235-2011. Demi Waktu
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kini sejatinya kehidupan telah matangkan ambisi jiwa.
Tanah suci-Mu sadarkan membuka makna disetiap peristiwa.
Betapa tipisnya perbedaan hakekat ada didalam tangis dan tawa.
Dan betapa tiada berartinya semua itu dibandingkan Jannatul Ma'wa.
Waktu berlalu, tangis berlalu dan kesedihanpun jadi bagian masa lalu.
Biarlah semua terbang bak untaian debu gurun yang tersapu.
Datang dan pergi tak diketahui bagaikan angin yang berlalu.
Dan menatap lurus tuk gapai keridhoan Ilahi yang satu.
II
Tepuk tangan pujian manusia sejatinya adalah hampa.
Baru sejenak dipuji atas kebaikan diri tiba-tiba saja dicerca.
Bila dipenuhi apa yang dikehendaki keluarlah segala kata puja.
Namun sekali saja keinginan tak dikabulkan, semua kebaikan ia lupa.
Adalah hubungan dilandasi nafsu duniawi berdiri diatas kerapuhan.
Ia hanya bersinergi indah manakala berada dalam kesenangan.
Saling menjauh dan meninggalkan saaat dalam penderitaan.
Itulah realita kehidupan yang baik dijadikan pelajaran.
III
Waktu telah tunjukkan mana yang musnah dan abadi.
Jiwa pasrah bagaikan buih yang dibawa arus kemana pergi.
Berharap dosa dan salah akan mendapatkan ampunan dari Ilahi.
Serta mendapat rahmat dan ridhonya manakala kelak harus kembali.
Yang muda datang,yang tua pergi, dan yang tiada tinggal kenangan.
Menjadi hamba yang berharga atau pembangkang adalah pilihan.
Hanya setiap diri perlu tahu pastinya adanya hari pembalasan.
Yang di sana kelak setiap perbuatan akan diberi keadilan.
IV
Betapa akan ada kearifan melihat polah tingkah manusia.
seolah diri berada di atas panggung besar saksikan sandiwara.
Ada ambisi dan nafsu yang tersembunyi halus dibalik peristiwa.
Serta harapan-harapan yang dibalut indah dalam kalimat cita-cita.
Masa berlalu, banyak peristiwa yang dilupakan bagai terhapus debu.
Didalamnya ada pelajaran baik dan buruk yang tak layak ditiru.
Ada kepahlawanan selalu dikenang setelah ribuan tahun berlalu.
Dan segalanya kelak dibuka lagi dihadapan Allah Yang Satu.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kini sejatinya kehidupan telah matangkan ambisi jiwa.
Tanah suci-Mu sadarkan membuka makna disetiap peristiwa.
Betapa tipisnya perbedaan hakekat ada didalam tangis dan tawa.
Dan betapa tiada berartinya semua itu dibandingkan Jannatul Ma'wa.
Waktu berlalu, tangis berlalu dan kesedihanpun jadi bagian masa lalu.
Biarlah semua terbang bak untaian debu gurun yang tersapu.
Datang dan pergi tak diketahui bagaikan angin yang berlalu.
Dan menatap lurus tuk gapai keridhoan Ilahi yang satu.
II
Tepuk tangan pujian manusia sejatinya adalah hampa.
Baru sejenak dipuji atas kebaikan diri tiba-tiba saja dicerca.
Bila dipenuhi apa yang dikehendaki keluarlah segala kata puja.
Namun sekali saja keinginan tak dikabulkan, semua kebaikan ia lupa.
Adalah hubungan dilandasi nafsu duniawi berdiri diatas kerapuhan.
Ia hanya bersinergi indah manakala berada dalam kesenangan.
Saling menjauh dan meninggalkan saaat dalam penderitaan.
Itulah realita kehidupan yang baik dijadikan pelajaran.
III
Waktu telah tunjukkan mana yang musnah dan abadi.
Jiwa pasrah bagaikan buih yang dibawa arus kemana pergi.
Berharap dosa dan salah akan mendapatkan ampunan dari Ilahi.
Serta mendapat rahmat dan ridhonya manakala kelak harus kembali.
Yang muda datang,yang tua pergi, dan yang tiada tinggal kenangan.
Menjadi hamba yang berharga atau pembangkang adalah pilihan.
Hanya setiap diri perlu tahu pastinya adanya hari pembalasan.
Yang di sana kelak setiap perbuatan akan diberi keadilan.
IV
Betapa akan ada kearifan melihat polah tingkah manusia.
seolah diri berada di atas panggung besar saksikan sandiwara.
Ada ambisi dan nafsu yang tersembunyi halus dibalik peristiwa.
Serta harapan-harapan yang dibalut indah dalam kalimat cita-cita.
Masa berlalu, banyak peristiwa yang dilupakan bagai terhapus debu.
Didalamnya ada pelajaran baik dan buruk yang tak layak ditiru.
Ada kepahlawanan selalu dikenang setelah ribuan tahun berlalu.
Dan segalanya kelak dibuka lagi dihadapan Allah Yang Satu.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar