Oleh
Hamdi Akhsan
I
Detik demi detik waktu berlalu, namun jawaban hakiki belum tersusun jua.
Ia temukan ulat yang berpuasa tujuh hari demi kemuliaan bertransformasi kupu-kupu yang indah.
Ular yang terbaring pasrah, menahan kepedihan kulit tersayat untuk menjadi diri yang lebih kuat dan perkasa.
Inikah sebuah jawab?kepedihan yang berbuah kemuliaan dan hidup yang jaya?
Semakin hari, matanya kian terbuka memandang apa yang tersembunyi dibalik fakta dan realita.
Ternyata cinta memberikan energi yang dahsyat dalam putaran roda sang waktu di dunia.
Yang membuat keridhoan menerima sakit, derita, keperihan, lapar, dan keterpencilan bak sebutir debu di angkasa.
Itukah cinta?
II
Tapi,semua ini belum memberi jawaban pasti terhadap pertanyaan sang guru.
Ia telah menangkap rumitnya keindahan cinta setiap makhluk di segala penjuru.
Ada cinta yang memberi, menerima,bertarung,kepuasan sesaat, serta pengorbanan nyawa membuat terharu.
Ia pun datang kembali pada sang guru,tanpa membawa sebuah jawaban baru.
Guru!!!
Aku datang padamu dalam jiwa yang semakin bingung,
tak kutemukan jawaban tunggal tentang cinta baik dilembah atau dipuncak tingginya gunung,
semua berkarateristik!dengan bersimetrinya kesetiaan dan pengorbanan, kebinasaan dan keabadian, simbiose,dan kesucian yang agung.
guru,ajarkan padaku tentang cinta,suaranya bergetar mengandung keletihan yang luasbiasa, mendengung!
III
Sang guru berujar dengan bijak.
Anakku, cinta yang kau temukan barulah sekelumit kecil dari interaksi cinta diluasnya jagat.
Ada relasi cinta yang sederhana seperti di dunia binatang buas,hanya syahwat untuk berkembangbiak,
Atau kanibalisme kalajengking yang korbankan setiap bagian tubuhnya sampai habis demi generasi kelak,
Bukan!semua hanya serpihan retak.
Tuhan telah ajarkan pada kita tentang agungnya sebuah transaksi,
Para Mujahid, pengembaraan Tarik bin Ziad, dan seluruh penakluk telah tunjukkan keagungan diri.
Sebuah pengorbanan yang ribuan tahun telah tinta emas sejarah dalam menegakkan misi suci.
Tegakkan pilar-pilar kebenaran Ilahi.
IV
Namun juga tak salah dengan para pencinta Tuhan dalam ekspresikan cinta,
ungkapan ratap,doa,bisikan tercurah bercampur tetesan airmata,
Hatinya menembus jauh melebihi ruang galaksi di jagat raya,
dengan madah, Wahai Ilahi...Engkaulah yang kupuja.
Muridku...Cinta yang baik bukan sebuah pilihan tunggal dalam kerangka masa yang pasti akan binasa,
tapi ia berada dalam simetri ruang dan waktu duniawi tempat sang hamba berada,
apakah ia manusia, hewan, tumbuhan ataupun makhluk ciptaan lainnya,
nisbi,karena semua bergantung warna dan kebutuhannya,
dan yang abadi,hanya cinta Sang Pencipta.
V
Muridku...Berhentilah berlari mencari makna dari apa yang diciptakan,
mintalah defenisi dan muitara hakekat cinta pada-Nya yang menciptakan,
agar engkau tak letih mengusir anjing yang menggonggong mengejarmu,mintalah pada pemiliknya untuk mendiamkan.
Atau seperti kuda liar yang melemparkanmu dari sanggurdi, maka mintalah sang pawang untuk menjinakkan.
Anakku...
Kelak tatkala tabir kegelapan materi telah membuka matamu tentang sebuah hakekat,
ternyata segala yang besar dalam pandangan mata tak lebih mulia dari seekor lalat,
sebab itu mulailah pengembaraan hakikimu sebelum terlambat,
pasrahkan hidupmu pada Sang Pemilik Jagat.
Belajar mencinta.
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar