Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih...
Hamba tak tahu kapan janjiku dahulu dialam azali.
Hambapun tak tahu kapan datangnya penyempurna hari.
Hamba pasrah kapan terhadap ketentuan-Mu untuk kembali.
Karena nyawa di jasad rapuhku hanya titipan-Mu wahai Ilahi Robbi.
Dalam kesakitan yang diredam bak ganasnya arus samudera dalam.
Dan gemuruh seribu kepedihan didalam dada yang diredam.
Dan direlung jiwa tersembunyi masa kecil yang kelam.
Sungguh kesunyian bagai gurun dari masa silam.
II
Kekasih...
Andai saatnya tiba.
Harus berpisah jiwa dan raga.
Tinggal semua yang disayang dan dicinta.
Hamba ikhlaskan untuk-Mu wahai Sang Pemilik Jiwa.
Kuserahkan anak-anakku pada-Mu.
Karena mereka adalah milik-Mu.
Mereka amanah dari-Mu.
Mereka hamba-Mu.
III
Kekasih...
Walau sedih dan merana.
Kutahu semua kan berakhir fana.
Jasadku kelak jadi debu didalam tanah.
Hanya belas kasih-Mu kurindu di alam sana.
Hamba tak tahu, mengapa mata tak lagi setajam kilat.
Tatakala nafas memendek dan dada bagai sembilu tersayat.
Hari-hariku dilanda rasa yang mengharu biru dan rasa kian dekat.
Kelak tiada berdaya dimandikan,dikafani, dan disholatkan sebagai mayat.
IV
Kekasih, terkadang saat sakit demikian menekan sempat daku bersedih.
Teringat tunas-tunas mudaku berjiwa dan bersemangat bersih.
Yang tak tahu sosok idola mereka hidup dalam perih.
Dan akan dibawa sampai kelak tulang memutih.
Kekasih, Siap tak siap hamba pasrah.
Hanya satu mohon dan pinta.
Dengan cinta-Mu ya Allah.
Berilah hamba Ridha.
V
Kelak,bila malaikat suci-Mu bertanya.
Aku berkata bahwa telah kutulis dengan pena.
Peringatan tuk generasi penerusku agar tidak terlena.
Bahwa hidup yang sesungguhnya berada nun jauh disana.
Kekasih, hamba tak tahu kapan semua ini akan berakhir.
Karena daku hanya sebutir debu diantara para musafir.
Menangis takut menghadap-Mu sebagai faqir.
dan takut terlunta di Yaumil Akhir.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar