101-2011. Para Pembenci dan Bunga Mekar
Oleh
Hamdi Akhsan
Wahai Pembenci...
Kau bawa mesin-mesin perang yang beraneka ragam pada kami.
Serta pesona keangkuhan akal yang berwujud Teknologi.
Kerdilkan kekuatan spiritual yang berdasarkan kitab suci.
Menggantikan keelokannya dengan peradaban birahi.
Maka, tinggallah kaum muda yang telah mati.
Itulah sesungguhnya kelicikan yang tersembunyi.
Yang tak mau tunduk engkau keroyok dengan keji.
Atas nama HAM engkau bunuh anak-anak dan para suami.
Dan senjata-senjata ciptaan baru engkau cobakan tanpa hati.
II
Anakku....
Inikah nasib peradaban yang tujuh ratus tahun pernah berjaya?
Dipermainkan, dihina, dipermalukan, namun tiada daya.
Menelan sampah pemikiran yang sebenarnya sia-sia.
Serta tinggalkan ajaran Ilahi yang begitu mulia.
Wahai anakku kuntum bunga-bunga mekar!
Mengapa pada generasi sebelummu kau tak belajar.
Tak mungkin harimau ajari domba menerkam dengan cakar.
Atau elang akan mendidik burung pipit agar pekiknya menggelegar.
III
Ada kebangkitan sejenak dimasa Panglima Perkasa Salahuddin Al Ayubi.
Yang begitu bijak, beriman, dan berpegang pada kitab suci.
Pemimpin yang berani namun sangat rendah hati.
Maka jadilah bersinar terang ajaran Ilahi.
Tapi kini, kuntum mawar mekar dalam pesona.
Racun dan bius peradaban Syaitan dianggap ajaran berharga.
Ajaran Langit yang benar dianggap hanya ritual yang kurang berguna.
Maka tinggallah mereka bak burung pipit yang anggap diinya raja angkasa.
IV
Betapa sejarah panjang peradaban telah banyak ajarkan.
Kejayaan didapat dari kombinasi kekuatan harga diri, dan keyakinan.
Yang lahirkan generasi pencinta Ilahi dengan pekikan takbir menggentarkan.
Bukan peradaban yang rendah diri dan tak yakin dengan kekuatan pijakan.
Telah kering pena dan airmataku tangisi ketakmampuan empat milyar pencinta.
Yang dirampok, dijarah dan rakyatnya dibunuh dengan seenaknya.
Bagaikan bangkai mati yang dikeroyok oleh sekumpulan serigala.
Serta tak mampu tunjukkan agungnya kekuatan Ruhiyah.
V
Wahai anakku, si kuntum bunga mekar.
Tegakkan harga dirimu agar kejayaan agama Ilahi berkibar.
Dan jadilah generasi yang mampu hadapi segala cobaan dengan tegar.
Agar para pembenci kebaikan dan kedamaian di bumi segan dan gemetar.
Sungguh kini, sebuah pilihan berat untukmu terhidang di depan mata.
Untuk jalani hidup dan juang sebagaimana dahulu para pencinta.
Merebut simpul kejayaan dan cahaya-Nya tersebar merata.
Dan Rahmat Ilai pun tercurah untuk alam semesta.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Wahai Pembenci...
Kau bawa mesin-mesin perang yang beraneka ragam pada kami.
Serta pesona keangkuhan akal yang berwujud Teknologi.
Kerdilkan kekuatan spiritual yang berdasarkan kitab suci.
Menggantikan keelokannya dengan peradaban birahi.
Maka, tinggallah kaum muda yang telah mati.
Itulah sesungguhnya kelicikan yang tersembunyi.
Yang tak mau tunduk engkau keroyok dengan keji.
Atas nama HAM engkau bunuh anak-anak dan para suami.
Dan senjata-senjata ciptaan baru engkau cobakan tanpa hati.
II
Anakku....
Inikah nasib peradaban yang tujuh ratus tahun pernah berjaya?
Dipermainkan, dihina, dipermalukan, namun tiada daya.
Menelan sampah pemikiran yang sebenarnya sia-sia.
Serta tinggalkan ajaran Ilahi yang begitu mulia.
Wahai anakku kuntum bunga-bunga mekar!
Mengapa pada generasi sebelummu kau tak belajar.
Tak mungkin harimau ajari domba menerkam dengan cakar.
Atau elang akan mendidik burung pipit agar pekiknya menggelegar.
III
Ada kebangkitan sejenak dimasa Panglima Perkasa Salahuddin Al Ayubi.
Yang begitu bijak, beriman, dan berpegang pada kitab suci.
Pemimpin yang berani namun sangat rendah hati.
Maka jadilah bersinar terang ajaran Ilahi.
Tapi kini, kuntum mawar mekar dalam pesona.
Racun dan bius peradaban Syaitan dianggap ajaran berharga.
Ajaran Langit yang benar dianggap hanya ritual yang kurang berguna.
Maka tinggallah mereka bak burung pipit yang anggap diinya raja angkasa.
IV
Betapa sejarah panjang peradaban telah banyak ajarkan.
Kejayaan didapat dari kombinasi kekuatan harga diri, dan keyakinan.
Yang lahirkan generasi pencinta Ilahi dengan pekikan takbir menggentarkan.
Bukan peradaban yang rendah diri dan tak yakin dengan kekuatan pijakan.
Telah kering pena dan airmataku tangisi ketakmampuan empat milyar pencinta.
Yang dirampok, dijarah dan rakyatnya dibunuh dengan seenaknya.
Bagaikan bangkai mati yang dikeroyok oleh sekumpulan serigala.
Serta tak mampu tunjukkan agungnya kekuatan Ruhiyah.
V
Wahai anakku, si kuntum bunga mekar.
Tegakkan harga dirimu agar kejayaan agama Ilahi berkibar.
Dan jadilah generasi yang mampu hadapi segala cobaan dengan tegar.
Agar para pembenci kebaikan dan kedamaian di bumi segan dan gemetar.
Sungguh kini, sebuah pilihan berat untukmu terhidang di depan mata.
Untuk jalani hidup dan juang sebagaimana dahulu para pencinta.
Merebut simpul kejayaan dan cahaya-Nya tersebar merata.
Dan Rahmat Ilai pun tercurah untuk alam semesta.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar