Jumat, 08 April 2011

62-2010. Andaikan Cintaku Seperti Qais dan Laila

62-2010. Andaikan Cintaku Seperti Qais dan Laila



Kekasih...
Malampun mulai datang dan kerinduan ini semakin membuncah,
bagaikan rindunya Qais pada Laila,
dendangkan lagu cinta ditengah heningnya gurun pasir arabia,
sedang hamba-Mu sepi, karena tiada Laila,Lailaku semakin redup ditelan ganasnya badai masa,
 
Kekasih,...
daku menjauh dari laila, sedang semua yang ada akan berakhir fana.
Ketika kulalui kubur sunyi yang rata,
disana sejenak ada desiran angin menyebut nama laila,
Tapi kembali hilang ditelan hiruk-pikuk si nenek pikun yang bernama dunia,

Hamba tak setegar seorang Qais dalam mencinta,
Tiada sungai darah yang mengalir dipelupuk mata,
atau dendang cinta yang mampu tundukkan singa di rimba belantara.
hamba hanya sebutir debu ditengah samudra-Mu Yang Maha Mulya.
Kekasih...hamba malu!

Di lembutnya tetesan embun kudengar lirih nama-Mu disebut,
dalam desiran angin malam tak henti bertasbih malakut,
dan, para pencinta-Mu menggigil takut,
bersatu dalam harap tuk dapatkan surga yang bertakhta Jamrud.
Sedang dizamanku, semua telah tercerabut.

Kekasih...
Bilik-bilik pencinta-Mu kini telah menghilang,
Berganti dengan gedung-gedung mewah yang disetiap tempat terpandang,
Tiada lagi pekikan takbir burung elang yang terbang melayang,
atau sekedar nyanyian tasbih daun dan sendayang.
Semua lenyap,bagaikan lenyapnya nyawa tatkala maut menghadang.
Kekasih,kini akhir menjelang.

Laila telah pergi dibawa Ibnu salam bersama cinta Qais,
sedang Laila-ku redup bagaikan lilin menjelang habis,
tiada lagi pekikan takbir hadapi ganasnya iblis,
lemah bagaikan patahnya sayap belibis,
jatuh dan...hamba pun menangis.

Kekasih...
Teringat hamba ketika jutaan pencinta-Mu bersimbah air mata lantunkan kidung di Bait-Mu yang suci,
hanya ada rembesan air mata dengan sedan dalam bibir terkunci,
cinta tak mampu lagi terucapkan, tiada benci,
hanya kerinduan hidup setelah mati.

Al Faqir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar