259-2011. Senandung Pagi (5)
Oleh
Hamdi Aksan
I
Kadang pagi yang senyap dipecahkan oleh tangisan.
Malam yang tadi penuh tawa berubah jadi ratapan.
Tatlala datang kiamat kecil dalam wujud kematian.
Itulah taqdir Ilahi yang senantiasa di pergilirkan.
Betapa manusia terkejut dengan datangnya masa itu.
Kala panggilan datang menghadap pada-Nya Yang Satu.
Tinggallah keluarga yang telah bersama sepanjangnya waktu.
Dan mulailah ia dengan aktivitas kehidupan alam kubur yang baru.
II
Di saat ada kematian, pagi pun jadi murung berselimut mendung.
Seolah-olah dirinya yang selalu malang dan tidak beruntung.
Padahal nikmat Ilahi yang didapat sungguh tak terhitung.
Taqdir dari tiada dan kembali tiada harus berlangsung.
Bersama datang mentari, berlalu pula seorang hamba.
Kembali menghadap pada pemiliknya Sang Pencipta.
Dengan dua pilihan akherat balasan perbuatannya.
Mendapatkan ampunan atau rasakan perih siksa-Nya.
III
Didalam pagi tersimpan harapan indahnya masa depan.
Setiap insan yang punya kehendak inginkan keberhasilan.
Apa yang direncanakan pada hari itu sekuatnya diusahakan.
Namun yang berlaku pasti di bumi tetaplah kehendak Tuhan.
Sungguh mutlaknya pemutusan taqdir ada pada Sang Pencipta.
Karena itulah hidup ini berseling tawa dan cucuran air mata.
Terkadang ada benci dan marah kadang pula rasa cinta.
Demikianlah pergantian sampai diri menutup mata.
IV
Adalah kepasrahan jalani taqdir Ilahi harus dijalani.
Karena masa depan bagi semua makhluk adalah misteri.
Semuanya merupakan hasil pengaturan dari kehendak Ilahi.
Yang tak pernah berubah walau telah bergantinya ribuan generasi.
Embun telah menghilang, pagi berlalu, dan haripun telah berganti.
Suka dan duka dalam kehidupan hendaknya pasrah tuk dijalani.
Itulah dua hal bertentangan yang dengan rata telah dibagi.
Agar manusia selalu ingat pada mutlaknya kekuasaan Ilahi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar