89-2011. Di Tanah Ini Daku Ingin Berkubur
Oleh
Hamdi Akhsan
Wahai Anak,
Dengarlah olehmu sebuah pesan yang sederhana.
Dari seorang hamba yang akan berakhir fana.
Yang coba sampaikan pesan diujung pena.
Agar generasi pengganti tidak terlena.
Dulu, tanah tempatku berpijak lahan yang subur.
Yang Kaya maupun yang miskin selalu bersyukur.
Terjauh dari sifat yang sombong dan takabbur.
Serta terhadap nikmat Ilahi tidaklah kufur.
II
Tapi kini, segala tempat telah kena polusi.
Hewan-hewan pembantu sawah telah diganti.
Karena dinini bobokkan bius kemajuan teknologi.
Maka hewan hidup yang bernilai diganti dengan besi.
Karena tiada lagi kotoran hewan didapat.
Sawah pun gersang perlu pupuk dan obat.
Bergentayangan pula rentenir didukung penjahat.
Maka jadilah kehidupan para petani semakin melarat.
III
Wahai anak, kelak bila daku pergi dari dunia fana.
Kuburkan aku di tanah yang tiada pabrik disana.
Jangan bongkar kuburanku atas nama tata guna.
Yang mengusik ketenangan kami diakherat sana.
Jangan kumpulkan tulang-tulangku demi mesin besi.
Atau pindahkan kuburku demi kekayaan materi.
Jangan sakiti nenek moyangmu demi industri.
Atau menganggap enteng suatu generasi.
IV
Di masa silam, negerimu kuat dan disegani.
Sekarang lemah dan negara kecil pun berani.
Tanah-tanah subur dirampas dan hilanglah petani.
Dan penduduk lokal pun lantas menjadi asing disini.
Para wanita harus pergi ke negeri tetangga.
Ada yang tak pulang dan tak tahu kuburnya.
Atau bernasib malang karena mereka teraniaya.
Sungguh sebuah kepedihan yang menyesakkan dada.
V
Wahai anak, Bila kelak kematian menjemput.
biarlah tumbuh subur diatas kubur kami rumput.
Karena dari tanah asal mula manusia dahulu disebut.
Berbeda dengan bangsa jin dan mahluk dari alam malakut.
Kuburkan aku ditanah yang dipagi hari tercium bau embun.
Di tempat segala kefanaan bagi hamba-Nya serumpun.
Dan biarlah kami menunggu sampai seribu tahun.
Sampai kelak datang hari saat semua dihimpun.
Anakku, jadilah engkau amanah dan tekun.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Wahai Anak,
Dengarlah olehmu sebuah pesan yang sederhana.
Dari seorang hamba yang akan berakhir fana.
Yang coba sampaikan pesan diujung pena.
Agar generasi pengganti tidak terlena.
Dulu, tanah tempatku berpijak lahan yang subur.
Yang Kaya maupun yang miskin selalu bersyukur.
Terjauh dari sifat yang sombong dan takabbur.
Serta terhadap nikmat Ilahi tidaklah kufur.
II
Tapi kini, segala tempat telah kena polusi.
Hewan-hewan pembantu sawah telah diganti.
Karena dinini bobokkan bius kemajuan teknologi.
Maka hewan hidup yang bernilai diganti dengan besi.
Karena tiada lagi kotoran hewan didapat.
Sawah pun gersang perlu pupuk dan obat.
Bergentayangan pula rentenir didukung penjahat.
Maka jadilah kehidupan para petani semakin melarat.
III
Wahai anak, kelak bila daku pergi dari dunia fana.
Kuburkan aku di tanah yang tiada pabrik disana.
Jangan bongkar kuburanku atas nama tata guna.
Yang mengusik ketenangan kami diakherat sana.
Jangan kumpulkan tulang-tulangku demi mesin besi.
Atau pindahkan kuburku demi kekayaan materi.
Jangan sakiti nenek moyangmu demi industri.
Atau menganggap enteng suatu generasi.
IV
Di masa silam, negerimu kuat dan disegani.
Sekarang lemah dan negara kecil pun berani.
Tanah-tanah subur dirampas dan hilanglah petani.
Dan penduduk lokal pun lantas menjadi asing disini.
Para wanita harus pergi ke negeri tetangga.
Ada yang tak pulang dan tak tahu kuburnya.
Atau bernasib malang karena mereka teraniaya.
Sungguh sebuah kepedihan yang menyesakkan dada.
V
Wahai anak, Bila kelak kematian menjemput.
biarlah tumbuh subur diatas kubur kami rumput.
Karena dari tanah asal mula manusia dahulu disebut.
Berbeda dengan bangsa jin dan mahluk dari alam malakut.
Kuburkan aku ditanah yang dipagi hari tercium bau embun.
Di tempat segala kefanaan bagi hamba-Nya serumpun.
Dan biarlah kami menunggu sampai seribu tahun.
Sampai kelak datang hari saat semua dihimpun.
Anakku, jadilah engkau amanah dan tekun.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar