85-2011. Dan Mereka pun Menghilang (Isyarat Alam)
Oleh
Hamdi Akhsan
Anakku,
Di masa kecil kami sungai-sungai mengalir jernih dari hulu jauh ke muara.
Ikan-ikan pun bermigrasi ke hulu setiap tahun dengan suka ria.
Di pinggir anak-anak kami bisa nikmati manisnya buah ara
hujan dan kemaraupun silih berganti dengan setara.
Kicau burung hutan ikut membentuk indahnya jiwa.
Diranting-ranting pohon berlompatan burung cucakrawa.
Kotoran sapi dan kerbau menjadi penyubur utama disawah-sawah.
Dan hewan-hewan piaraan itu modal pensiun untuk bekal hidup dihari tua.
II
Anakku,
Dimasa itu orang bertanam durian dimasa tua untuk anak cucunya kelak.
Pohon-pohon dihutan ditebang pilih agar alam tidak bergolak.
Generasi itu malu kalau disebut sebagai pembalak.
Dan orang serakah terkucil dan ditolak.
Berbeda dengan gaya hidup zamanmu.
Pohon durian tua peninggalan dijual oleh sang cucu.
Orang tak punya memaksa diri berhutang agar dianggap mampu.
Serta peringatan Ilahi melalui kitab dan peristiwa alam dianggap angin lalu.
III
Kini,
Kicauan burung iringi datangnya sinar mentari pagi telah menghilang.
Diangkasa biru tidak lagi terlihat burung-burun terbang.
Sungai-sungai kecil pun telah kering kerontang.
Dan bumi pun panas bukan kepalang.
Segala cara dipakai meraih keuntungan bisnis.
Sogokan uang ataupun rayuan dari si manis.
Belumlah lagi prilaku hidup yang hedonis.
Membuat bumi yang tua punmenangis.
Karena peradaban dikendalikan iblis.
IV
Anakku,
Tahukah engkau bahwa alam dan manusia harus harmoni?
Keserasian diantara mereka membuat semuanya serasi.
Tatkala satu jenis ciptaan Allah menhilang dan pergi.
Maka akan rusaklah hukum alam yang interdepensi.
Sapi dan kerbau yang memberi manfaat pupuk dan investasi kini menghilang.
Digantikan oleh mesin-mesin traktor yang dengan rakusnya menghisap minyak di kilang.
Di negerinya, para pemilik pabrik tersenyum sinis melihat kebodohan yang alang kepalang.
Atas ketergantungan pada teknologi suku cadang,pupuk, dan minyak yang menguras uang.
V
Mana pemimpin yang sadar seperti Mahatma Gandhi.
Bangkitkan revolusi hijau agar rakyat tak hilang harga diri.
Yang bawa kemakmuran merata bagi rakyat di seluruh negeri.
Dan berkata tidak pada perampas alam atas nama liberalisasi industri.
Anakku, negerimu adalah kumpulan pulau yang dikelilingi oleh lautan.
Betapa melimpah kekayaan yang telah Tuhan berikan.
Dilemparkan kayu pun akan tumbuh jadi tanaman.
Tapi manusianya lupa kalau itu karunia Tuhan.
VI
Karunia Ilahi yang melimpah hendaknya kita pelihara.
Kelalaian dan kedurhakaan pada-Nya akan munculkan murka.
Bencana Tsunami dan gempa akan didatangkan dari dasar Samudera.
Gunung meletus pun akan dengan mudah habiskan rumah, ladang dan sawah.
Anakku, Bangkitkanlah generasimu dalam kesadaran hidup yang disukai Tuhan.
Kami yang tak bersyukur pada-Nya harus segera engkau gantikan.
Agar selamat bangsa ini dalam perjuangan dimasa depan.
Dan terpandang didunia disegala aspek kehidupan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Di masa kecil kami sungai-sungai mengalir jernih dari hulu jauh ke muara.
Ikan-ikan pun bermigrasi ke hulu setiap tahun dengan suka ria.
Di pinggir anak-anak kami bisa nikmati manisnya buah ara
hujan dan kemaraupun silih berganti dengan setara.
Kicau burung hutan ikut membentuk indahnya jiwa.
Diranting-ranting pohon berlompatan burung cucakrawa.
Kotoran sapi dan kerbau menjadi penyubur utama disawah-sawah.
Dan hewan-hewan piaraan itu modal pensiun untuk bekal hidup dihari tua.
II
Anakku,
Dimasa itu orang bertanam durian dimasa tua untuk anak cucunya kelak.
Pohon-pohon dihutan ditebang pilih agar alam tidak bergolak.
Generasi itu malu kalau disebut sebagai pembalak.
Dan orang serakah terkucil dan ditolak.
Berbeda dengan gaya hidup zamanmu.
Pohon durian tua peninggalan dijual oleh sang cucu.
Orang tak punya memaksa diri berhutang agar dianggap mampu.
Serta peringatan Ilahi melalui kitab dan peristiwa alam dianggap angin lalu.
III
Kini,
Kicauan burung iringi datangnya sinar mentari pagi telah menghilang.
Diangkasa biru tidak lagi terlihat burung-burun terbang.
Sungai-sungai kecil pun telah kering kerontang.
Dan bumi pun panas bukan kepalang.
Segala cara dipakai meraih keuntungan bisnis.
Sogokan uang ataupun rayuan dari si manis.
Belumlah lagi prilaku hidup yang hedonis.
Membuat bumi yang tua punmenangis.
Karena peradaban dikendalikan iblis.
IV
Anakku,
Tahukah engkau bahwa alam dan manusia harus harmoni?
Keserasian diantara mereka membuat semuanya serasi.
Tatkala satu jenis ciptaan Allah menhilang dan pergi.
Maka akan rusaklah hukum alam yang interdepensi.
Sapi dan kerbau yang memberi manfaat pupuk dan investasi kini menghilang.
Digantikan oleh mesin-mesin traktor yang dengan rakusnya menghisap minyak di kilang.
Di negerinya, para pemilik pabrik tersenyum sinis melihat kebodohan yang alang kepalang.
Atas ketergantungan pada teknologi suku cadang,pupuk, dan minyak yang menguras uang.
V
Mana pemimpin yang sadar seperti Mahatma Gandhi.
Bangkitkan revolusi hijau agar rakyat tak hilang harga diri.
Yang bawa kemakmuran merata bagi rakyat di seluruh negeri.
Dan berkata tidak pada perampas alam atas nama liberalisasi industri.
Anakku, negerimu adalah kumpulan pulau yang dikelilingi oleh lautan.
Betapa melimpah kekayaan yang telah Tuhan berikan.
Dilemparkan kayu pun akan tumbuh jadi tanaman.
Tapi manusianya lupa kalau itu karunia Tuhan.
VI
Karunia Ilahi yang melimpah hendaknya kita pelihara.
Kelalaian dan kedurhakaan pada-Nya akan munculkan murka.
Bencana Tsunami dan gempa akan didatangkan dari dasar Samudera.
Gunung meletus pun akan dengan mudah habiskan rumah, ladang dan sawah.
Anakku, Bangkitkanlah generasimu dalam kesadaran hidup yang disukai Tuhan.
Kami yang tak bersyukur pada-Nya harus segera engkau gantikan.
Agar selamat bangsa ini dalam perjuangan dimasa depan.
Dan terpandang didunia disegala aspek kehidupan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar