,tuanya umur tak membekas.

IX
Pagi-pagi bukan sarapan,
tapi komputer sudah didepan,
klik sana-sini membuka laman,
mana tahu sesuai harapan.


Ketika beranda mulai dibaca,
belum apa-apa terlihat cerca,
tak yang kena mungkin si Icha,
atau ada masalah dengan tukang beca.

Selamat pagi juga beruntun,
sayang selamat dan pagi tak punya akun,
karena mereka tinggal di kebun,
hidup bertani dengan tekun.

X
Kadang fesbuk dibuka jam tiga,
ternyata masih banyak yang jaga,
tak tahu entah alasan apa,
biasanya poker jadi biangnya.

Fesbuker aktif banyak yang kurus,
akibat begadang tak terurus,
masuk angin sering murus-murus,
Nah,..menggerutu istri yang ngurus.

Jadikan fesbuk untuk hiburan,
ataupun tempat karya lemparkan,
atau masalah di diskusikan,
juga jadi tempat meminta saran.

XI
Kadang terdengar umpatan dongkol,
merasa ditipu oleh sekongkol,
foto bahenol ternyata bongkol,
semua berawal dari tanda jempol.

Wadoow...mengapa semua jadi begini,
dikupas semua itu dan ini,
membuat marah rina dan rini,
mendongkol pula aki dan nini.

Terkadang kaget melihat foto,
Ada wanita memakai tato,
atau yang ngangap sedang makan soto,
wahhhhhh, kok getoooooo.

XII
Niat yang baik harus ditempuh,
janganlah pula jadi selingkuh,
atau lemparkan rayuan ampuh,
sampai fesbuker lain bersimpuh.

Berhati-hati pulalah kita,
teman yang banyak bukanlah nyata,
supaya jangan tertipu mata,
silaturahmi kampung tetap ditata.

Jangan pula marah sendiri,
status tak ada yang komentari,
buatlah ciri khasnya sendiri,
supaya halamannya  diminati.

XIII
Bersyukur bagi yang tepat guna,
menambah ilmu serta temannya,
menjadi luas pergaulannya,
dikenal orang jadi karyanya.

Janganlah diri merasa seorang,
status kita dibuka orang,
foto dilihat dinilai orang,
cuma mengingatkan...itu bisa jadi bumerang.

Kata-katapun harus dijaga,
tak hati-hati bisa berlaga,
atau menjadi catatan berharga,
diadukan ke polisi berabe juga.

XIV
dijaga pula sopan dan santun,
kalimat baik silah dilantun,
supaya teman datang beruntun,
karena tulisan jadi penuntun.

Marilah kawan mari saudara,
jadikan hidup kita berguna,
fesbuk dipakai jadi sarana,
dapat pahala kita karena.

teman yang baik kan didatangi,
ucapan dikirim kan diminati,
menjadi penyejuk panasnya hati,
amarah dan sedih jadi berhenti.

XV
PENUTUP
Syairku ini masih panjang,
tetapi kantuk bulu tak pandang,
kerjapun banyak bergudang-gudang,
tak sudah nanti bos pun meradang.

Syair fesbukku sampai disini,
moga menghibur sepanjang hari,
tersenyum pula sinta dan siti,
senangpulalah nini dan aki.

diakhir syair kumohon maaf,
kalaulah ada salah dan khilaf,
walau bahasanya kurang mantap,
tapi jadilah sebagai penyedap.


Fesbuker


Hamdi akhsan.

Senin, 24 Januari 2011

57-2010. SYAIR HARAPAN DAN KERINDUAN SEORANG ANAK MISKIN (antologi Syair akhir zaman)

57-2010. SYAIR  HARAPAN DAN KERINDUAN SEORANG ANAK MISKIN 
               (antologi Syair akhir zaman)

Kapan Ayah Pulang?

                Oleh
                Hamdi Akhsan.

I
Seorang anak di gubuk bertanya pada ibunya...
Bunda, mengapa kita tinggal di gubuk ini?tidak seperti temanku tinggal dirumah bagus disana?
Dengan sedih ibunya menjawab. "Anakku...kita dimuliakan Allah lebih dahulu masuk surga dengan jarak sampai 500 tahun perjalanan dari mereka.
Kita juga sedang dibimbingnya untuk tidak berlebih pakaian berserak dimana-mana,
dan kita juga diberinya kesempatan untuk tidak memubazirkan nasi dan lauk pauknya.

Tapi bunda sergah sang anak!
Sabar anakku...
surga itu didapat dengan bersyukur bagi yang berpunya,
surga didapat dengan berjuangan untuk  bersabar bagi kita yang teraniaya.

II
Bundanya bertutur,
anakku sayang....
Dengarlah do'a Rasul tercinta :Ya Allah, hidupkanlah hamba sebagai orang miskin, mencintai dan dicintai orang miskin.
Menjelang wafatnya beliau gelisah, karena masih menyimpan uang beberapa keping,
sungguh...anakku, Rasul kita adalah penghulu orang miskin.
Si anak terdiam...Ia tidak mengerti, dan tetap akan tidak mengerti sebelum usia mendewasakan diri.

III
Sang Bunda terus bertutur tanpa tahu sang anak telah tertidur...
Anakku...
Hidup didunia bagai musafir,
sejauh jalan akan berakhir.
bunda berharap amal kau ukir,
agar selamat di Yaumil Akhir.

Betapa sulit tatkala pulang,
ketika maut mulai menjelang,
sakitnya bukan alang kepalang,
bagai digergaji sambungan tulang.

Terhadap harta ditanya dua,
cara didapat digunakannya,
kalau tak sesuai dengan aturan-Nya,
alamat sengsara karena siksa-Nya.

Anakku...sabarlah.

IV
Ibundanya masih bicara...
Kelak bukalah sejarah lama,
bertabur banyak sahabat utama,
Abu Zar adalah orang pertama,
jalani zuhud sebagai ulama.

Kalaulah kaya tidaklah salah,
asalkan jangan jadi masalah,
supaya nikmat didapat malah,
bukannya siksa ataupun bala.

Agama ini bukan mainan,
bukan pula tuk perdebatan,
akhlak yang baik di perkataan,
sebagai cermin didalam badan.

Akhirnya...bundanya sadar kalau anaknya telah tertidur,
ia lantunkan lirih sebuah doa :

V
Ya Allah,
Dihadapanku kini terbujur lelap anakku,
Hamba mohon pada-Mu dengan segenap keagungan-Mu,
Bila berharta akan mendekatkannya pada-Mu,
limpahilah anakku dengan kekayaan dan kejayaan dari sisi-MU,
Namun apabila tidak, jangan hinakan dia harus menjadi peminta-minta kepada makhluk-Mu,
Kuatkan anakku dalam ketiadaan, rendahkan hatinya dalam kekayaan sehingga ia tetap takut pada-Mu,
Ya Allah...ampunilah anakku. Amien!

VI
Keesokan harinya sang anak tadahkan tangan,
terdengar lirih ia berguman,
Tuhan...kapan ayah pulang bawa mainan,
dan sapu mendung diwajah bunda yang bagai mentari tertutup awan.

Tuhan...Betapa kuingin seperti yang lain,
dibimbing ayah pergi bermain,
dipasangkan ikatan kain,
tapi mengapa?hanya di batin.


Al Faqir


Hamdi Akhsan
*NB : Ini sebuah syair komptempolasi, bukan narasi peristiwa atau opini.

60-2010. SYAIR UNTUK PUTRAKU TERCINTA II

60-2010. SYAIR UNTUK PUTRAKU TERCINTA II

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Syair bermula dengan Bismillah,
Hadapkan jiwa kepada Allah,
pencipta ayah dari semula,
sampai kelak ditiup sangkakala.

Syairku ini ungkapan hati,
untuk anakku pria sejati,
masa yang panjang akan kau titi,
sampai kelak berjumpa mati.

Ayah bermadah pada ananda,
selagi nafas masih di dada,
berharap saat berakhir sudah,
disisi ayah engkau berada.

II
Engkau adalah putra bungsuku,
dirumah tinggal engkaulah satu,
jadi cahaya penyedap mataku,
menghibur jiwa sepanjang waktu.

Jiwamu lembut bagaikan sutra,
kena sedikit sudah terluka,
bicara keras ayah tak bisa,
halus dirimu sangat perasa.

anakku...
Didalam kurang tersimpan lebih,
jiwa yang lembut sangat pengasih,
tak bisa biarkan orangtua letih,
apalah lagi sampai merintih.

III
Anakku...
Usiamu sudah sebelas tahun,
sudahlah wajib syarat dan rukun,
halal dan haram harus kau himpun,
tingkah dan laku mulailah santun.

Kadang kulihat engkau tersedan,
tak tahu ayah sebab gerangan,
untuk bertanya ayahpun segan,
takut matamu semakin hujan.

Kulihat engkau disaat tidur,
kakimu sudah panjang membujur,
tapi terkadang masih ngelindur,
ungkapan hati yang engkau kubur.

IV
Anakku...
Padamu ayah sangat berharap,
jagalah iman supaya mantap,
selalu sopan dalam bersikap,
bersunnah kala sedang bersantap.

Mulai belajar dengan disiplin,
banyak berdoa ibadah rajin,
kurangi main kalaulah mungkin,
Insya Allah sukses ayah yakin.

Kalaulah ingin bermain bola,
janganlah langsung habis sekolah,
pakaian kotor membuat cela,
susah dicuci robek terbelah.

V
Hafalan Quran engkau aktifkan,
doa yang ma'tsur engkau hafalkan,
nasehat umi engkau indahkan,
Niscaya malaikat akan sayangkan.

Belajar mulai hidup prihatin,
banyak temanmu yang sangat miskin,
hampir tak pernah pergi ke kantin,
bajupun kadang tambalan kain.

Kalau hatimu selalu kau jaga,
nasehat ayah resapkan juga,
ibadah keras jiwa dan raga,
niscaya kelak kan masuk surga.

VI
Anakku...
Malampun kian bertambah larut,
dinginnya tulang rasa mengkerut.
ananda sudah dibawah selimut,
kerjaan ayah masih carut marut.

Inilah cinta seorang ayah,
perduli badan letih dan payah,
semua telah rapuh dimakan usia,
dipaksa keadaan apalah daya.

Bukannya ayah sedang mengeluh,
sendi-sendipun rasa kan luluh,
baju dibadan keringnya peluh,
semoga anakku selalu patuh.

VII
Kalaulah kelak usiaku panjang,
lepaskan engkau dimasa bujang,
tetapi maut tiada diundang,
setiap saat pasti kan datang.

Kalaulah ayah pergi dahulu,
doakan ayah dimalam dalu,
doamu ayah harapkan sellu,
diampuni ayah mogalah tentu.

Anakku sayang permata jiwa,
usikau kini berajak tua,
mata pun makin rabunlah sudah,
bekerja berat badanpun lelah.

VIII
Disaat sunyi ayah munajat,
diberi engkau mulia derajat,
dikabul Allah yang engkau hajat,
dilindunginya sepanjang hayat.

Tatkala coba datang melanda,
ingatlah ayah wahai ananda,
kenanglah saat bersama indah,
tegarkan iman didalam dada.

Syair ayah sampai disini,
nanti kan ayah lanjutkan lagi,
berharap ayah pada Ilahi,
Selamat engkau sampai ke mati.


Inderalaya, 26 November 2010 (pukul 22.00)
Ayah


Hamdi Akhsan

NB : Nanti ayah sambung lagi ya,sedang masih lembur di kampus sedang numpuk kerjaan

55-2010. KEPADA SANG GURU AGUNG

55-2010. KEPADA SANG GURU AGUNG

               Oleh
               Hamdi Akhsan



I
Malam ini,
Aku tersentak dari kenikmatan tidur panjang sebuah peradaban yang rapuh,
Membuka mata tentang cahaya surya yang semakin redup ditutupi polusi keserakahan,
Tak lagi tercium harumnya bunga di taman firdausi yang memacarkan ke segenap penjuru bumi,
Sungguh, peradaban telah sekarat menjelang kematian.

Tiada lagi cinta yang mengharubirukan para sufi pengembara pencari Tuhan,
atau Diwan sang Maulana yang bersenandung lirih menembus sekat nafsu angkara.
Guru, dunia telah dikutuk bagaikan segelas anggur yang bermetamorfosa menjadi  arak yang memabukkan.
Semua telah berubah dalam bentuk penyembahan berhala angka-angka dan lembaran huruf tak bermakna.

Dalam keringnya ruhani manusia modern, pencarian cinta menjadi sebuah pilihan.
Bagaikan tabahnya Ibrahim berjalan di tengah teriknya gurun Arabia untuk sebuah kepatuhan,
atau tersesatnya Musa selama empat puluh tahun di gurun sinai,
dan sujudnya Daud dengan kidung Zabur-nya yang menghentikan kicauan burung di bumi.

II
Kini, sungai darah sebagai wujud kehinaan firaun telah mengalir di berbagai belahan dunia para khalifah-Mu,
Negeri-negeri yang dulu memancarkan sinar peradaban tempat para guru agung lahir berubah jadi ladang pembantaian.
Konya tempat Maulana Agung Rumi menjadi bahagian dari Kemalisme yang menghancurkan khilafah terakhir,
Baghdad (pusat dunia) tempat sang Wali Qutub Seikh Abdul Qadir Jailani pancarkan cahaya Ruhani kini porak poranda,
Pakistan (tanah murni) pun telah dijadikan sarang pemburuan dan pembantaian para pencinta Ilahi,

III
Betapa kurindukan suasana tatkala cahaya mata Syamsyuddin at-Tabriz membakar lantai pasir Madrasah Rumi  dan menghanguskan buku-buku yang ada.
Agar daku tak butuh buku  untuk menyingkap indahnya rahasia ilham dan kasyaf yang tak akan terang oleh kaca paham peradaban kini.”
Yang menjadikan guru Rumi  lemparkan semua kemegahan dan kesenangan duniawi, mengundurkan diri ke kehidupan menyendiri dalam ketaatan kepada guru spiritualnya.
Tapi takkan ada lagi kesetaraan persahabatan antara Musa dan Khaidir setelah itu.
Karena para Wali- telah dikasyafkan dalam pandangan mata manusia modern.

Ujar-ujar agung yang syarat makna Aqliah dan ruhiyah telah berubah hanya dalam hafalan dan analisa,
Jutaan guru  bermunculan karena harapan sesuap nasi, bukan karena idealisme yang bertumpu pada tujuan surgawi,
cahaya wajahnya sangat bergantung pada angka-angka kalender yang berhubungan dengan lembaran kertas berharga,
Idealisme?telah tercampak ke dalam tong sampah bagaikan bangkai anjing yang dipandang menjijikkan.

Guru....
Masih adakah cinta dan kepatuhan yang akan memberikan buah keberkahan yang manis,
manakala sang murid tahu bahwa sang guru tidak bekerja untuk membentuk akal dan ruhani,
hanya...keterpaksaan demi sesuap nasi dan sejuknya tempat istirahat dari keletihan umur.

IV
Dalam rentanya peradaban materi, ada jiwa-jiwa yang memiliki cita-cita agung,
walaupun mereka bak sebutir pasir di tengah gurun luas.
Wahai diri, sudahkah engkau pecahkan tembok keangkuhan jati diri demi sebuah cahaya hikmah,
ataukah telah salah menganggap dirimu sebagai putra rajawali penakluk angkasa?padahal hanya seekor puyuh yang bersarang ditanah,
atau...sesungguhnya engkau hanya seekor kambing yang mencoba mengaum menirukan singa perkasa?

Kalaulah engkau memang sang putra rajawali,
Engkau pasti bisa menangkap isyarat-isyarat akan datangnya badai dan bencana yang melanda bumi.
Sambaran petir, Tsunami, gunung meletus, banjir, dan tentara Tuhan lainnya yang telah dikirim ke bumi.
Tapi sayang semua sudah tiada bermakna untuk sebuah kesadaran diri?

V
Guru...
Sekarang kidung-kidung sucimu terpendam jauh dipelosok dan desa-desa terpencil dimana kebenaran masih dihormati,
Surau-surau, zahwah, seruling bambu guru rumi berubah menjadi nyanyian cinta asmara sengau yang digilai bagai gilanya Majnun pada Laila.
Ratib Sang sheik Abdul Qadir jarang terdengar di tempat-tempat yang dipenuhi wajah-wajah yang bercahaya,
dan harapan Maulana Iqbal hanya menjadi seonggok kertas yang tersimpan dibagian arsip perpustakaan.

Adapun daku muridmu?
terpapar dalam kesunyian dan kesendirian mencari jati diri yang mendekati senja kematian,
ingin kupergi bagaikan Yunus yang putus asa?tapi aku takut awan merah akan membakarku dalam murka-Nya,
Atau lari seperti ashabul kahfi, namun aku takut akan tertidur selamanya dalam ketiadaan Ridho-Nya.
karena daku tak seperti yunus dalam menyuarakan kidung Ilahi dan tiada terancam bak ashabul kahfi.

VI
Guru, dalam sunyinya malam dan sepinya para pencinta kidung sucimu,
Ada secercah cahaya yang meresap dalam ke relung jiwa, memberi isyarat tentang senja sebuah peradaban berhala,
aku berharap tatkala Mahdi terakhir tiba,
semua pencinta Ilahi akan bersatu menegakkan panji-panji kebenaran,
seperti di masa dahulu, tatkala api cinta membakar dunia selama tujuh ratus tahun.

Di hari ini, Milyaran manusia bumi berharap.
Akan muncul pemimpin agung seperti Raja Sulaiman sang Penakluk Jin dan energi ciptaan Ilahi,
Pengendali badai, angin, dan awan yang rendahkan hati dengan menghormati nasehat seekor semut,
atau bagaikan seorang Khalifah Umar Sang Penakluk Rumawi dan Persia yang sanggup memikul karung gandum demi sebuah amanah,
Atau seperti Panglima saladin sang penakluk Raja Richard yang hanya wariskan sebuah kendi untuk anak keturunannya.
Bukan pemimpin yang muncul dengan berbagai tipu daya dan janji-janji yang meninibobokkan,
atau yang berlindung dibalik kepalsuan.

VII
Guru...
Kini para pencinta Ilahi dihinakan dan dikejar-kejar seperti kelinci yang harus bersembunyi di berbagai lubang,
Sedangkan para Srigala bersatu padu di berbagai penjuru membantai mereka satu demi satu,
di berbagai penjuru, sesama kelinci asyik bercengkrama menikmati hijaunya rumput segar,
sungguh sebuah ironi dalam persaudaraan sejati.

Guru...
Kapan kidung kita akan kembali dinyanyikan para pencinta diseluruh penjuru bumi,
ratib-ratib puja pada Sang Pencipta memenuhi sudut-sudut malam,
dan cahaya keberkahan kembali tercurah bagai hujan,
suburkan bumi, menuai keberkahan,
sampai tibanya hari pembalasan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan.
54-2010. SYAIR CINTA SANG PENGEMBARA IV(EPILOG)
               (Bagian Terakhir dari Tetralogi)

               Oleh
               HAMDI AKHSAN


PENGANTAR
Ini adalah bahagian terakhir dari proses perjalanan rohani sang murid. Dalam beratnya tantangan peradaban, ia masih hidup dalam sebuah harapan bahwa akan lahir para pencinta di akhir zaman ini.

I
Guru....
Dalam hiruk pikuknya peradaban yang menini bobokkan ruhani manusia,
Masih ada bibir-bibir pencinta yang bergetar membisikkan rindu ditengah gelapnya malam,
bagai ratapan Maulana Rumi merindukan Samsuddin Tabriz yang menghilang bagaikan bayangan dari konya,
bibir-bibir yang merintih sampaikan pinta bak  ibunda Musa tatkala hanyutkan putra tercinta ke tengah ganasnya  sungai Nil.

II
dan Kini di Ghaza ada Ayyub-Ayyub kecil yang sanggup lafazkan kidung Ilahi dalam kepungan musuh Allah.
yang tatkala siang menjelang, mereka dilatih jadi thalut-thalut kecil melemparkan batu ke tank-tank laknatullah zionis.
Nyanyian puja guru Rumi berganti menjadi pekikan takbir para mujahidin kecil di tanah Palestina,
Seruling bambu sang Maulana Agung berubah menjadi kumandang jihad yang menggetarkan jiwa para musuh,
Zikir Sang Wali quthub Seikh Abdul Qadir Jailani memberi inspirasi perjuangan para putra Bagdad melawan para penjajah,
sungguh,sebuah transformasi cinta yang didalamnya mengalir sungai darah para syuhada.
Dalam alunan takbir, terbayang sambutan tujuhpuluh bidadari di Jannatul Ma'wa.

III
Guru...
Dalam dinamika yang membawa gravitasi  peradaban demikian kuat berpusar pada materi,
ada jiwa-jiwa yang haus untuk menjadi musafir pencari kebenaran, namun tiada guru yang menunjuki.
Mereka bagai anak elang yang tersesat ditengah belantara kehidupan, hingga pekikannyapun lemah bak kicauan burung pipit,
dam ketika kuceritakan tentang cahaya ruhani zamanmu yang mampu memadamkan api abadi zoroaster di Persia,
mereka hanya termangu...,
Betapa sedihnya aku, zamanku telah mengamputasi kemuliaan masa lalu tanpa mereka menyadarinya.

IV
Ingin kukatakan pada mereka, untuk menjadi pengemban misi cinta Ilahi engkau harus memiliki seperangkat ciri.
Ciri Sang Rajawali Raja Angkasa yang tak terlena dengan kejelai tanah yang berhamburan yang menjadi jatah burung pipit,
atau menginginkan pekerjaan tikus pengerat yang tak peduli pada pemiliknya demi sebuah kerakusan,
tidak, engkau adalah pengembang amanah sejati dari sang pembawa misi Agung Muhammad,
ditanganmmu...segala kemuliaan menanti sebagai penguasa jagat.

Mata mereka terperangah guru!
Kulihat sosok-sosok ayam yang coba mengangkat harga dirinya dengan memakai mantel musang,
dan sang musang tersenyum melihat hancurnya sebuah harga diri para pencinta,
Kidung suci Sang Syekh telah menjadi asing ditelinga mereka berganti dengan bunyi guitar dan piano yang tiada makna,
kecuali hanya kepuasan sesaat,kemudian hampa.

V
Kebangkitan yang diserukan Sir Muhammad Iqbal juga tinggal slogan,
bahkan guru!di hari ini hampir tidak ada generasi pelanjut yang mengenalmu,apalagi untuk mengemban misi sucimu!
yang terdengar adalah dendangan kecapi suling yang mendayu-dayu bagaikan sang penyair meratapi tepian runtuh,
bukan pekikan rajawali yang menggentarkan musuh disegenap penjuru bumi.

Guru...
Dalam keterpencilan yang meluluhlantakkan,
Kadang muncul seberkas cahaya para pencinta yang berkelap-kelip ditengah terangnya peradaban berhala,
walau sedikit,cukuplah.
Sebagaimana dulu pribadi Agung Rasulullah memulai dengan sedikit manusia untuk membersihkan kotoran bumi,
Aku juga akan terus mencari murid-murid yang siap susuri langkah para pejuang agung di masa silam,
sebuah harapan yang banyak ditertawakan orang,
bagaikan tertawanya Sang Elang melihat burung pipit yang mencoba melengking menirukan suara Rajawali,
bagaikan tertawanya Jalut ketika melihat Thalut yang kecil dengan tabah menyerang tentara Jalut dengan sebuah ketapel,

VI
Biarlah guru...
Bukankah seperti katamu, bahwa batu granit pun akan hancur tatkala ditetesi air mengalir sepanjang waktu,
asal...ia terus mengalir dan mengalir,
sampai sang Pemilik datang memanggil.


Murid
Hamdi Akhsan

53-2010. SYAIR CINTA SANG PENGEMBARA III

53-2010. SYAIR CINTA SANG PENGEMBARA III

Oleh
Hamdi Akhsan


PENGANTAR
Bagian ketiga dari tetralogi  ini berisi perjalanan, kepedihan sang guru pengganti, peradaban kekinian yang membelenggu, serta harapan ketika maut menjemput. Moga kelak lahir seorang murid baru yang bersedia untuk menjalani proses transformasi menjadi sang guru generasi selanjutnya. Amien!

I
Dihari ini, mata rabunku tak mampu lagi menatap tajam ke langit ditengah teriknya mentari.
Atau menikmati kerlipan  bintang-bintang di jagat raya nan luas yang melahirkan cucuran air mata atas kekerdilan diri.
Jasad telah tersandera oleh mutiara-mutiara kecil yang memaksaku untuk tak lagi mampu teguh bagai Ibrahim mengorbankan Ismail yang masih suci.
atau...mengembara dengan hanya membawa pakaian ditubuh dengan dihantarkan tenaga sesuap nasi susuri langkah demi langkah dalam kehinaan  manusiawi.
Sungguh,mutiara dalam jiwa ini mulai redup dimakan ganasnya kehidupan, bak runtuhnya baghdad ditengah lautan darah yang diratapi.

Wahai guru,andai kau masih ada,
daku takkan gentar untuk hidup dalam gelapnya kubur yang membuat pisang yang keras menjadi lembut dalam hitungan waktu yang singkat,
atau merasa ngeri dengan moncong cacing-cacing tanah yang siap menanti daging segar yang akan ditimpa nisan dan batu-batu berat,
Dengan doamu akan kutaklukkan kehidupan bagaikan si kecil Talut melontarkan batu-batu padas menghantam raksasa jalut setiap saat.
Tapi...yang ada hanya sosok wajahmu yang memacarkan cahaya ketegaran,kukuh bagaikan pantai karang yang ribuan tahun dihantam ombak samudera yang menderu demikian kuat.
guru...anakmu rindu.

Kini peradaban telah berubah bagaikan mentari yang terbit di barat,
tak ada lagi suluh yang disulut para pencinta yang datang ke surau untuk kumandangkan nyanyian indah tentang taqdir dan qudrat,
Juga tiada suara nyaring dimalam dingin menembus kegelapan berlomba dengan nyanyian zikir jangkrik yang bertasbih dengan suara yang membangkitkan kidung para malaikat,
guru...kini zaman telah sekarat.

II
Kalaupun daku menangis, semua tiada guna.
Tiada guna airmata darah Qabil menetes menyesali pembunuhan Habil karena memperebutkan Iqlima atas nama cinta.
Daun-daun segar karena tetesan embun telah menghitam karena tetesan polusi keserakahan manusia,
kini suraumu telah sepi,dindingnya telah rebah. Hancur bersama hilangnya mutiara kita.
Dan aku telah gagal dan patah.

Dalam pencarian sejati,tak kutemukan murid yang mampu menangkap rahasia perkataan dan kias,
Mereka adalah anak zaman yang di kurunnya materi merupakan sumber tertinggi alat pemuas,
Ruhaninya kering,tak mampu bertahan terhadap gelombang cobaan angin seperti sehelai kapas,
dan...mutiara ruhani kita satu persatu telah lepas.

Mutiara kita telah  pergi bersama perginya kerlip bintang gurun pasir yang berganti dengan terangnya listrik ribuan watt,
Ia menghilang bersama tangisan masa lalu padang arafah yang telah tertutup tanaman hijau di seluruh tempat,
mutiara kita ...telah pergi dari kaki-kaki kecil yang dulu berjalan dibawah panasnya terik mentari dan buramnya sinar rembulan malam yang lewat,
guru...kini mutiara kita telah berkarat.

III
Tentara Ilahi  berupa Tsunami, ledakan gunung, angin dan badai telah dimaknai sebagai kekuatan Alam,
bukan kekuatan Sang Pencipta Alam yang sanggup membuat seluruh jagat tenggelam.
Guru...andai engkau masih ada, engkaupun akan menangis tatkala cinta yang dianugrahkan berubah makna menjadi "bercinta" yang dianjurkan.
Seperti katamu dulu ; setelah aku tiada,manusia tinggal sedikit, yang ada hanya keledai-keledai,kuda-kuda yang meringkik birahi ditengah padang kehidupan,
Bagaikan kerbau yang bekerja memeras tenaga membajak sawah dan pulang ke kandang memakan rumput-rumput hijau untuk menggemukkan tubuh dan memenuhi hasrat birahi yang dipertuhankan.

Atas nama zaman,para pencinta telah bergelimang harta dan kesohoran diri,
begitu mudahnya gravitasi syahwat membawa manusia turun menjadi pencinta seonggok daging, bagaikan mudahnya kaum musa di bujuk Samiri,

dan guru...hewan-hewan pencinta Ilahi yang dulu sering kita dengar zikirnya di pagi dan malam, kinipun telah menghilang, tak sanggup mereka bersama manusia.
Bahkan konon Iblis pun hampir menyerah.

IV
Guru...
Masaku pun telah mulai senja, sedang para pencinta telah pergi,
Mutiara makrifatmu kini telah terkapar dalam buku-buku murah kaki lima menjadi pembungkus kacang dan terasi ,
Bagaikan tongkat Musa yang perkasa menjadi ular raksasa yang menakuti tukang sihir dan mampu membelah laut merah...kinipun tiada lagi,
guru...semua telah pergi bagaikan perginya sinar mentari di malam sepi.

Kalau kelak engkau bertanya, pernahkah aku mencoba mencari murid seorang pencinta yang berbakat?
akan kujawab :
pernah wahai kekasih, tapi tulang-tulangnya rapuh menahan dinginnya malam pekat,
dagingnya tak mampu menahan kerasnya papan kasar yang kita gunakan untuk tidur agar tubuhnya kuat,
juga ia tak mampu menangkap hadirnya para malaikat di daun-daun hijau dan hembusan angin di daun buluh yang menyanyikan kidung suci dengan dada tercekat.
guru...aku tidak mampu mendidik mereka seperti dirimu yang hebat.

V

Dalam kelam dan rentanya peradaban yang kian menggila,
daku takkan berhenti mencari murid yang ingin menjadi pencinta,
Pencinta-Mu Wahai yang Maha Agung Allah Azza wa Jalla,
Pencinta kebenaran hakiki yang tiada tunduk pada nikmatnya kesenangan raga,
guru!walau daku terkadang patah, aku takkan menyerah,
sampai kelak maut mempersatukan kita.

Murid


Hamdi Akhsan.