224-2011. Kemana Kaki Hendak Melangkah
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dalam senyapnya malam yang begitu pekat.
Seorang insan tersedu dengan dada tercekat.
Ratapi duka dihati yang begitu setia melekat.
Dan Berpadu bagai daging dan tulang diikat.
Ia bertanya : mengapa harus ada duka?
Mengapa kehidupan terbagi dalam miskin dan kaya?
Ada yang selalu bahagia dan ada yang akrab dengan derita?
Atau inikah sesungguhnya bentuk keadilan untuk penghuni dunia?
II
Perlahan ada hikmah yang mengalir ke dalam sanubari.
Tentang hakekat cobaan dan kepedihan yang dijalani.
Tentang hidup setiap manusia yang punya dua sisi.
Tentang pilihan menentang atau ikuti perintah Ilahi.
Sungguh, proses dalam usaha adalah sebuah pilihan.
Agar manusia optimis terhadap apa yang dicitakan.
Walaupun taqdir masa depan telah Ia tentukan.
Tetaplah doa dan sodaqoh bisa membelokkan.
III
Dalam sebuah kalimat indah Dia telah berfirman.
Tentang sabar sebagai modal dalam hadapi ujian.
Bila lulus kelak pasti sang hamba akan ditingkatkan.
Namun Bila gagal tetaplah diberi sesuai kemampuan.
Indah,bila manusia selalu hidup dalam baik sangka.
Pahala akan diberi sebagai balasan sabar atas duka.
Dalam ketiadaan harta bersyukur dan terjaga taqwa.
Maka,satu-satunya balasan baginya adalah surga.
IV
Kadang seorang hamba lalai mengingat nikmat.
Sakit sebulan menutup puluhan tahun pemberian sehat.
Miskin sebentar membuat lupa kebaikan yang masih melekat.
Itulah penyebab utama manusia yang sering terjauh dari rahmat.
Perlu adanya waktu bagi setiap jiwa menyendiri.
Mengingat banyaknya nikmat yang Tuhan beri.
Bersyukur pada-Nya agar yang ada ditambah lagi.
Dan mendapatkan karunia surga-Nya diakhir nanti.
V
Kemana kaki ini harus melangkah?
Bila sang budak tak patuh pada 'tuannya'.
Silahkan pergi menjauh dari bumi milik-Nya.
Dan carilah pelindung dunia akherat selain Dia.
Adalah rasa syukur akan menjadi modal.
Sebagai bentuk ketundukan diri pada Yang Kekal.
Agar selalu berupaya dengan berlandasan iman dan akal.
Yang untuk kehidupan akherat merupakan sebaik-baiknya bekal.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dalam senyapnya malam yang begitu pekat.
Seorang insan tersedu dengan dada tercekat.
Ratapi duka dihati yang begitu setia melekat.
Dan Berpadu bagai daging dan tulang diikat.
Ia bertanya : mengapa harus ada duka?
Mengapa kehidupan terbagi dalam miskin dan kaya?
Ada yang selalu bahagia dan ada yang akrab dengan derita?
Atau inikah sesungguhnya bentuk keadilan untuk penghuni dunia?
II
Perlahan ada hikmah yang mengalir ke dalam sanubari.
Tentang hakekat cobaan dan kepedihan yang dijalani.
Tentang hidup setiap manusia yang punya dua sisi.
Tentang pilihan menentang atau ikuti perintah Ilahi.
Sungguh, proses dalam usaha adalah sebuah pilihan.
Agar manusia optimis terhadap apa yang dicitakan.
Walaupun taqdir masa depan telah Ia tentukan.
Tetaplah doa dan sodaqoh bisa membelokkan.
III
Dalam sebuah kalimat indah Dia telah berfirman.
Tentang sabar sebagai modal dalam hadapi ujian.
Bila lulus kelak pasti sang hamba akan ditingkatkan.
Namun Bila gagal tetaplah diberi sesuai kemampuan.
Indah,bila manusia selalu hidup dalam baik sangka.
Pahala akan diberi sebagai balasan sabar atas duka.
Dalam ketiadaan harta bersyukur dan terjaga taqwa.
Maka,satu-satunya balasan baginya adalah surga.
IV
Kadang seorang hamba lalai mengingat nikmat.
Sakit sebulan menutup puluhan tahun pemberian sehat.
Miskin sebentar membuat lupa kebaikan yang masih melekat.
Itulah penyebab utama manusia yang sering terjauh dari rahmat.
Perlu adanya waktu bagi setiap jiwa menyendiri.
Mengingat banyaknya nikmat yang Tuhan beri.
Bersyukur pada-Nya agar yang ada ditambah lagi.
Dan mendapatkan karunia surga-Nya diakhir nanti.
V
Kemana kaki ini harus melangkah?
Bila sang budak tak patuh pada 'tuannya'.
Silahkan pergi menjauh dari bumi milik-Nya.
Dan carilah pelindung dunia akherat selain Dia.
Adalah rasa syukur akan menjadi modal.
Sebagai bentuk ketundukan diri pada Yang Kekal.
Agar selalu berupaya dengan berlandasan iman dan akal.
Yang untuk kehidupan akherat merupakan sebaik-baiknya bekal.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar