107-2011. Pesan Untuk Generasi Baru (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
Ketika engkau bagaikan buih tak berdaya ditengah samudera.
Syaitan yang dilaknat terbahak dalam kemenangan peperangan abadi.
Betapa sungai darah dan rintihan kehinaan hancurnya Baghdad kini terulang.
Yang jadikan negeri-negeri para pencinta pernah ada sebagai ladang pembantaian.
Lantunan zikir sang guru Rumi dari konya kini hanya sayup-sayup terdengar.
Lemah dan takut bagai mengkiriknya ayam dalam incaran mata elang.
Wahai para pencinta surgawi, dimanakah kini engkau berada.
Tatkala panggilan suci menggema di segala penjuru dunia.
II
Balatentara syaitan tetap kukuh dengan dendamnya sepanjang zaman.
Akan datangkan segala bencana untuk para pencinta dari segala arah.
Agar sepanjang usia dihabiskan untuk kesenangan dan pencarian fana.
Dan jadikan segala kenikmatan sebagai tujuan semu yang mempesona.
Kesenangan telah menjadi tuak yang sungguh memabukkan.
Membuat lupa para musafir kehidupan diperjalanan.
Sungguh tatkala senja usia telah menjelang .
Barulah sesal menyesakkan dada.
Namun terlambat sudah.
III
Kapan akan lahir kembali pencinta bak seorang Uwais Al Qarni.
Gemparkan zaman atas ikhlasnya kebaktian pada Ilahi.
Yang tiada sebutir debu pun nodai jiwanya nan sucii.
Sampai datangnya hari kerinduan yang pasti.
Hanya cinta pada sang pemilik jiwa.
Ia susuri heningnya gurun sebagai penggembala.
Tak mungkin ia tinggalkan ibunda untuk jumpai Rasulullah.
Maka keridhoan Ilahi diberikan untuknya.
IV
Dimana engkau wahai Al Bara' bin Malik Muda.
Pria hitam berdebu yang doanya menggetarkan langit.
Yang tatkala syahid terdapat lebih seratus mata pedang.
Serta yang tidak hirau dengan tipuan dan pesona dunia.
Adapun Kejayaan masa silam yang pernah ada.
Bukanlah pemberian yang datang dari ujung jagat.
Namun dipenuhi aliran darah para pengembara surga..
Yang baktikan seluruh hidupnya pada sang Pemilik Cahaya.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Ketika engkau bagaikan buih tak berdaya ditengah samudera.
Syaitan yang dilaknat terbahak dalam kemenangan peperangan abadi.
Betapa sungai darah dan rintihan kehinaan hancurnya Baghdad kini terulang.
Yang jadikan negeri-negeri para pencinta pernah ada sebagai ladang pembantaian.
Lantunan zikir sang guru Rumi dari konya kini hanya sayup-sayup terdengar.
Lemah dan takut bagai mengkiriknya ayam dalam incaran mata elang.
Wahai para pencinta surgawi, dimanakah kini engkau berada.
Tatkala panggilan suci menggema di segala penjuru dunia.
II
Balatentara syaitan tetap kukuh dengan dendamnya sepanjang zaman.
Akan datangkan segala bencana untuk para pencinta dari segala arah.
Agar sepanjang usia dihabiskan untuk kesenangan dan pencarian fana.
Dan jadikan segala kenikmatan sebagai tujuan semu yang mempesona.
Kesenangan telah menjadi tuak yang sungguh memabukkan.
Membuat lupa para musafir kehidupan diperjalanan.
Sungguh tatkala senja usia telah menjelang .
Barulah sesal menyesakkan dada.
Namun terlambat sudah.
III
Kapan akan lahir kembali pencinta bak seorang Uwais Al Qarni.
Gemparkan zaman atas ikhlasnya kebaktian pada Ilahi.
Yang tiada sebutir debu pun nodai jiwanya nan sucii.
Sampai datangnya hari kerinduan yang pasti.
Hanya cinta pada sang pemilik jiwa.
Ia susuri heningnya gurun sebagai penggembala.
Tak mungkin ia tinggalkan ibunda untuk jumpai Rasulullah.
Maka keridhoan Ilahi diberikan untuknya.
IV
Dimana engkau wahai Al Bara' bin Malik Muda.
Pria hitam berdebu yang doanya menggetarkan langit.
Yang tatkala syahid terdapat lebih seratus mata pedang.
Serta yang tidak hirau dengan tipuan dan pesona dunia.
Adapun Kejayaan masa silam yang pernah ada.
Bukanlah pemberian yang datang dari ujung jagat.
Namun dipenuhi aliran darah para pengembara surga..
Yang baktikan seluruh hidupnya pada sang Pemilik Cahaya.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar