Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dibatas misteri kesadaran alam materi dan keghaiban yang penuh misteri.
Perlahan muncul aneka bayangan peristiwa yang telah dilalui.
Satu persatu datang sosok mereka yang telah pergi.
Dalam ragam bahagia dan perih yang dijalani.
Jauh diujung lazuardi nan biru di ufuk sana.
Para pendahulu nyanyikan kidung suci tentang cinta.
Kerinduan, kasih, airmata bagaikan ratapan Rabiatul Adawiyah.
Yang membuat hening dan berhenti aktivitas makhluk semesta raya.
II
Kini, malam-malam yang berlalu penuh hiruk-pikuk dan canda manusia.
Cahaya itu makin redup dan hilang dari dalam dada para hamba.
Lemah dan menghilang bagai hilangnya cahaya sebuah pelita.
Menyusup pergi jauh tanpa kabar dan berita.
Mana bibir-bibir lirih yang bergetar nyanyikan kidung cinta Ilahi.
Yang tak pernah putus lafazkan zikir cinta kala petang dan pagi.
Yang jiwanya takut akan pertanggungjawaban di suatu hari.
Tatkala permohonan ampun seorang hamba tidak diterima lagi.
III
Betapa kehidupan bumi telah menjelang sekarat.
Makin banyak manusia yang tak percaya kehidupan akherat.
Atau sibuk eksloitasi planet luar bumi untuk tempat mendarat.
Karena keyakinan hanya di bumi tempat terjadinya hari kiamat.
Sudahkah kini? cinta kasih-Nya telah pergi dari dada para pencinta.
Lahirkan generasi muslim yang di segala penjuru hidup terhina.
Yang hanya diam kala saudaranya dihina dan kehilangan izzah.
Dan dari dalam dadanya telah tercerabut ukhuwah.
IV
Peradaban perkasa datang dan pergi di bumi.
Sebagai pelajaran untuk kitayang Tuhan beri.
Agar manusia sadar bahwa hidup tak abadi.
Dan sehebat apapun manusia kelak akan mati.
Begitu banyak manusia terlena menjauhi cahaya-Nya.
Jauhi jalan yang pasti akan datang dan mengejar yang fana.
Kenikmatan duniawi telah membuat hidupnya lalai dan terlena.
Tak sadar telah jalani laku ahli neraka walaupun ia inginkan jannah.
Ampuni kami ya Robbana!
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar