231-2011. Sebuah Renungan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dalam dekapan malam mataku mengembara menatap bintang-bintang.
Berkelap-kelip indah bagai menyambut malaikat Ilahi yang datang.
Tunduk dan patuh pada aturan-Nya sejauh mata memandang.
Sungguh bukti keagungan-Nya dialam nan luas terbentang.
Ada kekerdilan dan ketakutan yang merasuk ke dalam diri.
Tantang kekurang tundukan jiwa kepada Sang Maha Pemberi.
Karena begitu banyaknya nikmat pemberian yang telah dinikmati.
Yang sungguh sangat tiada sebanding dengan ketaatan kepada Ilahi.
II
Kerlap-kerlip bintang nun jauh diujung jagad seolah memberi pesan.
Betapa kerdilnya keangkuhan dan kesombongan diri sebagai insan.
Yang dalam hidup senantiasa menuntut pemenuhan kepuasan.
Tak tahu telah menanti didepannya jalan-jalan kematian.
Penguasa mati, hartawan mati, semua makhluk akan mati.
Bekal untuk dibawa pada perjalanan panjang tak mencukupi.
Himpitan sempitnya kubur dan kesendirian kelak jarang ditangisi.
Sungguh kelak di mahkamah-Nya betapa banyak manusia yang rugi.
III
Air mata ini terjatuh dalam kesadaran akan beratnya mahkamah Tuhan.
Menyadari bahwa diri ini sungguh telah merugi dalam perniagaan.
Banyak berbuat salah dan hanya miliki sedikit rasa ketaatan.
Sungguh hamba-Mu telah lalaikan hidup sebagai insan.
Masa berlalu, kulit mengeriput, jiwa semakin rapuh.
Mengapa langkah tak mampu jalani ketataan dengan teguh.
Mengapa banyak bukti kadang tak mmpu membuat nafsu luluh.
Betapa beratnya perjalanan panjang ini kelak akan hamba tempuh.
IV
Dalam desiran angin malam dan awan nan gelap menutup bintang.
Kusadari arti ketakabadian makhluk dan mudahnya perubahan.
Hanya sekejap, mata akan tertutup terhadap keindahan.
Bagaikan terangnya langit tatkala telah tertutup awan.
Tiada yang abadi, kecuali hanya, Ilahi Robbul Jalali.
Hidup bagai sebuah panggung yang sunyi diakhir resepsi.
Hanyalah tangisan orang yang menyayang kala datangnya mati.
Dan tiada penolong kala berhadapan dengan-Nya Yang Maha Suci.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar