239-2011. Berhati-hatilah Kepada Zaman
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kutatap hari-hari sisa sekaratnya peradaban menjelang kematian.
Bak tercerabutnya pohon perkasa oleh deru badai yang menggentarkan.
Sungguh kini telah terlihat rapuhnya peradaban yang dilandasi keserakahan.
Bergerak demikian cepat bagaikan kartu tegak yang jatuh saling bertumbangan.
Adalah peradaban yang disusun berlandaskan nafsu duniawi kini tak lagi perkasa.
Kebenaran demi kebenaran Ilahi kini semakin terang dihadapan umat manusia.
Dari perjalanan sang waktu hati nurani terdalam umat manusia terus bicara.
Tentang nurani kosong yang membuatnya rapuh kala datang nestapa.
II
Apa yang dicari para pemuja akal dan materialisme yang rapuh.
Tatkala usia tua dan kebingungan jalan yang akan ditempuh.
Kematian yang datang tak bisa dikalahkan seperti musuh.
Itulah pertanda peradaban yang kini menjelang runtuh.
Lihatlah,kala agama dikesampingkan dalam kehidupan.
Di banyak negara orangtua yang renta dicampakkan.
Di Panti jombo lah hari-hari yang sepi dihabiskan.
Karena memelihara mereka dianggap sebagai beban.
III
Sungguh ironi, anak yang dibesarkan tiada ketika mati.
Putra-putri tercinta disekolahkan sukses secara materi.
Agama pengisi kelembutan dan kasih sayang tidak diberi.
Hanya tangis penyesalahan saat mengantar ke kubur nanti.
Di negeri yang mahsyur karena mayoritas beragama mulai terjadi.
Termakan oleh cara hidup dan ketamakan seperti di negara industri.
Yang dianggap berguna adalah mereka yang dapat hasilkan materi.
Sedangkan mereka yang lemah karena tua dan sakit dianggap tak berarti.
IV
Hilangnya pemuliaan dan rasa hormat, membuat hidup hilang keberkatan.
Perjalanan usia ke masa tua diangap mekanisme ilmu pengetahuan.
Tidak membuat bertambahnya keimanan dalam diri serta kearifan.
Dan tatkala tua perlakuan pada orangtuanya akan dibalaskan.
Betapa, diakhir zaman yang makin rapuh daku berpesan.
Jadikan harta dan kemuliaan dunia sebagai perhiasan.
Yang tatkala menghadap-Nya kelak kan ditinggalkan.
Dan yang akan berguna hanya baiknya perbuatan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kutatap hari-hari sisa sekaratnya peradaban menjelang kematian.
Bak tercerabutnya pohon perkasa oleh deru badai yang menggentarkan.
Sungguh kini telah terlihat rapuhnya peradaban yang dilandasi keserakahan.
Bergerak demikian cepat bagaikan kartu tegak yang jatuh saling bertumbangan.
Adalah peradaban yang disusun berlandaskan nafsu duniawi kini tak lagi perkasa.
Kebenaran demi kebenaran Ilahi kini semakin terang dihadapan umat manusia.
Dari perjalanan sang waktu hati nurani terdalam umat manusia terus bicara.
Tentang nurani kosong yang membuatnya rapuh kala datang nestapa.
II
Apa yang dicari para pemuja akal dan materialisme yang rapuh.
Tatkala usia tua dan kebingungan jalan yang akan ditempuh.
Kematian yang datang tak bisa dikalahkan seperti musuh.
Itulah pertanda peradaban yang kini menjelang runtuh.
Lihatlah,kala agama dikesampingkan dalam kehidupan.
Di banyak negara orangtua yang renta dicampakkan.
Di Panti jombo lah hari-hari yang sepi dihabiskan.
Karena memelihara mereka dianggap sebagai beban.
III
Sungguh ironi, anak yang dibesarkan tiada ketika mati.
Putra-putri tercinta disekolahkan sukses secara materi.
Agama pengisi kelembutan dan kasih sayang tidak diberi.
Hanya tangis penyesalahan saat mengantar ke kubur nanti.
Di negeri yang mahsyur karena mayoritas beragama mulai terjadi.
Termakan oleh cara hidup dan ketamakan seperti di negara industri.
Yang dianggap berguna adalah mereka yang dapat hasilkan materi.
Sedangkan mereka yang lemah karena tua dan sakit dianggap tak berarti.
IV
Hilangnya pemuliaan dan rasa hormat, membuat hidup hilang keberkatan.
Perjalanan usia ke masa tua diangap mekanisme ilmu pengetahuan.
Tidak membuat bertambahnya keimanan dalam diri serta kearifan.
Dan tatkala tua perlakuan pada orangtuanya akan dibalaskan.
Betapa, diakhir zaman yang makin rapuh daku berpesan.
Jadikan harta dan kemuliaan dunia sebagai perhiasan.
Yang tatkala menghadap-Nya kelak kan ditinggalkan.
Dan yang akan berguna hanya baiknya perbuatan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar