234-2011. Yang Pergi Biarlah Pergi
Oleh
Hamdi Akhsan
(Dedikasi untuk Sahabatku Umi Afif Mangkuto, Daiyah Indonesia Indonesia
di Jerman yang ayahnya meninggal tadi dalam usia 93 tahun) dan untuk
teman lain yang ayahnya telah tiada)
I
Sahabatku,
Dari negeri jauh di belahan utara kudengar ungkapan duka.
Ungkapan cinta seorang anak yang ditinggal sang ayah.
Peri untuk selamanya menghadap Allah Azza wa Jalla.
Dan kelak baru bisa bertemu kala Hari Mahsyar tiba.
Betapa kutahu hari ini melintas kenangan masa lalu.
Masa puluhan tahun lalui masa kecil bersama ayah ibu.
Mendengar lirihnya bacaan quran di tengah malam dalu.
Dan kini ayah dan ibu yang telah pergi akan kembali bersatu.
II
Sahabatku,
Aku tahu bahwa dihatimu kini bercampur baur segala rasa.
Balutan kenangan yang sedih dan juga kenangan indah.
Telah puluhan tahun engkau merantau ke ujung dunia.
Berjarak ribuan kilometer dari ayah dan kubur bunda.
Hari ini, dalam usia lebih sembilan puluh tahun ia pergi.
Setelah berzikir dan membaca kitab Alquran yang suci.
Diiringi senyuman ikhlas dijemput malaikat menghadap Ilahi.
Sebagai pemenuhan dari pastinya sebuah janji dialam fana ini.
III
Sahabatku,
Ayah yang pergi biarlah pergi. Itulah sebuah perjanjian pasti.
Dalam kekurangan begitu banyak hal yang bisa diteladani.
Sampai usia menjelang seabad terjauh dari kepikunan diri.
Sungguh itulah pertanda usia panjang yang diberkati.
Kalau dalam perjalanan hidup ada ketaksempurnaan.
Itulah pertanda bahwa ia hanya makhluk ciptaan Tuhan.
Yang tak lepas dari kekeliruan dalam hidup dan kesalahan.
Dan menyampaikan kebaikannyalah pada kita diperintahkan.
IV
Sahabatku,
Kutahu hari ini tak mampu kau tahan air mata pertanda duka.
Karena sosok yang melekat dalam hidupmu jauh terpisah.
Kuminta kau selalu panjatkan permohonan ampun-Nya.
Agar diampuni segala kealfaan dan kesalahannya.
Yang pergi biarlah pergi dan kitapun juga akan pergi.
Bak musafir yang berkelana sampai masa untuk kembali.
Menghadap pada-Nya sebagaimana sumpah di alam azali.
Dan setiap manusia diminta pertanggungjawaban di akhir nanti.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar