269-2011. Sebuah Kesia-siaan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kurenungkan sebuah mekanime sederhana yang sering dilupakan.
Tentang hakekat yang sejati dari sebuah proses kehidupan.
Yang memang dahulu bermula dari sebuah ketiadaan.
Dan kelak akan berakhir pasti dengan kefanaan.
Lantas mengapa harus ada tangis di dunia.
Apakah karena insan tak sadar hakekatnya.
Kalau semua hanya titipan Ilahi padanya.
Yang tiap saat kelak pasti akan diambilnya.
II
Kadang, kesadaran datang begitu terlambat.
Sesal diri baru terasa menjelang dirinya sekarat.
Namun semua itu tidak akan ada lagi manfaat.
Dan tak mungkin lagi diperbaiki pada hari akherat.
Kelak setiap jiwa akan ditanya pertanggungjawabannya.
Dipergunakan untuk apa saja harta yang diberikan padanya.
Tumpukan emas permata dan uang yang didapat berasal darimana.
Dan hak-hak orang duafa yang harus dikeluarkan telah dilaksanakannya.
III
Adalah sebuah kesia-siaan bekerja keras tanpa peduli halal dan haram.
Kelak di dalam kubur akan bernasib malang dan akheratnya suram.
Masa tua akan banyak kepedihan dan jiwa yang tak tentram.
Kehidupan keluarga akan kacau bagai kapal jelang karam.
Adalah takhta bersanding harta membuat insan lupa.
Kalau hidupnya ini hanya persinggahan sementara.
Kelak sebagai insan faqir kembali pada Tuhannya.
Dan menikmati balasan ata semua perbuatannya.
IV
Wahai insan yang sering tergoda syaitan dan lalai.
Yang berguna hanya amal kala leher telah terkulai.
Betapa sakitnya siksa takala dikubur bagai dibantai.
Dan perihnya kulit yang terbelah oleh gesekan rantai.
Kebanggaan yang ada di dunia, semua akan berakhir fana.
Hendaklah diri berupaya hindari jebakan dunia penuh pesona.
Tempat yang membahagiakan sesungguhnya ada di akherat sana.
Wahai, ampuni dan bimbinglah kami istiqamah di jalan-Mu ya Robbana.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kurenungkan sebuah mekanime sederhana yang sering dilupakan.
Tentang hakekat yang sejati dari sebuah proses kehidupan.
Yang memang dahulu bermula dari sebuah ketiadaan.
Dan kelak akan berakhir pasti dengan kefanaan.
Lantas mengapa harus ada tangis di dunia.
Apakah karena insan tak sadar hakekatnya.
Kalau semua hanya titipan Ilahi padanya.
Yang tiap saat kelak pasti akan diambilnya.
II
Kadang, kesadaran datang begitu terlambat.
Sesal diri baru terasa menjelang dirinya sekarat.
Namun semua itu tidak akan ada lagi manfaat.
Dan tak mungkin lagi diperbaiki pada hari akherat.
Kelak setiap jiwa akan ditanya pertanggungjawabannya.
Dipergunakan untuk apa saja harta yang diberikan padanya.
Tumpukan emas permata dan uang yang didapat berasal darimana.
Dan hak-hak orang duafa yang harus dikeluarkan telah dilaksanakannya.
III
Adalah sebuah kesia-siaan bekerja keras tanpa peduli halal dan haram.
Kelak di dalam kubur akan bernasib malang dan akheratnya suram.
Masa tua akan banyak kepedihan dan jiwa yang tak tentram.
Kehidupan keluarga akan kacau bagai kapal jelang karam.
Adalah takhta bersanding harta membuat insan lupa.
Kalau hidupnya ini hanya persinggahan sementara.
Kelak sebagai insan faqir kembali pada Tuhannya.
Dan menikmati balasan ata semua perbuatannya.
IV
Wahai insan yang sering tergoda syaitan dan lalai.
Yang berguna hanya amal kala leher telah terkulai.
Betapa sakitnya siksa takala dikubur bagai dibantai.
Dan perihnya kulit yang terbelah oleh gesekan rantai.
Kebanggaan yang ada di dunia, semua akan berakhir fana.
Hendaklah diri berupaya hindari jebakan dunia penuh pesona.
Tempat yang membahagiakan sesungguhnya ada di akherat sana.
Wahai, ampuni dan bimbinglah kami istiqamah di jalan-Mu ya Robbana.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan