Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari-hari terakhir bumi para pencinta bersimbah darah.
Atas nama HAM wanita dan anak-anak dibantai bagaikan domba.
Manisnya minyak di bumi Abasiyah telah korbankan ratusan ribu jiwa.
Sungguh kehinaan di segala penjuru yang sudah begitu hebat dan merata.
Belumlah kering darah mengalir di bumi Iraq, Negeri Afghanistan pun dihancurkan.
Untuk para Mujahidin dan Taliban pembela tanah air cap teroris pun dilekatkan.
Atas nama Persekutuan pembunuhan wanita dan anak-anak dibiarkan.
Itulah nasib hina untuk sebuah peradaban yang dikalahkan.
II
Tiada lagi terdengar pembelaan dengan darah terhadap saudara se-agama.
Kesatuan Aqidah dibius dengan nasionalisme sempit yang mempesona.
Saudara seiman di negeri lain menderita, namun ia tetap tertawa.
Dan putri Muslim yang dinista tidak dirasa hinanya muruah.
Sungguh kini, musuh terbahak menginjak kepala.
Tiada lagi laksamana muslim yang menggentarkan nyali musuh bak Barbarosa.
Atau Qutaybah ibnu Muslim penakluk Khurasan demi agama nan mulia.
Ataupun seperti Mahmud Sabaktekin sang penakluk negeri India.
Sungguh pemimpin negeri muslim dahulu amat berwibawa.
III
Namun, tatkala Racun nasionalisme telah ditertanamkan.
Bius materialisme dibungkus dengan industri dijejalkan.
Peradaban yang bertumpu ajaran Ilahi pun ditinggalkan.
Maka tinggallah umat yang dulu mulia dalam kehinaan.
Mengapa kaum muda tidak belajar dari perjalanan sejarah.
Tatkala Rasul, sahabat, dan penerusnya mampu kuasai dunia.
Dengan keyakinan terhadap ajaran Ilahi mereka hebat dan berwibawa.
Bukan seperti umat pada yang dalam kehinaan pasrah dan menyerah kalah.
IV
Dalam rekaman kejayaan masa lalu yang bentangkan hebatnya kejayaan.
Harusnya harga diri dan kemuliaan sekuat tenaga harus ditegakkan.
Bendera Tauhid dimuka bumi dengan semangat baja dikibarkan.
Larangan dan perintah Ilahi dengantanpa ragu dijalankan.
Percayalah, tiada kerugian dan sesal hidup dalam taqwa.
Dihadapan para pembenci Ilahi kita akan tegak berwibawa.
Karena demi kemuliaan-Nya siap kurbankan selembar jiwa.
Gentarkan hati mereka yang saat ini pongah dan jumawa.
V
Kini satu-satunya jalan kemuliaan adalah percaya kepada Tuhan.
Melalui kitab suci segala perintah dan larangan telah ia sampaikan.
Tinggallah yang mana akan dipilih, dipegang teguh dan diperjuangkan.
Walaupun segenap harta, darah, dan cucuran airmata akan dikurbankan.
Tak guna airmata sedih ratapi kejayaan yang pernah ada di masa silam.
Kalau generasi muda pembawa panji hanya termangu dalam diam.
Atau mereka asyik dalam indahnya godaan dunia malam.
sampai lumuran dosa didalam dada pun menghitam.
VI
Percayalah, bahwa musuh rapuh bagaikan sarang laba-laba.
Asalkan pencinta Ilahi tanamkan tak takut mati dan jauhi cinta dunia.
Dan segenap pengorbanan kelak diganti dengan jannatul ma'wa.
Yang lebih mulia dibanding dunia beserta seluruh isinya.
Diujung madah ini, padamu kaum muda kami berpesan.
Hiduplah dalam harga diri dan kemuliaan Agama Tuhan.
Usah terlena rayuan syaitan yang dibungkus kebudayaan.
Sampai kelak kejayaan sebagai khilafah akan Allah berikan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar