Oleh
Hamdi Akhsan
I
Satu persatu tanpa bisa dicegah tanda datangnya kiamat kini hadir di depan mata.
Kemakmuran yang diberikan kepada para pencinta membuat hidup terlena.
Mereka yang dulu punya izzah di gurun tandus kini bergelimang harta.
Serta maksiat di jazirah para nabi dan seluruh bumi kini merata.
Sungguh datangnya hari kiamat kini telah menjelang.
Segalanya diukur dengan jumlah kepemilikan uang.
Harta yang banyak dipakai bersenang-senang.
Timbunan materi sebagaiv perlambang.
II
Pencinta, sulit menjaga kehalalan harta.
Dan begitu mahalnya harga sebuah amanah.
Dalam segala bidang pun telah dihalalkan segala cara.
Serta kehidupan ekonomi pun telah berlandaskan azas riba.
Sendi-sendi ajaran Ilahi pun dipakai sebagai ajang dalam berbisnis.
Banyak kepentingan busuk ditutupi dengan rapi memakai baju gamis.
Atau kebohongan politik yang dibalut dengan indahnya kata-kata manis.
Dan bumi yang sekarat pun menjadi saksi pengkhiatan hanya bisa menangis.
III
Betapa, kepedihan orangtua karena diperbudak anak kini telah menggejala.
Dibalik rumah-rumah mewah banyak tangis yang ditutupi dengan tawa.
Miskinnya keteladan membuat ayah dan bunda kehilangan wibawa.
Dan zat-zat pencipta khayalpun menjadi pengisi kosongnya jiwa.
Assalamualaikum, ucapan penghuni surga kehilangan ruh.
Diajang maksiat ia di sebut dengan menggemuruh.
Melihat kematian banyak yang tak tersentuh.
Sungguh langit telah menjelang runtuh.
IV
Orang berharta begitu sulit untuk berbagi.
Perbedaan kaya dan miskin bagai petang dan pagi.
Shodaqoh tidak dianggap sebagai kebaikan utama lagi.
Itulah kiamat kini begitu dekat yang ditandai banyaknya ciri.
Para ulama yang takut kepada Allah perlahan menghilang.
Mereka yang teguh pada jalan-Nya hidup terbuang.
Yang laku mereka prinsipnya belang-belang.
Sungguh strategi Iblis yang cemerlang.
V
Kemaksiatan dan kemungkaran pun merajalela dimana-mana.
Diseluruh aspek kehidupan telah berhamburan fitnah.
Para Pedagang yang taqwa tidak laku dan merana.
Dan mereka yang istiqamah dalam harta terhina.
Ghibah yang sangat dibenci kian menjadi.
Bahkan menjadi acara utama di televisi.
Orang tak risih umbar nafsu birahi.
Sebagai tanda kiamat yang pasti.
Ilahi, pada-Mu kami serahkan diri.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar