114-2011. Inilah Tangan Kami?
Oleh
Hamdi Akhsan
Anakku,
Dengarlah olehmu kisah tentang sebuah masa yang hilang.
Tatkala kaki-kaki kecil berlari menyelusuri pematang.
Tubuh-tubuh menghitam terbakar terik di siang.
Bawa obor ke mesjid saat maghrib menjelang.
Tiada yang ber kisah tentang Sains Saiya.
Tetapi tentang belut di tengah sawah.
Tentang berlari di kejar pemilik mangga.
Yang diceritakan penuh canda tawa.
Masa-masa nan indah itu kini telah hilang.
Sawah pun telah tergusur beton bertulang.
Tiada lagi pohon tempat burung bersarang.
Yang nampak wajah yang rautnya garang.
II
Kicau burung yang indah dipagi hari berganti dering.
Sungai-sungai kecil yang dulu jernih kini pun telah kering.
Gundulnya hutan-hutan telah membuat longsornya tebing.
Dan musnah sudah binatang indah seperti kijang dan trenggiling.
Dahulu wajah-wajah kami di desa cerah karena segarnya udara.
Tidak pucat karena polusi industri yang membuat sengsara.
Atau kena penyakit aneh karena tekanan yang mendera.
Atau masuk ke rumah sakit jiwa karena duka lara.
Di masa itu gotong royong menjadi kebiasaan.
Akan bersyukur mereka yang berkecukupan.
Pagar rumah pun tidak saling meninggikan.
Dan hidup bersama pun tercipta kedamaian.
III
Kini, alam dan manusia tidak lagi bersinergi.
Segala diluar manusia diabdikan untuk materi.
Bahkan orang miskin akan sengsara disaat mati.
Karena kubur harus disewa agar mayat tak diganti.
Sungguh ironis kehancuran budaya atas nama kemajuan.
Orang tua tidak lagi dianggap berkah namun menjadi beban.
Mereka hanya bisa menangis menahan perih dalam sedu sedan.
Dan perlakuan pada orang tua ini dianggap anak sebagai teladan.
IV
Tanda-tanda peradaban Dajjal yang durhaka kini semakin nyata.
Pembangkangan pada Perintah Ilahi telah hadir didepan mata.
Terhadap larangan-Nya manusia seakan-akan telah buta.
Maka tunggulah penderitaan dan azab pasti akan tiba.
Dalam masa kehidupan pendek yang diberikan-Nya.
Dan keluarga dan harta sebagai amanah titipan-Nya.
Sebagai hamba mari kita tunduk pada aturan-Nya.
Agar kelak selamat dalam sidang pengadilan-Nya.
Ilahi, betapa banyaknya dosa dan pelanggaran.
Betapa tulinya hamba-Mu dengan peringatan.
Ampunilah kami sebelum datangnya kematian.
Dan rahmatilah kami kelak disaat kebangkitan.
Ilahi, hanya Engkau lah tumpuan harapan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Dengarlah olehmu kisah tentang sebuah masa yang hilang.
Tatkala kaki-kaki kecil berlari menyelusuri pematang.
Tubuh-tubuh menghitam terbakar terik di siang.
Bawa obor ke mesjid saat maghrib menjelang.
Tiada yang ber kisah tentang Sains Saiya.
Tetapi tentang belut di tengah sawah.
Tentang berlari di kejar pemilik mangga.
Yang diceritakan penuh canda tawa.
Masa-masa nan indah itu kini telah hilang.
Sawah pun telah tergusur beton bertulang.
Tiada lagi pohon tempat burung bersarang.
Yang nampak wajah yang rautnya garang.
II
Kicau burung yang indah dipagi hari berganti dering.
Sungai-sungai kecil yang dulu jernih kini pun telah kering.
Gundulnya hutan-hutan telah membuat longsornya tebing.
Dan musnah sudah binatang indah seperti kijang dan trenggiling.
Dahulu wajah-wajah kami di desa cerah karena segarnya udara.
Tidak pucat karena polusi industri yang membuat sengsara.
Atau kena penyakit aneh karena tekanan yang mendera.
Atau masuk ke rumah sakit jiwa karena duka lara.
Di masa itu gotong royong menjadi kebiasaan.
Akan bersyukur mereka yang berkecukupan.
Pagar rumah pun tidak saling meninggikan.
Dan hidup bersama pun tercipta kedamaian.
III
Kini, alam dan manusia tidak lagi bersinergi.
Segala diluar manusia diabdikan untuk materi.
Bahkan orang miskin akan sengsara disaat mati.
Karena kubur harus disewa agar mayat tak diganti.
Sungguh ironis kehancuran budaya atas nama kemajuan.
Orang tua tidak lagi dianggap berkah namun menjadi beban.
Mereka hanya bisa menangis menahan perih dalam sedu sedan.
Dan perlakuan pada orang tua ini dianggap anak sebagai teladan.
IV
Tanda-tanda peradaban Dajjal yang durhaka kini semakin nyata.
Pembangkangan pada Perintah Ilahi telah hadir didepan mata.
Terhadap larangan-Nya manusia seakan-akan telah buta.
Maka tunggulah penderitaan dan azab pasti akan tiba.
Dalam masa kehidupan pendek yang diberikan-Nya.
Dan keluarga dan harta sebagai amanah titipan-Nya.
Sebagai hamba mari kita tunduk pada aturan-Nya.
Agar kelak selamat dalam sidang pengadilan-Nya.
Ilahi, betapa banyaknya dosa dan pelanggaran.
Betapa tulinya hamba-Mu dengan peringatan.
Ampunilah kami sebelum datangnya kematian.
Dan rahmatilah kami kelak disaat kebangkitan.
Ilahi, hanya Engkau lah tumpuan harapan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar