8-2011. Kebaikan-Mu (Bagian ke-4 : IHSANALLAH).
Oleh
Hamdi Akhsan.
I
Kekasih...
Dalam diam seorang hamba bertanya pada diri,
sudahkah engkau hitung nikmat dari-Nya Yang Maha Pemberi.
Yang letakkan energi pada jantung untuk pompa darah ke urat nadi,
Serta kirimkan oksigen manakala tubuh yang renta lelap bagai seorang bayi.
Betapa airmata mengalir atas semua kekufuran nikmat-Mu Yang Agung.
Engkau berikan ribuan syaraf yang rumit dalam diri tanpa saling bergulung.
Telinga yang mendengar, mata yang melihat sungguh beruntung.
Betapa nikmat kebaikan-Mu tiada terhitung.
II
Kekasih...
Rasul-Mu yang agung telah bersabda.
Tentang kebaikan yang tak tampak mata,
Yang seolah seorang hamba dilihat aktivitasnya,
Dan dalam aktivitas hidup rasakan kehadiran-Nya.
Cinta seorang hamba pada-Mu akan lahirkan keikhlasan.
Bagai seorang ibu yang haru karena sebuah tangisan.
Bak rindunya pencinta-Mu syahid dalam peperangan.
Atau bak rindunya seruling bambu dengan tiupan.
III
Betapa zaman telah berikan fakta tak terbantah.
Tentang pencinta yang dapatkan Ihsan-Mu di setiap masa.
Ibrahim Khalil tersenyum dalam lautan api yang panas membara.
atau Zun Nun Al Misri yang rintihnya kumpulkan ikan bawa ribuan mutiara.
Kesertaan-Mu terpahat dalam abadinya cinta mereka yang Engkau pilih.
Rabi'atul Adawiyah kehilangan rasa benci dan hatinya penuh kasih.
Yang miliki abadinya cinta pada-Mu sampai tulang memutih.
Yang tersenyum hadapi sakit dan derita tanpa rintih.
IV
Kekasih...
Teringat hamba pada manusia mulia dari keturunan yang mulia.
Zainal Abidin As-Sajjad yang tiap detak jantungnya sebut asma.
Setiap tarikan nafasnya tak pernah lalai lantunkan zikrullah.
Sungguh sebuah cinta yang terpatri dalam tinta emas sejarah.
Bunga-bunga ruhaniah penerima kebaikan Ilahi tertebar sepanjang sejarah.
Ibrahim bin Adham dalam sekarat dikirimi seekor burung tuk beri makan padanya.
ataukah pertaubatan seorang Abu Dzar sang Pengganas padang pasir di zamannya.
Atau tangisan pilu Umar Al Faruq yang syaitanpun tunggang langgang jumpa dengannya.
V
Sungguh penerima kebaikan-Nya akan disertai-Nya seberat apapun coba dan rintangan.
Akan didatangkan-Nya tentara malaikat yang terjun membantu dalam peperangan.
Diberi-Nya makan dan minum bagaikan manna dan salwa dalam derita kelaparan.
Keteguhan dan ketenangan yang dinginkan api saat Ibrahim dipembakaran.
Bagi mereka yang menerima kebaikan Ilahi dan karunia kesertaan-Nya.
Tiada ketakutan, kesedihan, serta kecemasan hidup atas mereka.
Yang kuat adalah keyakinan, keteguhan dan kerinduan untuk berjumpa.
Dan mereka pun pasti akan mendapatkan karunia Ilahi didalam surga.
Inderalaya, Jelang Malam
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan.
I
Kekasih...
Dalam diam seorang hamba bertanya pada diri,
sudahkah engkau hitung nikmat dari-Nya Yang Maha Pemberi.
Yang letakkan energi pada jantung untuk pompa darah ke urat nadi,
Serta kirimkan oksigen manakala tubuh yang renta lelap bagai seorang bayi.
Betapa airmata mengalir atas semua kekufuran nikmat-Mu Yang Agung.
Engkau berikan ribuan syaraf yang rumit dalam diri tanpa saling bergulung.
Telinga yang mendengar, mata yang melihat sungguh beruntung.
Betapa nikmat kebaikan-Mu tiada terhitung.
II
Kekasih...
Rasul-Mu yang agung telah bersabda.
Tentang kebaikan yang tak tampak mata,
Yang seolah seorang hamba dilihat aktivitasnya,
Dan dalam aktivitas hidup rasakan kehadiran-Nya.
Cinta seorang hamba pada-Mu akan lahirkan keikhlasan.
Bagai seorang ibu yang haru karena sebuah tangisan.
Bak rindunya pencinta-Mu syahid dalam peperangan.
Atau bak rindunya seruling bambu dengan tiupan.
III
Betapa zaman telah berikan fakta tak terbantah.
Tentang pencinta yang dapatkan Ihsan-Mu di setiap masa.
Ibrahim Khalil tersenyum dalam lautan api yang panas membara.
atau Zun Nun Al Misri yang rintihnya kumpulkan ikan bawa ribuan mutiara.
Kesertaan-Mu terpahat dalam abadinya cinta mereka yang Engkau pilih.
Rabi'atul Adawiyah kehilangan rasa benci dan hatinya penuh kasih.
Yang miliki abadinya cinta pada-Mu sampai tulang memutih.
Yang tersenyum hadapi sakit dan derita tanpa rintih.
IV
Kekasih...
Teringat hamba pada manusia mulia dari keturunan yang mulia.
Zainal Abidin As-Sajjad yang tiap detak jantungnya sebut asma.
Setiap tarikan nafasnya tak pernah lalai lantunkan zikrullah.
Sungguh sebuah cinta yang terpatri dalam tinta emas sejarah.
Bunga-bunga ruhaniah penerima kebaikan Ilahi tertebar sepanjang sejarah.
Ibrahim bin Adham dalam sekarat dikirimi seekor burung tuk beri makan padanya.
ataukah pertaubatan seorang Abu Dzar sang Pengganas padang pasir di zamannya.
Atau tangisan pilu Umar Al Faruq yang syaitanpun tunggang langgang jumpa dengannya.
V
Sungguh penerima kebaikan-Nya akan disertai-Nya seberat apapun coba dan rintangan.
Akan didatangkan-Nya tentara malaikat yang terjun membantu dalam peperangan.
Diberi-Nya makan dan minum bagaikan manna dan salwa dalam derita kelaparan.
Keteguhan dan ketenangan yang dinginkan api saat Ibrahim dipembakaran.
Bagi mereka yang menerima kebaikan Ilahi dan karunia kesertaan-Nya.
Tiada ketakutan, kesedihan, serta kecemasan hidup atas mereka.
Yang kuat adalah keyakinan, keteguhan dan kerinduan untuk berjumpa.
Dan mereka pun pasti akan mendapatkan karunia Ilahi didalam surga.
Inderalaya, Jelang Malam
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar