Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kutulis syair cinta di penghujung usia.
Untuk anakku yang akan pergi jelajahi dunia.
Yang akan jalani hidup bagai seorang pengembara.
Sampai kelak taqdir akan membawamu berakhir sudah.
Perjalanan waktumu, kelak kan sampai pada hakekat.
Tentang masa yang datang dan berlalu begitu singkat.
Tentang harta yang haram dan halal membawa berkat.
Tentang amal baik dan perbuatan dosa yang melekat.
Dalam perjalanan hidup yang bagai sekuntum bunga.
Jasad mudamu juga perkasa bagaikan seekor singa.
Gagah dan cantik harum bak kembang kenanga.
Kerja keras akan membuat masa tua berguna.
II
Tetapi hati-hatilah diri dengan tipuan syaitan.
Musuh memerangkapmu dengan kebudayaan.
Jadilah iman dan hidupmu goyah tanpa pendirian.
Akhirnya kau akan jadi budak yang jauh dari Tuan.
Anakku, kelak engkau akan menyesal dimasa tua.
Manakala diisi dengan dunia dan kekosongan jiwa.
Manakala diisi dengan kesenangan dan canda tawa.
Dan hati kotor bagaikan lumpur yang penuhi rawa.
Isilah masa mudamu mencari ilmu dan bekerja keras.
Tak perlu menuhankan jasad dan gagahnya paras.
Atau hidup dalam gelora nafsu hingga tak awas.
Setelah tua kelak sesal jua yang membekas.
III
Kini,generasiku telah berada di senja usia.
Dalam perjalanan pulang menuju fana.
Kembali pada Sang Pemilik Jagat raya.
Sebagai pemenuhan janji batas usia.
Isyarat kematian telah menjelang.
Matapun kini kabur memandang.
Makan pun mulai berpantang.
Malaikat maut menghadang.
IV
Dalam masa yang tersisa.
Padamu kami titipkan asa.
Sebelum jasad ini binasa.
Bawa amal dan dosa.
Anakku, harapan kami.
Jadilah pewarisi sejati.
Bangun diri dan negeri.
Menuju keridhoan Ilahi.
V
Jadilah perkasa bagai elang.
pekiknya getarkan awang-awang.
Yang tak mengeluh dalam berjuang.
Sampai kebatilan kerajaan syaitan tumbang.
Anakku banggakan kami dengan jati dirimu.
Hantarkan kami ke kubur dengan takbirmu.
Jadilah kau tuan bagi kenangkitan negerimu.
Agar bangga kelak generasi penggantimu.
Percayalah,kelak engkau pasti akan menang.
Diri, negeri & agamamu akan terpandang.
Asalkan engkau tak ragu dan bimbang.
Walau sejuta cobaan menghadang.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar