60-2011. Bumi Yang Menangis
Oleh
Hamdi Akhsan
I
di awal syair sebut asma-Nya,
bermohon ampun kehadirat-Nya,
atas kerusakan bumi milik-Nya,
karena perbuatan pendurhaka-Nya.
di ujung peradaban yang sekarat,
menjelang mentari terbit di barat,
kiamat kan datang telah tersirat,
laut menggelora bagaikan muncrat.
Tanda tertulis kini telah datang,
bumi yang luka telah terbentang,
laku manusia bagai binatang,
hukum Ilahi banyak ditentang.
II
Lihatlah disana bumi yang luka,
hutan ditebang sesuka-suka,
bumi dilubang semau mereka,
alam dihina menjadi murka.
Tanpa berfikir hutan ditebang,
hujan deras banjirpun bandang,
porak-poranda sawah dan ladang,
tinggallah rakyat bernasib malang.
Karena gundul bukitpun runtuh,
tanah dan batu jatuh gemuruh,
air mengalir kotor dan keruh,
rumah tertimbun hancur seluruh.
III
Polusi terjadi dimana-mana,
di atas bumi didalam tanah,
dalam kandungan bayi terkena,
terkena kanker hidup merana.
Belumlah lagi laku manusia,
begitu banyak anak durhaka,
pada orangtua sesuka-suka,
bagai tak takut api neraka.
Agama dianggap barang usang,
hanya berguna menjelang pulang,
atau dianggap jadi penghalang,
tuk hidup bebas bagai binatang.
IV
Akhir zamanpun semakin dekat,
banyaklah harta tiada dizakat,
kena musibah membuat cacat,
atau menjadi pencandu obat.
Harta tak berkah banyak beredar,
sudah diingatkan tetap tak sadar,
lupalah diri terhadap qadar,
kelak ditanya akan gemetar.
Hidup yang mewah jadi idola,
menjadi Tuhan harta seolah,
Menipu saja orangpun rela,
seolah-olah tiada bersalah.
V
Banyak kabar bayi dibuang,
Hati telah tiada kasih dan sayang,
Hati nurani sudah menghilang,
Besarnya dosa tiada terbayang.
apatah lagi para pesohor,
tak sadar sudah menjadi mentor,
jadi pencandu dan laku kotor,
dimasa tua kelak terkepor.
Bumi ini terus menangis,
Lihat prilaku semakin sadis,
dibawah kendali golongan iblis,
Peringatan-Nya tidak digubris.
VI
Para sahabat marilah sadar,
hidup di dunia hanya sebentar,
nafsu diturut tak kelar-kelar,
bentakan malaikat kelak menggelegar.
Mari tingkatkan amal yang sholeh,
jauhi haram ambil yang boleh,
agar di akhir kelak di toleh,
karena amal baik ditoreh.
Maafkan bila tersalah kata,
atas nasehat sesama kita,
hanya sebagai dakwah semata,
sebelum diri menutup mata.
Inderalaya, Jelang Pagi
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
di awal syair sebut asma-Nya,
bermohon ampun kehadirat-Nya,
atas kerusakan bumi milik-Nya,
karena perbuatan pendurhaka-Nya.
di ujung peradaban yang sekarat,
menjelang mentari terbit di barat,
kiamat kan datang telah tersirat,
laut menggelora bagaikan muncrat.
Tanda tertulis kini telah datang,
bumi yang luka telah terbentang,
laku manusia bagai binatang,
hukum Ilahi banyak ditentang.
II
Lihatlah disana bumi yang luka,
hutan ditebang sesuka-suka,
bumi dilubang semau mereka,
alam dihina menjadi murka.
Tanpa berfikir hutan ditebang,
hujan deras banjirpun bandang,
porak-poranda sawah dan ladang,
tinggallah rakyat bernasib malang.
Karena gundul bukitpun runtuh,
tanah dan batu jatuh gemuruh,
air mengalir kotor dan keruh,
rumah tertimbun hancur seluruh.
III
Polusi terjadi dimana-mana,
di atas bumi didalam tanah,
dalam kandungan bayi terkena,
terkena kanker hidup merana.
Belumlah lagi laku manusia,
begitu banyak anak durhaka,
pada orangtua sesuka-suka,
bagai tak takut api neraka.
Agama dianggap barang usang,
hanya berguna menjelang pulang,
atau dianggap jadi penghalang,
tuk hidup bebas bagai binatang.
IV
Akhir zamanpun semakin dekat,
banyaklah harta tiada dizakat,
kena musibah membuat cacat,
atau menjadi pencandu obat.
Harta tak berkah banyak beredar,
sudah diingatkan tetap tak sadar,
lupalah diri terhadap qadar,
kelak ditanya akan gemetar.
Hidup yang mewah jadi idola,
menjadi Tuhan harta seolah,
Menipu saja orangpun rela,
seolah-olah tiada bersalah.
V
Banyak kabar bayi dibuang,
Hati telah tiada kasih dan sayang,
Hati nurani sudah menghilang,
Besarnya dosa tiada terbayang.
apatah lagi para pesohor,
tak sadar sudah menjadi mentor,
jadi pencandu dan laku kotor,
dimasa tua kelak terkepor.
Bumi ini terus menangis,
Lihat prilaku semakin sadis,
dibawah kendali golongan iblis,
Peringatan-Nya tidak digubris.
VI
Para sahabat marilah sadar,
hidup di dunia hanya sebentar,
nafsu diturut tak kelar-kelar,
bentakan malaikat kelak menggelegar.
Mari tingkatkan amal yang sholeh,
jauhi haram ambil yang boleh,
agar di akhir kelak di toleh,
karena amal baik ditoreh.
Maafkan bila tersalah kata,
atas nasehat sesama kita,
hanya sebagai dakwah semata,
sebelum diri menutup mata.
Inderalaya, Jelang Pagi
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar